Mereka sudah sampai dirumah sakit daritadi. Setelah beres menyuapi Mamanya, Ey menjauh untuk duduk dikursi yang sedikit jauh dari blankar.
Molly sudah mulai menghibur Mama Ey dengan candaan-candaannya.
Ey bergumam “Ini ko ceritanya jadi gini? Gue kira beneran ada orang yang ngambil eskrimnya. Kalo selama ini dibuang, berarti udah banyak dong eskrim yang dibuang sia-sia sama Mang Asep, sayang banget padahal gue suka banget eskrim”
WOI
Molly tiba-tiba mengejutkan Ey yang sedang melamun, “Ih apaan sih lo?! Kaget tau!”
Yang ditanya hanya cengengesan, “Lagian apa si yang lo lamunin dari tadi? Gue udah curiga dari bis. Eh bukan-bukan, lo tiba-tiba berubah pas balik dari kelas, emang ada apa? Lo nemuin sesuatu?”
Ey sebenarnya bingung harus menceritakan yang sebenarnya atau jangan, namun mengingat Molly selalu membantunya, Ey jadi tidak enak jika harus merahasiakannya. “Lo ngerasa aneh ga kalo misalkan eskrim itu ternyata buat gue?”
“Ohhh..” Molly menjawab sambil mulai menyender pada kursi dan mencari posisi untuk istirahat.
Ey bingung dengan respon yang diberikan Molly, “Ko ohh sihh? Lo ga kaget gitu kalo itu bener buat gue?”
“ngapain kaget? Gue kan udah curiga dari awal kalo itu mungkin bener-bener buat lo. Lagian ya kalo dipikir lagi, lo kan gak sebangku sama siapa-siapa, jadi ya udah pasti itu buat lo lah.”
Ey mengerutkan kening kemudian mendekatkan badannya ke arah Molly yang sedang menutup mata menikmati posisinya, “Tapi Mol nih ya, siapa orangnya?”
Molly mulai membuka matanya dan duduk seperti biasa menghadap Ey, “Hmm seorang Elena bisa kepo juga nihhh.”
“Ih apaan, gue gak kepo ya.” Kesal karena diejek oleh Molly, Ey menyenderkan kepalanya pada kursi dan mulai menutup matanya.
“Ya siapa lagi? laki-laki yang deket sama lo kan cuma si ketos doang.”
“Gamungkin! Gue kan udah lama gak hubungan sama dia, kita udah kaya yang gak kenal tauuu.” Ey sangat malas jika menyangkut Ardi
Molly mengangguk, kemudian mengikuti Ey untuk istirahat sebentar. “Itumah pendapat gue aja, bener atau ngganya ya gue juga gatau.”
Tiba-tiba
Ey dan Molly terkejut mendengar suara barang pecah, saat terbangun mereka melihat pecahan gelas dilantai, dan Mama Ey menangis.
Dengan sigap Ey segera menghampiri Mamanya, sedangkan Molly menghampiri pecahan gelas untuk membersihkannya.
Mama Ey menangis semakin kencang, membuat Ey sulit untuk menenangkannya. “Ma udahh ya”Ey berusaha menenangkan Mamanya, namun Mama Ey malah memberontak dan mendorong Ey sampai terjatuh
“Lo gapapa?” Molly yang melihat itu langsung membantu Ey untuk berdiri
Ey mencoba memeluk Mamanya, namun Mama Ey terus memberontak.“MAMA MAU NIZAM, NIZAM MANA”
Molly yang tau situasi langsung berlari untuk memanggil dokter.Ey menggeleng sambil menahan tangis, “Abang udah gaada Ma”
Mama Ey semakin mengamuk, “NIZAM MANA, NIZAAMMM!”
Tidak lama kemudian dokter beserta suster masuk dan memberi obat penenang pada Mama Ey. Setelah dipastikan tenang Molly membawa Ey untuk keluar karena dokter akan memeriksa Mama Ey.
“Lo yang sabar.” Ey hanya diam mendengar ucapan Molly.
Dokter pun keluar dari ruangan dan menyuruh Ey untuk mengikutinya ke ruangan dokter
“Perlu gue temenin?” Ey menggeleng sambil tersenyum “Gausah Mol, lo tunggu disini aja.” Setelah itu, Ey segera bergegas mengikuti dokter
°°°
Setelah Ey duduk, dokter segera menjelaskan keadaan Mamanya. “Akhir-akhir ini Ibu Ariya mudah sekali mengeluarkan emosi, itu pasti pemicu semua ini. Jika saja beliau tidak mengangkat beban lagi setelah lama melupakannya, ini bisa saja tidak terjadi. Kami akan lebih memperketat jadwal terapinya, kemungkinan tidak bisa bebas besuk kecuali waktu tertentu.”
Ey hanya bisa mengangguk pasrah, bingung apa yang harus ia lakukan untuk Mamanya.
Molly yang melihat Ey kembali langsung berdiri, “Gimana kata dokter?”
“Nanti aja ya Mol, sekarang kita pulang aja udah mau malem.”Molly mengerutkan kening, “Loh, lo gak jaga nyokap lo?”
Ey menggeleng, “Kayanya sekarang nyokap gue dijagain suster.”
Mengerti dengan keadaan Ey, Molly mengangguk. “Yaudah ayo, gue anterin sampe rumah lo.”
Mereka segera bergegas ke halte untuk pulang.
Karena bis lebih dulu melewati rumah Ey, Ey segera bangkit dari duduknya untuk turun dari bis diikuti oleh Molly.
Tiba-tiba Ey menghentikan Molly, “Sampe disini aja Mol, gue gapapa kok.”
“t..tapi..”
“Udah gapapa.”
Setelah itu, Ey turun dan melampaikan tangannya pada Molly
Ey segera memasuki rumahnya dan berbaring dikamarnya, saat akan menutup mata Ey teringat akan sesuatu.
Surat
°°°
jangan lupa vote^^-Darra ayuwandira
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen FictionTentang keajaiban bunga dandelion yang telah merubah kehidupan Ey. Diatas jembatan Ey meminta permintaan pada Bunga Dandelion agar mempertemukannya dengan teman kecilnya. Malam itu, seseorang dengan pakaian serba hitam datang saat Ey sedang dalam...