Akhirnya pelajaran terakhir sudah selesai, bel pulang Sekolah sudah bunyi 5 menit yang lalu.
Setelah berkutat dengan sejarah-sejarah akhirnya Ey bernafas lega karena pelajaran sejarah sudah berakhir.
Menurut Ey, daripada harus membahas tentang sejarah, lebih baik berkutat dengan angka-angka.
“Ey, lo jangan lupa datengin Ardi. Kali aja dia nyari lo ada hal yang penting.” Molly berbicara kepada Ey yang sedang membereskan barang-barangnya. “gue pulang duluan, lo ati-ati ya Ey. Bayy.” Molly tetap berbicara walaupun tidak ada respon dari Ey.
Molly pergi meninggalkan kelas, Ey memang tidak merespon apa yang dikatakan Molly. Namun pendengaran Ey masih berfungsi.
Ey tampak menimang-nimang apa yang dikatakan Molly.
“apa gue harus datengin Ardi?, gue sebenernya heran kenapa Ardi bisa tau nama sama kelas gue. Padahal selama ini dia gapernah nanya siapa gue ataupun kelas gue. Dan gamungkin Ardi udah kenal gue dari dulu, gue kan gak seterkenal itu. Ahh besok-besok aja deh, gue kan harus nyari orang misterius itu.”
Ey buru-buru membereskan barang-barangnya dan pergi meninggalkan kelas.
Saat Ey melewati parkiran, Ey melihat Ardi yang sedang berada didekat motornya, “wahhh panjang umur nih, mending gue tanya sekarang.” Ey menghampiri Ardi yang terlihat akan menaiki motornya.
“woi” Ardi melirik Ey yang menghampirinya, tiba-tiba Ardi tersenyum karena sudah mengetahui apa maksud kedatangan Ey. “lo dateng buat bilang kalo lo nyesel udah bilang gue jelekkan?, sekarang lo udah menyadari ketampanan gue dan mau bilang kalo lo suka sama gue?”
Ey memutar bola matanya dengan malas, Ey benar-benar menyesal sudah menghampiri Ardi yang sudah menuduhnya dengan hal-hal aneh, ingin sekali Ey membalikan badan. “lo kalo ngomong bisa gak dipikir dulu? Fitnah mulu bisanya. Gue kesini cuma mau nanya, ngapain tadi lo nyari gue?”
Ardi mengerutkan keningnya, “gue nyariin lo? Ngapain gue nyari lo padahal gue gatau nama lo apalagi kelas lo.”
“heh labil lo, jelas-jelas kata Molly lo dateng ke kelas 11 IPA 2 terus nanya ada Elena apa ngga. Lo tau nama gue darimana? Lo stalker gue ya?.” Ey menyipitkan matanya curiga, Ey harus semakin hati-hati dengan ketua osisnya ini.
Ardi mengangguk-ngangguk, “oh jadi lo yang namanya Elena, tadi gue disuruh Pak Hartono buat manggil lo. Katanya bakal ada olimpiade matematika. Gue yang kepilih sama Pak Hartono, dan lo patner gue. Kita bakalan satu tim.”
Ey benar-benar tidak percaya dengan keputusan Pak Hartono, mengapa Ey harus satu tim sama ketos resek ini.
Sudah cukup Ey sabar menghadapi Ardi akhir-akhir ini, sekarang Ey harus menambah kesabarannya karena olimpiade itu masih dua minggu lagi. “aish kenapa harus sama lo sih, gue ogah kalo sama lo. Enek gue kalo setiap hari harus denger ocehan lo yang super receh itu.”
“kalo itu terserah lo aja, cuma ya kata Pak Hartono hadiahnya lumayan besar karena saingannya juga lumayan berat. Kesempatan gak datang dua kali loh.” Ardi memakai helm nya untuk segera pulang kerumah.
Ey memikirkan perkataan Ardi, Ey sebenarnya ingin mengikuti olimpiade ini karena Ey membutuhkan uang untuk membantu Mamanya.
Jika saja Ey tidak dipasangkan dengan Ardi, Ey pasti akan langsung menerimanya tanpa harus berpikir dua kali.
Ardi sudah menyalakan motornya, dan sudah siap untuk berangkat. Tiba-tiba Ey menghalangi jalan Ardi, “tunggu, gue mau ikut olimpiade itu.” Dengan sangat terpaksa Ey harus menerima Ardi sebagai patner satu tim nya.
Ardi menaikkan sebelah alisnya, “yaudah naik.” Ey kebingungan, mengapa Ardi tiba-tiba memintanya untuk menaiki motornya. Apa Ardi ingin mengantarkannya pulang?
“cepetan, kita bakalan belajar hari ini. Olimpiade nya dua minggu lagi, dan itu bukan waktu yang banyak. Saingan kita itu bukan orang-orang yang punya IQ rata-rata, tapi mereka punya IQ yang lebih dari rata-rata. Kalo kita mau menang, kita harus nyiapin semuanya dari sekarang.”
Ardi menjelaskan panjang lebar, kini Ey mengerti apa yang dimaksud Ardi.
Ey melirik ke area sekola, disana masih ada beberapa murid yang berlalu lalang.
Memang sedikit namun Ey masih takut jika Ey pergi bersama Ketua Osis yang banyak fansnya. Ey bisa bisa habis diserbu fans Ardi. “gue naik bis aja, gue gamau kalo gue diserbu fans lo. Hidup gue udah tenang tanpa orang-orang pengganggu.” Ey mulai berjalan ke gerbang sekola.
Ardi mengikuti ey, “rumah gue lumayan jauh dari sekola, kalo lo naik bis bisa ngabisin banyak waktu. Kalo pake motor kan enak bisa cepet. Tenang gue lebih hebat dari Rossi kok.”
Ey bergidik ngeri, sepertinya hidup Ardi dipenuhi ke gr-an.
“ayo cepet naik, lagian fans gue cewe semua, disini cuma sisa laki-laki yang ikut eskul basket. Tuh cewe-cewe udah pada pulang.” Ardi memberikan helm kepada Ey.
Dengan berat hati, Ey menerima helm itu. Yang dipikirkan Ey saat ini hanyalah olimpiade, “demi olimpiade, demi mama.” Ey bergumam untuk meyakinkan hatinya bahwa ini semua Ey lakukan demi olimpiade dan Mamanya.
Ey memakai helmnya dan menaiki motor Ardi, “kalo lo sengaja rem dadak, gue habisin lo sampe jadi lemper, biar muka lo yang kegantengan itu lebih ancur!” Ey berbicara seperti singa yang sedang mengamuk.
“lo cewe jadi-jadian ya? Galak amat perasaan. Lo diem aja pegang tas gue, gue mau ngebut nih.”
Ey memukul pelan punggung Ardi, “heh ogah, mening gue jatuh daripada harus pegang lo.”
“yaudah gue udah ngasih tau lo baik-baik.”
Ardi mulai menjalankan motornya dengan kecepatan yang bisa dibilang ngebut. Ey benar-benar terkejut.
Karena sebenarnya ey takut jatuh, pelan-pelan Ey memegang tas Ardi. Ey memegang dengan sangat hati-hati karena tidak mau pemiliknya tau.
Diam-diam Ardi tersenyum.
dia bilang lebih baik jatuh, dasar.
°°°
Mereka sudah tiba didepan rumah Ardi. Rumahnya cukup besar, dan terlihat bersih. “Sepertinya keluarga Ardi harmonis. Jauh beda sama keluarga gue.” Ey bergumam sendiri sambil melihat rumah Ardi.
“ngapain? ayo masuk.” Ardi mengajak Ey untuk masuk ke rumahnya. Merekapun masuk bersama.
Yang Ey lihat pertama kali adalah rumah yang luas dan rapih, dan banyak foto keluarga yang ditempel ditembok. Ey menghampiri foto keluarga yang menjadi sorotannya, terdapat 4 orang yang sedang tersenyum didalam foto itu, terlihat mereka sangat harmonis dan bahagia. “dulu gue juga kaya gini.” Ey tersenyum miris.
“lo liat apa?” Ardi menghampiri Ey yang sedang melihat foto keluarganya. “ngga ada, jadi kita belajar dimana?” Ey memalingkan pandangannya dari foto itu. Melihatnya membuat hatinya sesak.
Ardi kemudian pergi ke ruang tamu, “lo tunggu dulu disini, gue mau keatas ganti baju.”
“oh okey.” Ey kemudian duduk diruang tamu sambil menunggu Ardi yang sudah meninggalkannya untuk ganti baju.
Ey merasa bosan menunggu Ardi yang tidak muncul-muncul, Ey jadi berpikir jangan-jangan Ardi ketiduran dikamarnya.
Ey beranjak dari duduknya dan berjalan ke belakang rumah untuk mehilangkan rasa bosan. Ey melihat pintu yang terbuka, ternyata ada sebuah taman kecil yang berada dibelakang rumah. Saat Ey berniat untuk melihatnya, Ey tidak sengaja melihat seorang laki-laki sedang duduk santai memandangi taman.
Ey lupa jika ini juga rumah Arion, Ey buru-buru membalikan badan. Namun tidak sengaja kaki Ey menabrak dinding dan membuat lututnya berdenyut.
“aww..” ey meringis sambil terus memegang lututnya.
Arion membalikan badan saat mendengar ada orang yang kesakitan, Arionpun berjalan mendekati perempuan itu.
“lo kenapa?”
***
semoga suka^^
mohon vote nya:)-Darra ayuwandira
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen FictionTentang keajaiban bunga dandelion yang telah merubah kehidupan Ey. Diatas jembatan Ey meminta permintaan pada Bunga Dandelion agar mempertemukannya dengan teman kecilnya. Malam itu, seseorang dengan pakaian serba hitam datang saat Ey sedang dalam...