[19]

85 13 2
                                    

Hari demi hari Ey lewati dengan belajar agar mendapat juara 1, ini hanya demi Mamanya. Ey tidak akan pernah bermain-main dengan olimpiade ini, Ey harus membuat Mama sembuh agar Ey tau apa yang sebenarnya terjadi pada Mama.

Dan ini saatnya, ini adalah hari olimpiade matematika antar sekolah. Ey sudah siap dengan seragam batik khas SMA 5 Garuda. Ey menghembuskan nafas pelan kemudian menghampiri Mamanya. “Ma, Ey mau olimpiade dulu, Mama doain Ey juara ya, biar bisa bayar biaya rumah sakit Mama.”

Semenjak kejadian beberapa minggu lalu, saat Mama Ey menganggap Ardi sebagai anak laki-lakinya, Mama Ey tidak seaktif dulu. Yang Mama Ey lakukan hanyalah diam dengan tatapan kosong.
Ey mencium punggung tangan Mamanya kemudian beranjak untuk pergi ke sekolah SMA MERDEKA, tempat dimana diadakannya olimpiade matematika.

“udah?” Ardi bertanya pada Ey saat melihat Ey keluar dari ruangan Mamanya.

Hubungan mereka sekarang lebih membaik, walaupun memang masih ada perdebatan-perdebatan kecil, namun Ardi lah yang selalu mengalah karena ia sudah tau niat baik Ey untuk memenangkan olimpiade ini.

Begitupun Ey. Ey mungkin harus sedikit mengurangi kekesalannya pada Ardi, walaupun memang sebenarnya Ardilah yang selalu mengibarkan bendera perang, tapi sepertinya untuk sekarang damai akan lebih baik.

Ey mengangguk, “ayo”. Mereka jalan beriringan menuju parkiran rumah sakit. Saat tiba didepan Ey bingung melihat Ardi membuka pintu mobil untuknya, “kenapa gak bawa motor?”

“ini kan hari special yang kita tunggu-tunggu jadi ya kali-kali aja kita pake mobil, bosen kalo pake motor. Lo nya suka bandel kalo disuruh pegangan.” Ey menatap tajam Ardi. Lihatkan? Ardi lah orang yang selalu mengibarkan bendera perang, jika saja ini bukan hari olimpiade, Ey pasti sudah menjadi singa garang. “semerdeka lo aja.” Ey segera masuk karena tidak ingin terlambat ke tempat perlombaan.

Ardi pun segera masuk kemudian mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, karena ini bukan hari libur, jalanan tidak terlalu macet seperti hari weekend biasanya. Membuat Ey dan Ardi tidak usah terburu-buru.

Ardi menggerakan kepalanya untuk melihat Ey yang sedang memandang jalanan lewat kaca, “Ey?”

Karena merasa terpanggil, Ey mengalihkan pandangannya pada Ardi. Tidak sengaja mata mereka bertemu, namun Ardi segera mengalihkan pandangannya ke depan, “hmm.. semoga lo berhasil menangin olimpiade ini.”

Ey tersenyum, “bukan gue aja, tapi kita. semoga kita berhasil.”

Tidak ada percakapan lagi setelah itu, yang Ey lakukan adalah kembali memandang jalanan dari jendela. Berbeda dengan Ardi yang terlihat sangat kaku sekali

Bisa aja bikin jantung gue dag dig dug nih singa

°°°

Mereka sudah sampai di SMA MERDEKA.

Karena murid di SMA MERDEKA ini tidak diliburkan, jadi sangat banyak sekali murid yang berlalu lalang di Sekolah ini. Ditambah dengan murid dari SMA lain yang ikut datang untuk menyaksikan perlombaan olimpiade antar SMA ini.
Padahal acaranya sekitar jam 9, namun sudah banyak sekali murid yang datang padahal jam baru saja menunjukan pukul 8.

“banyak banget yang dateng, gilaaa!” Ardi menganga melihat banyaknya orang yang datang dari setiap SMA, untung saja SMA ini luas.

Ey menarik Ardi untuk masuk kedalam, “ayoo kita cari pak Hartono dulu.”
Mereka sudah ada didalam Sekolah SMA MERDKA. Yang pertama mereka lakukan adalah mencari Pak Hartono, namun hasilnya nihil, mereka tidak menemukan guru matematikanya itu. “sekolah ini luas, terlalu lama kalo nyarinya bareng-bareng. Lo nyari ke daerah sana gue kesini.”

Sambil menunjukan arah, Ardi menjelaskan agar mereka berpencar. “nanti kalo udah pukul 08:30 kita ketemu lagi disini.”

Ey mengangguk setuju, kemudian mulai berjalan ke daerah yang ditunjukan Ardi tadi. Ey sebenarnya takut tersesat karena dia tidak tau betul bagaimana Sekolah ini, tapi harus bagaimana lagi, jika Ey tidak mencari Pak Hartono, bagaimana dia akan ikut olimpiade jika pembimbingnya saja tidak ada. Bisa-bisa Ey dan Ardi di diskualifikasi.

Saat Ey turun ke tangga yang mengarah ke toilet, Ey menemukan Pak Hartono yang baru saja keluar dari toilet. Ey segera menghampirinya, “Pak, Ey dari tadi nyari Bapak. Ternyata disini.” Pak Hartono hanya memperlihatkan cengirannya, “Tadi tiba-tiba ada panggilan alam, jadi Bapak buru-buru kesini.”

Ey hanya tertawa kecil mendengar penjelasan Gurunya, “yaudah pak ayo, sebentar lagi acaranya dimulai.” Ey pun membawa Pak Hartono ke tempat terakhir Ey dan Ardi berpisah. Pak Hartono bingung mengapa muridnya malah membawa ke kantin bukannya ke kumpulan Sekolahnya. “Elena kenapa kamu malah bawa saya kesini? Kumpulan SMA 5 GARUDA ada disana.”

Ey juga bingung mengapa tidak ada Ardi disini, padahal jelas-jelas tadi perjanjiannya mereka harus bertemu disini saat pukul 08:30. Ey memeriksa jam yang ada ditangannya, “sekarang udah jam 08:32, dia mungkin udah duluan ke rombongan SMA 5 GARUDA.” Ey berbicara dalam hati.

“ngga Pak, tadi Ey sama Ardi janjian disini. Soalnya Ardi juga nyari Bapak ke sana, tapi kayanya Ardi udah duluan ke rombongan SMA 5 GARUDA deh Pak.” Pak Hartono menjadi merasa bersalah karena telah menyusahkan kedua muridnya, “yasudah kita kesana.” Ey pun mengikuti arah yang ditunjukan Pak Hartono.

Sesampainya disana, Ey melihat Molly dan murid yang lainnya yang ternyata ikut menonton juga. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan. Sudah pasti mereka datang untuk mengsupport idola mereka.

Ey menghampiri Molly, “hai Mol, lo dateng.” Molly yang sedang memandang cowo-cowo ganteng langsung mengalihkan pandangannya pada Ey. Tanpa basa-basi, Molly langsung memeluk Ey membuat Ey terkejut. “eh lo kenapa?”

Molly semakin mengeratkan pelukannya, “Ey, pokonya lo harus semangat, gue yakin lo bakal juara. Pokonya gue pasti selalu do’ain yang terbaik buat lo.”

Ey tersenyum haru, dia benar-benar beruntung memiliki teman seperti Molly. Walaupun dari dulu Ey selalu kasar pada Molly, tapi Molly tidak pernah membalas perbuatannya. Ey jadi merasa bersalah.

Karena merasa sudah cukup memeluknya, Molly akhirnya melepaskan pelukannya. “ngomong-ngomong Ardi mana Ey?”
Ey jadi ingat kalo niat sebernya ia kesini adalah untuk mencari Ey, karena Molly bertanya dimana keadaan Ardi, berarti dia tidak ada disini, terus kemana perginya anak itu.

“gue kira dia kesini Mol, lo bener-bener gak liat?” Melihat Molly yang menjawab dengan gelengan, Ey menjadi semakin bingung dibuatnya. Itu anak nyusahin aja bisanya
“yaudah Mol, gue mau nyari dia dulu. Tolong bilangin sama Pak Hartono buat nunggu, gue pastiin gue sama Ardi dateng sebelum olimpiade dimulai.”

Setelah mengatakan itu, Ey langsung bergegas untuk mencari Ardi. Pertama Ey mencarinya di kantin, kali aja dia kelaperan jadi mentok dikantin, tapi tidak ada ciri-ciri Ardi disekian banyak orang yang lagi makan.

Mungkin perpus

Ey segera mencari dimana keberadaan perpus, bisa jadi kan Ardi ingin belajar sedikit lagi sebelum olimpiade benar-benar dimulai. Akhirnya Ey menemukan perpus, Ey masuk dengan pelan agar tidak mengganggu para kutu buku yang sedang fokus.

Namun lagi-lagi hasilnya nihil, Ey sudah mencari disetiap sudut tapi tidak menemukan Ardi.
“waktunya tinggal sebentar lagi. Itu anak kemana sih? Gak bisa gitu sekali aja gak bikin gue kesel.” Ey benar-benar sudah tidak tau lagi harus pergi kemana, Ey pun mencoba mencari Ardi di toilet yang ada diujung, banyak yang bilang sih itu udah jarang dipake, tapi kan gak menghapus kemungkinan kalo Ardi kesana. Bisa aja dia bener-bener kebelet.

Ey berjalan pelan kearah toliet itu, ternyata disini sepi karena terdapat banyak kelas yang tidak terpakai dan mengubahnya menjadi gudang. Ey memberanikan diri untuk melanjutkan langkahnya, toilet masih terlihat jauh karena berada diujung.

Namun saat sedang berjalan, Ey mendengar seseorang yang membuka pintu salah satu gudang tersebut. Karena takut ketahuan menyelinap ke sini, Ey segera bersembunyi dibalik tumbuhan yang lumayan tinggi. Ey sedikit tidak asing dengan wajah orang yang baru saja keluar dari gudang itu.

“Ezra?”

***
jangan lupa vote, mksi^^

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang