[15]

78 16 1
                                    

Jam istirahat sudah tiba, Ey keluar kelas dan pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Karena lupa tidak sarapan, Ey pergi ke pendagang baso ditambah jus mangga kesukaannya.

Ey mencari-cari tempat yang kosong, pandangan Ey berhenti pada meja kosong yang berada dibelakang. Ey pun menghampiri tempat itu dan mulai memakan basonya.

Ardi memasuki kawasan kantin yang hari ini terlihat lebih ramai dari sebelumnya, Ardi pergi ke penjual jus yang tidak begitu ramai dan memesan jus alpukat, sambil menunggu Ardi melihat-lihat keberadaan kantin. Ada yang janggal saat Ardi melihat-lihat, ternyata Ardi menemuka Ey yang sedang memakan baso dimeja belakang. Ardi berniat menghampirinya, namun tiba-tiba ada yang menghalangi jalannya.

“eh Ardi, lo disini ternyata.” Kalila atau dikenal dengan wakil ketua osis SMA 5 Garuda menghalangi jalan Ardi yang berniat menghampiri Ey. Ardi sebenarnya ingin sekali mengabaikan Kalila namun Ardi tidak ingin sejahat itu kepada Kalila yang sering membantunya jika ada urusan Osis.
“hehe iya Kal, ada apa?” Ardi berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari Ey, karena sekarang posisi Ardi berada tepat dihadapan Ey namun terhalang oleh Kalila.

Kalila nampak berfikir, “oh iya, gue Cuma mau tanya. Akhir-akhir ini lo kemana? Ko jarang banget ikut rapat osis?”

Bukannya menjawab, Ardi malah terus saja memandangi Ey yang sedang meminum jusnya. Sadar jika Ardi tidak sedang menatapnya, Kalila menggoyang-goyang kan tubuh Ardi. “Di lo liat apa sih?”

“hah?” Ardi gelagapan kemudian menggeleng dan mengalihkan pandangannya pada Kalila. “ngga ko, tadi lo nanya apa?”

Kalila menahan kesal, ternyata pertanyaannya tadi tidak didengar sama sekali oleh Ardi, apa jangan jangan gosip itu bener? Apa yang sedang Ardi tatap adalah perempuan yang teman-temannya bicarakan? Kalo benar Kalila tidak boleh diam.

“hm, gue Cuma tanya kemana lo akhir-akhir ini?”

Ardi mengambil jus yang ternyata sudah selesai daritadi, lalu meminumnya. “ohh, gue lagi belajar buat olimpiade matematika. Kenapa? Banyak tugas osis ya? Duhh maaf nih Kalila, gue ngerepotin lo lagi.” Ardi memperlihatkan wajah merasa bersalah

Kalila menggeleng sambil tersenyum manis, “gapapa ko Di, gue ngerti. Semoga lo bisa jadi juara lagi. Good luck!”

Ardi menepuk pelan pundak Kalila, “makasi banyak loh Kal. Lo udah banyak bantu gue, lo emang temen terbaik gue. Gue duluan ya, bye.” Sebelum Ardi benar-benar pergi, Ardi memandang meja yang tadi ditempati Ey namun sekarang kosong. Yahh dia udah ngilang

Disatu sisi, Kalila masih diam sambil tersenyum sinis
Ha! Teman.

°°°

Bel pulang sekola sudah berbunyi, para murid yang sudah lama menantikannya buru-buru membereskan barang-barang dan berhamburan keluar kelas. Karena tidak mau ikut berdempetan, Ey menunggu semuanya keluar, barulah Ey berjalan keluar kelas.

Sebenarnya tadi Ey melihat Ardi dikantin. Ternyata Ardi benar-benar menjauhinya, buktinya saat Ey menatap Ardi, Ardi langsung mengalihkan pemandangannya seolah tidak mau Ey tau jika Ardi berada dikantin.

Ey menghela nafas berat, Ey harus buru-buru pulang untuk menemani Mamanya. Ey berjalan pelan menelusuri lorong.

Ardi baru saja keluar dari kelasnya dan melihat orang yang tidak asing berada didepannya, dia berjalan lesu seperti tidak ada semangat hidup, kenapa dia?
“Ey tungguu!”

Ey membalikan badan saat mendengar ada seseorang yang memanggilnya, Ardi?

Ardi sedikit berlari untuk menghampiri Ey, “lo kaya orang bosen idup aja jalannya, mau kemana?” Ey melanjutkan langkah pelannya, “mau pulanglah”

Tiba-tiba Ardi merentangkan tangannya dihadapan Ey, “eitssss.. kok pulang? Lo kan harus belajar dulu buat olimpiade, lo lupa ya?”

Ey mengerutkan alisnya, “lo masih mau jadi patner gue buat olimpiade?”, sekarang Ardi lah yang terlihat kebingungan, “maksud lo apa?”

“gue kira lo gamau kenal lagi sama gue setelah apa yang terjadi kemarin”
Ardi malah tertawa, memang apa yang lucu? Dasar gila.

Setelah tawanya mulai reda, Ardi memandang Ey “kok lo mikir kaya gitu sih? Gue bukan tipe orang yang pilih-pilih temen, menurut gue semua sama ko. Lo pikir gue mau batalin olimpiade cuma gara-gara itu? Ayolah masa lo pinter matematika tapi gak pinter mikir logika.”

Ey tersenyum lebar, bahkan sangat lebar, membuat orang yang ada didepannya mematung. “yaudah ayo, mau belajar dimana?”

“apa? Ohh hmm diperpus sekola aja deh, biar gak jauh-jauh.” Ardi menjawab sambil menetralkan degupan jantungnya.

Ey pun mengangguk dan pergi menuju perpustakaan sekola

Ardi memegangi jantungnya “gilaa! Singa bisa manis juga ternyata” , kemudian kembali berjalan menyusul Ey yang sudah duluan pergi ke perpustakaan sekola.

°°°

Sudah sekitar 2jam mereka habiskan dengan membahas soal-soal yang kemungkinan akan keluar saat olimpiade nanti, tidak ada yang merasa kelelahan karena berfikir rumus, sebaliknya mereka nampak sangat antusias melihat angka-angka yang berada pada buku.

“menurut lo, kenapa banyak murid yang gasuka matematika?” Ardi bertanya disela-sela mereka sedang belajar, Ey mengalihkan pandangannya dari buku ke Ardi. Ey nampak sedang berfikir, “menurut gue sih ya, mereka itu kebanyakan langsung nyerah sebelum nyoba. Misalnya mereka ngisi soal pake rumus A, terus jawabannya gak muncul-muncul padahal mereka udah ngitung panjang lebar, dan itu yang buat mereka langsung benci sama matematika. Padahal mereka gak tau kalo matematika itu ada berbagai rumus, seharusnya mereka nyoba dulu pake rumus yang B, kali aja itu lebih gampang dari rumus A ya kan? Menurut gue sih gitu.”

Ardi merentangkan kedua tangannya karena merasa pegal, “hmm, gue pikir juga gitu. Kebanyakan dari mereka malah nyalahin guru, ada yang bilang gurunya ngasih rumus yang susah, padahal kan gak semua rumus harus guru kasih sama kita. Gimana mau bisa kalo kita gak usaha dengan belajar?” Ardi memperbaiki duduknya, “lo udah selesai ngisi soal latihannya?

Ey mengangguk, “udah.”

“yaudah ayo pulang.”

Ey mengangguk, dan merekapun membereskan barang masing-masing.

Mereka keluar dari perpus, tidak lupa mengucapkan terimakasih pada guru yang menjaga perpus. “lo mau langsung ke rumah sakit?” Ardi bertanya saat sedang berjalan dikoridor sekola, “hmm iya, gue takut kejadian lagi kaya kemarin.”

°°°

Mereka sudah sampai di parkiran Sekolah, “ayo gue anterin, sambil mau jenguk nyokap lo.”

Ey menggeleng, “ah gausah, gue udah beberapa kali nebeng sama lo, gaenak ngerepotin lo terus.”

Ardi menaiki motornya, dan memberikan helm untuk Ey, “cepetan, gue gamau bikin Mama mertua nunggu."

***
gmna ceritanya? :)
smga suka, jngn lupa vote^^
makasii

-Darra ayuwandira

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang