[18]

79 13 0
                                    

Maaf baru update, Baru beres UNBK hehehe.
Happy reading^^

Ey sudah pamit kepada keluarga Ravindra untuk pulang, tidak lupa mengucapkan terimakasih karena telah menerima Ey dengan hangat, dan juga makan bersamanya.

Karena Ey teringat akan Mamanya yang Ey tinggalkan sendirian dirumah sakit, Ey segera bergegas untuk kembali ke rumah sakit.

“gue anterin ya?” Ardi mengikuti Ey keluar rumahnya, berniat ingin mengantarkan Ey. “Gapapa, gue bisa pulang naik bis.” Ey menolak permintaan Ardi dengan halus, karena tidak ingin terlalu merepotkan Ardi.

Namun Ardi tetap menghampiri motornya, dan sudah siap untuk mengantar Ey, “gue gak terima penolakan!”

Terus ngapain nanya bego!

Ey berusaha menyimpan emosinya. Ey juga mempunyai perasaan, tidak mungkin Ey tidak menghargai apa yang telah Ardi lakukan pada Ey, berhubungan hari ini Ardi sudah banyak membantunya, terutama memberinya makan. Ey jadi tidak enak jika harus marah-marah pada Ardi. Walaupun mulutnya sudah siap untuk mengeluarkan sumpah-serapah.

Tahan-tahan

Ey menunjukan senyum terpaksa pada Ardi, walaupun tetap terlihat sangat manis, “yaudah gimana lo aja.” Akhirnya Ey menerima tawaran Ardi, meski terpaksa. Gapapa buat hari ini aja

Ardi memberikan helm yang langsung diterima oleh Ey, setelah semua siap, Ardi mulai melajukan motornya, namun dengan tiba-tiba Ardi berhenti. “Pegangan. Kalo lo jatuh, nanti jalannya rusak, lo kan gendut.”

Ey mendengus, enak aja Ey dibilang gendut, padahal Ey itu sudah termasuk orang yang kurus. Keliatan banget modusnya ni anak. “heh! Modus lo gak mempan buat gue.”

Tersadar karena modusnya gagal, Ardi langsung menarik lengan Ey agar memegang jaketnya, membuat pemiliknya terkejut. “udah jangan banyak ngomong, jatuh baru tau rasa.” Ey diam, dia jadi bingung siapa yang banyak ngomong sebenarnya, sudah jelas Ardi lah yang daritadi tidak berhenti bicara. Tangan Ey sudah geli sekali ingin memukul Ardi
Sabar buat hari ini aja

Ey mencoba meyakinkan hatinya agar tidak sampai mengeluarkan jurusnya.

Karena tidak mendapat pukulan hebat yang biasanya Ey keluarkan, Ardi pun mulai mengendarai motornya keluar dari gerbang rumahnya.

Tanpa mereka ketahui, daritadi Lia, Mamanya Ardi. Melihat semuanya dari balik jendela,  Lia tersenyum haru
“akhirnya pah..”

°°°

Mereka sudah sampai di rumah sakit, Ey turun dan mengembalikan helm pada Ardi. Ey sudah melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah sakit, namun Ardi mencekal tangannya, “mau gue anter sampe dalem?” Ey melepaskan tangannya pelan, “gausah, makasi.” Setelah itu, Ey pergi memasuki rumah sakit.

Ardi menaiki motornya, dan kembali melajukannya untuk pulang ke rumah. Ardi tau jika Mamanya sudah menyiapkan banyak pertanyaan untuk dirinya.

Ey berjalan disepanjang koridor, setelah acara makan bersama tadi, Ey jadi merindukan Mamanya. Ey jadi berniat untuk makan malam bersama dengan Mamanya, mama pasti senang.

Saat sedang berkutat dengan pikiran sendiri, tidak sadar Ey ternyata sudah sampai di dekat ruangan Mamanya. Saat hendak mendekati, ada seseorang memakai pakaian serba hitam keluar dari ruangan Mama.

Dia

Terlihat dia melirik ke arah Ey berdiri, dia tampak terkejut dan langsung berlari.

Karena takut terjadi apa-apa pada Mamanya, Ey langsung masuk. Tapi Ey melihat Mamanya yang masih tertidur, Ey pun segera keluar untuk mencari Dia.

Ey berlari menelusuri setiap lorong, namun tidak ada tanda-tanda Dia. Mungkin Ey terlambat, “kenapa dia masuk ruangan Mama?”

Karena tidak mendapatkan jejak apapun, Ey kembali ke ruangan Mamanya. Ey takut jika Dia berniat mencelakai Mamanya, Ey pun berjalan menuju ruangan dokter dan memintanya untuk memeriksa Mamanya karena takut ada obat aneh yang Dia berikan.

Setelah meminta pemeriksaan pada dokter, Ey kembali berjalan ke arah ruangan CCTV. “pak tolong periksa CCTV yang ada diruangan mawar, sekitar pukul 15:40.” Petugas CCTV mengangguk kemudian mencarinya. “ini dek.”

Disana terlihat saat orang misterius itu pertama memasuki ruangan Mamanya, Dia kemudian mendekati brankar Mama, dan menarik tirai untuk menutupi semua, sehingga CCTV tidak bisa menangkap apa yang dilakukan oleh orang misterius itu.

“pak, gaada CCTV yang mengarah ke dalam tirai gitu?” petugas itu terlihat berpikir, kemudian menggeleng. “tidak ada, sepertinya orang itu sudah tau ada CCTV jadinya dia menutup tirainya. Apakah adek sudah menyuruh dokter untuk memeriksa Mama-mu?”

Ey mengangguk, “sudah pak, tapi saya belum tau hasilnya.” Petugas itu menepuk pelan bahu Ey, “jika pemeriksaan dokter mengeluarkan hasil yang positif, adek harus melaporkannya pada polisi. Nanti saya salin rekamannya untuk bukti. Tapi, semoga Mama-mu tidak apa-apa.”

“terimakasi pak.” Ey tersenyum tulus, ternyata masih banyak orang yang peduli padanya.

Ey keluar dari ruangan tersebut, sekarang yang Ey lakukan adalah berdoa agar Mamanya baik-baik saja.

Ey langsung pergi ke ruangan Mamanya, masih terdapat dokter didalam yang sedang memeriksa Mamanya. Jadi, Ey menunggunya diluar.

Tidak lama kemudian, dokter keluar. Ey berdiri dan bertanya bagaimana hasilnya, “keadaan Ibu Ariya baik-baik saja, tidak ada yang harus dikhawatirkan. Sekarang beliau baru saja bangun dari tidurnya.”

Ey benar-benar lega mendengarnya, “makasi banyak dok, makasi.” Dokter mengangguk dan tersenyum, lalu pergi meninggalkan Ey.

Terimakasih tuhan

Ey segera masuk ke ruangan Mamanya. Mama Ey bangun, tapi ia terdiam. Tidak melirik ataupun tersenyum. Ia hanya menatap kosong ke depan.

"Ma?"

Ey mendekati brankar Mamanya.

"ini semua salah Mama." Ey terkejut melihat Mamanya yang terisak, ternyata gara-gara dirinya, Mama jadi mengingat hal itu lagi.

Ey memegang erat tangan Mamanya, "Maafin Ey ya Ma." Ey tidak tahan menahan rasa sesak di dadanya saat melihat Mamanya menyalahkan dirinya sendiri.

Ey mengusap air dipipinya, dan tersenyum. "Ma, Mama belum makan? Ey buatin Ayam yang udah Mama ajarin sama Ey ya?" Namun tidak ada jawaban dari Mamanya, Ey tetap bergegas ke rumah untuk membuat Ayam.

Tunggu ya ma

***
jangan lupa vote, semoga suka^^

-Darra ayuwandira

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang