[11]

82 14 3
                                    

Sekarang yang tersisa diruang tamu hanyalah Ardi dan Ey. Sesudah membereskan kekacauan tadi, Ey dan Ardi sudah mulai belajar, mereka melakukannya dengan sedikit lebih tenang dari sebelumnya, walaupun masih saja dipenuhi dengan perdebatan perdebatan kecil tentang rumus yang menurut Ey lebih gampang tetapi justru menurut Ardi lebih susah.

Tidak terasa langit sudah berubah menjadi langit sore yang indah, senja.

Ey berpamitan kepada Mama Ardi yang berada didapur, "tante, Ey pulang dulu" kemudian Ey mencium punggung tangan milik Mama Ardi.

Lia seperti terkejut, namun ia langsung menetralkan wajahnya kembali, "oh Ey, iya, awas pulangnya hati hati. Kamu dianterin sama Ardi kan?" Lia berhenti sejenak dari kegiatan memasaknya,

"oh ngga tante, Ey bisa pulang sendiri ko. Lagian Ardinya lagi main ps, gaenak kalo ganggu. Ey pulang dulu, assalamualaikum." Ey pergi meninggalkan rumah keluarga Ravindra.

"walaikumsallam" Lia tersenyum

Akhirnya

°°°

Ey pergi menelusuri jalan sore dengan langit senja yang indah, bukan jalan pulang yang menjadi tujuan Ey sekarang, melainkan jalan menuju jembatan.

Setelah kejadian kejadian yang selalu terjadi malam hari, Ey jadi mengurungkan niatnya untuk pergi ke jembatan malam hari. Sekarang Ey akan datang pada saat siang hari ataupun sore hari.

Menatap langit senja dari atas jembatan ternyata lebih menyenangkan, Ey memikirkan hidupnya yang akhir akhir ini sangat melelahkan. Setelah pertemuannya dengan Ardi, semua menjadi rumit. Ey yang tipikal orang tenang harus menjadi Ey yang emosian, bagaimana bisa Ey keluar dari zona tenangnya hanya karena seseorang bernama Ardi. Padahal Molly lebih banyak bicara dari Ardi, tapi yang dilakukan Ey hanya diam tanpa harus mengeluarkan emosi, ini sangat membingungkan.

Sambil memegang setangkai bunga dandelion, Ey menghela nafas kasar. "kapan sih Ken dateng? Ey udah bosen tau nunggu Ken. Gimana ya kalo misalnya kita ketemu? Ken bakalan inget Ey gak ya? Huftt.." ey meniup bunganya dan berjalan meninggalkan jembatan.

Aku bahkan selalu ingat kamu Ey

ucap seseorang dari kejauhan

°°°

Ey tiba dirumah, baru saja Ey membuka pintu namun yang Ey lihat sekarang adalah kegelapan. Ey menyelusuri tembok untuk mencari tombol lampu.

Klikk..

Lampu sudah menyala, dan Ey benar benar terkejut dengan apa yang Ey lihat. Semua isi rumah berantakan seperti ada orang yang mengacak ngacaknya. Yang lebih membuat Ey terkejut adalah, Mamanya yang terbaring dilantai dengan kepala yang berlumuran darah.

"MAMAAA!!!"

Ey menghampiri Mamanya, dan dengan cepat menggendongnya. Ey keluar dan mencari taksi, setelah mendapatkannya Ey cepat cepat menuju rumah sakit terdekat.

Ey menangis melihat Mamanya seperti ini, Ey tidak mau kalo sampai Mamanya kenapa napa. Yang menjadi penguatnya saat ini adalah Mama, jika Mama meninggalkannya, maka Ey tidak akan sanggup lagi untuk hidup.

"Mama yang kuat, Mama yang bilang sama Ey harus tetep kuat kaya bunga dandelion. Mama juga harus kuat, Ey disini." Ey berbicara dalam hati, Ey benar benar takut jika Mama akan meninggalkannya.

°°°

Kini ey sudah tiba di Rumah Sakit Permata, Mamanya sudah ada didalam dan sedang ditangani oleh dokter. Ey hanya bisa berdoa agar tuhan menyelamatkan Mamanya.

Tiba tiba dokter keluar dan Ey pun berdiri. "anda anaknya bu Ariya?" Ey mengangguk, lalu dokterpun meminta Ey untuk ikut ke ruangannya karena ada yang ingin dokter katakan, Ey pun menurut dan mengikuti dokter.

"jadi begini, bu Ariya mendapatkan luka dibagian kepalanya. Sepertinya itu disebabkan oleh benda kaca. Karena saya mendapatkan potongan potongan kaca kecil dirambut bu Ariya, bisa jadi bu Ariya dipukul oleh oranglain ataupun memukul dirinya sendiri. Sekarang bu Ariya sedang mengalami masa kritis karena otak belakangnya terluka, kita tidak tau apa yang akan terjadi jika beliau bangun, kamu berdoa saja, semoga beliau tidak akan mengalami kelainan jiwa ataupun hilang ingatan."

Ey yang mendengarkan penjelasan itu hanya bisa menutup mulut, Ey benar benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan dokter. Sebenarnya apa yang telah terjadi sampai membuat Mamanya seperti ini, apakah ini perbuatan Papanya. Jika iya, Ey tidak bisa membiarkannya.

"dokter, tolong lakukan yang terbaik untuk Mama saya."

Ey pergi meninggalkan ruangan dokter, dan pergi untuk menemui Mamanya.
Ey melihat Mamanya lewat kaca, Ey belum sanggup untuk masuk namun Ey memberanikan diri dan membuka pintu, yang Ey lihat sekarang adalah seorang perempuan yang sedang tidur dengan alat alat yang menempel pada tubuhnya. Ey menghampirinya dan duduk dipinggir Mamanya.

"Ma.. Mama sebenernya kenapa? Kenapa bisa gini sih Ma, apa ini perbuatan Papa? Udah berapa kali Ey bilang sama Mama, jangan biarin Papa nyakitin Mama lagi. Kenapa Mama gapernah denger kata kata Ey sih? Mama gak kasian ya sama Ey?. Ma, Mama harus sembuh, Ey bakalan cari uang buat bayar biaya rumah sakit, Mama gausah khawatir. Yang penting Mama sembuh, kita pulang kerumah bareng bareng ya Ma." Ey mengusap air matanya yang sudah membasahi wajahnya dari tadi, kemudian berlari keluar karena sudah tidak tahan melihat Mamanya yang menderita.

Saat berlari keluar ruangan, Ey tidak sengaja menabrak seseorang. Namun Ey tidak memperdulikannya dan terus melanjutkan larinya.

Ey tidak sadar jika orang yang Ey tabrak adalah orang yang daritadi memperhatikan Ey saat didalam ruangan Mamanya.

Dia menangis

***
jng lupa vote^^
makasii

-Darra ayuwandira

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang