"ibu Ariya sudah sadar, namun beliau mengamuk. Bisakah anda datang?"
Ey sudah tiba dirumah sakit dan berlari menelusuri lorong-lorong menuju ruangan Mamanya, hatinya sudah tidak karuan memikirkan Mamanya. Ardipun ikut berlari mengikuti Ey, ia takut akan terjadi sesuatu pada singanya.
RUANG MAWAR
Ey mendobrak pintu ruangan itu, dan yang Ey lihat adalah seorang perempuan seperti malaikat sedang dipegang oleh beberapa suster. Perempuan itu mengamuk, meneriaki nama anak laki-laki.
NIZAM
Perempuan itu meneriaki nama abang Ey yang sudah lama meninggal.
Ey berjalan pelan ke arah brankar Mamanya. Ey sakit, bahkan sangat sakit sampai-sampai tidak bisa mengeluarkan air mata.Saat Ey tiba dihadapan Mamanya, Mama Ey diam.
Ia memandangi anak bungsunya, para suster melepaskan genggaman tangannya dari Ibu Ariya.
"Ey, anak mama, sini nak." Mama Ey memanggil dengan suara yang bergetar.Ey mendekatkan wajahnya dan menggenggam tangan Mamanya. "Mama udah bangun? Mau Ey buatin bubur kesukaan Mama?"
Mama Ey menggeleng, "Mama gak lapar. Abangmu dimana?" , disaat itulah Ey menitikan air matanya, dan buru-buru menghapusnya.
"nanti Abang dateng, Mama makan dulu ya?" mama Ey tersenyum dan mengangguk, suster memberikan beberapa makanan pada Ey, kemudian semua suster dan dokterpun keluar saat dirasa keadaannya sudah membaik.
Ardi tidak masuk maupun keluar, daritadi ia memperhatikan semuanya diambang pintu. Ardi tidak mengeluarkan ekspresi apapun, dia hanya diam melihat Ey dan Mamanya kemudian keluar saat melihat keadaan sudah membaik dan menunggu dikursi depan ruangan.
Ey sudah selesai memberi makan Mamanya, sekarang Mama sudah tidur karena baru saja diberi obat penenang.
Untuk sekarang Ey tidak mau pergi jauh-jauh dari Mama karena takut hal seperti tadi terjadi lagi.
Ey berjalan keluar untuk pergi ke kamar kecil, namun Ey terkejut saat mendapati Ardi yang masih setia menunggunya di kursi depan ruangan. Ey lupa jika tadi Ey kesini dengan Ardi, Ey jadi merasa tidak enak.
Ardi sedang menundukan kepalanya, tiba-tiba ada seseorang yang duduk disampingnya. Saat Ardi lihat, ternyata Ey. "maaf bikin lo nunggu" Ey mengucapkannya tanpa melirik Ardi.
Ardi memperbaiki posisi duduknya, "gapapa santai aja, gimana nyokap lo udah mendingan?"
"Mama udah tidur", Ardi menjawabnya dengan anggukan canggung, sekarang suasananya tidak seperti biasanya.
Ey kemudian teringat dengan jawabannya saat Ardi menanyakan keberadaan orang tuanya
Mereka lagi keluar jadi disini gaada siapa-siapa
Ey menjadi salah tingkah, Ey malu karena sudah berbohong pada Ardi. "hmm, Ardi masalah jawaban gue waktu tadi.."
"gue ngerti ko Ey, gapapa." Ardi langsung memotong perkataan Ey karena sudah tau apa yang akan Ey bicarakan.
Ey menundukan kepalanya, Ey berpikir bagaimana jika Ardi tidak ingin menjadi patner untuk olimpiade dan meminta kepada Pak Hartono untuk mengganti pasangannya karena sudah tau keberadaan Ey. Terus dengan cara apa Ey membayar biaya rumah sakit?
Saat sedang berkutat dengan pikiran sendiri, Ardi bangkit dari duduknya, Ey pun menoleh. "gue pulang dulu, ini udah mau malem takutnya dicariin nyokap." Ey hanya mengangguk untuk mengiyakan.
Ey melihat punggung Ardi yang semakin lama semakin menghilang, "kalo bener Ardi bakalan gitu, gue harus nerima dan nyari cara buat cari uang tanpa olimpiade."
°°°
Ey berjalan memasuki gerbang SMA 5 Garuda. Terdapat banyak siswa siswi yang berlalu-lalang memasuki gerbang sekola. Tidak ada semangat Sekolah untuk hari ini, karena belakangan ini yang membuat Ey semangat sekola adalah olimpiade, namun tidak lagi.
Ey melangkah malas memasuki kelasnya, ternyata sudah ada Molly yang sedang fokus pada handphone nya.
Terasa ada yang duduk disebelahnya, Molly pun menghentikan aktivitas menonton drama koreanya untuk melihat siapa yang datang, "YAAMPUN EY LO KEMANA AJA!"
Ey menutup telinganya begitupun orang-orang yang ada dikelas, "woi cimol! Pagi-pagi begini udah bikin telinga gue sakit aja, pelanin suara lo. Suara lo itu bisa nyampe ke korea loh, lo mau oppa lo mati gara-gara teriakan lo?" Gavin, ketua kelas terlihat kesal dengan apa yang dilakukan Molly, sudah cukup kelasnya dibikin heboh setiap Molly mendapat berita-berita korea yang sama sekali tidak bermutu.
Yang ditegur hanya nyengir seperti tidak mempunyai dosa.
Ey hanya menggelengkan kepala melihat tingkah ketua kelas dan Molly yang setiap hari tidak pernah akur, tiba-tiba Molly menggeserkan kursinya agar lebih dekat dengan Ey, kemudian berbisik "kenapa lo kemarin gak sekola?"
Ey pun ikut mendekatkan wajahnya kepada Molly, "ada urusan." Kemudian menjauhkan wajahnya kembali dan mengeluarkan buku yang akan Ey pelajari hari ini.
OH MY GOD!!!
Molly berteriak lebih kencang membuat semua orang yang ada dikelas bahkan diluar pun berhenti melangkah. Ey saja sampai menjatuhkan buku yang baru saja Ey keluarkan saking terkejutnya dengan teriakan Molly yang tiba-tiba.
MAAF REFLEKS HEHE
Semua orang seperti ingin melahap Molly hidup-hidup namun mereka urungkan, mengingat jika Molly ada didalam perut mereka bisa-bisa setiap detik perutnya akan berbunyi.
Sebenarnya yang membuat Molly senang adalah Ey yang menjawab pertanyaannya tanpa tatapan dingin seperti dulu, ingin sekali Molly memeluk Ey dan mengucapkan terimakasih. Tapi bagaimana jika Ey langsung kembali seperti dulu, ah itu tidak boleh terjadi.
Mungkin ini saatnya gue ngebales kebaikan Molly
***
jangan lupa vote^^ makasii-Darra ayuwandira
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen FictionTentang keajaiban bunga dandelion yang telah merubah kehidupan Ey. Diatas jembatan Ey meminta permintaan pada Bunga Dandelion agar mempertemukannya dengan teman kecilnya. Malam itu, seseorang dengan pakaian serba hitam datang saat Ey sedang dalam...