Three

6.3K 363 45
                                    

Vote dulu baru baca. Sekalian komen juga bisa.

✌✌✌

Evo akhirnya benar-benar melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua timnya kemarin.

Meski harus datang lebih awal dari yang lain, setidaknya Evo harus bersikap tau diri sebagai perawat baru di rumah sakit itu.

Belum lagi masalah dengan ketua timnya. Dua kali Evo membuat kesalahan dalam sehari, dan masih diperbolehkan untuk kerja bersama rekan-rekannya yang lain cukup menjadi hal yang Evo syukuri.

Meski sempat begitu saja terucap akan baik-baik saja jika harus dipecat, percayalah itu bukan yang sebenarnya Evo inginkan.

Dia tidak ingin kesempatan bekerja yang susah payah didapatkan harus hilang begitu saja.

Sebagai mahasiswa kelulusan radiografi yang sudah dua tahun melewatkan masa fresh graduate, Evo sempat pesimis akan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan pendidikannya.

Dua tahun menjadi freelance yang hanya bekerja dikontrakkan sebagai seorang editor tulisan membuat Evo sangat bersyukur akhirnya bisa diterima bekerja sesuai dengan pendidikan yang selama ini dijalaninya.

Evo menerima tawaran sebagai editor kerja lepas karena memang dia menyukai dunia membaca.

Dengan bekerja sebagai editor, Evo bisa membaca karya tulis fiksi tanpa harus menghabiskan uang hasil editingnya untuk membeli novel tersebut.

Jika dipikir, editing memang sangat jauh dengan dunia radiografi. Tapi Evo benar-benar tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk menjadi seorang radiografer setelah beberapa kali ditolak oleh banyak rumah sakit.

Evo bahkan melompat kegirangan saat resume tentang dirinya diterima dan diminta untuk melakukan wawancara.

Siapa yang menyangka jika dia benar-benar bisa bekerja menjadi seorang radiografer pada akhirnya?

Dan memang tidak boleh disia-siakan, bukan? Tidak semua kesempatan bisa datang dua kali.

Evo berjalan sedikit tergesa dengan tumpukkan riwayat hasil rontgen para pasien yang akan melakukan konsultasi dengan ketua timnya yang dingin itu.

Lima belas menit lagi jam sembilan, dan dia harus datang lebih awal daripada ketua timnya itu.

Evo tidak ingin kembali bermasalah yang akan membuatnya mengucapkan hal-hal yang tidak berguna. Bisa saja ketua timnya akan benar-benar mengabulkan dan memecatnya.

Gadis bermata hazel itu semakin mempercepat langkahnya.

Tapi sesuatu dihadapannya membuat langkah Evo tiba-tiba terhenti.

Mata Evo menyipit sekilas untuk memastikan bahwa benar yang dilihatnya itu adalah ketua tim yang lima belas menit lagi akan ditemui di ruang konsultasi.

Evo langsung berjengit menyembunyikan dirinya dibalik tiang-tiang koridor rumah sakit.

Sekali lagi, Evo melihat ke arah pria yang memang benar ketua timnya itu sedang begitu bahagia dengan seorang wanita.

Meski baru terhitung dua hari bekerja di rumah sakit itu, Evo tidak pernah melihat Dante Derova Reuven tersenyum dengan begitu hangat.

Tunggu dulu, itu bukan senyum, tapi tawa bahagia. Lihat saja kerutan dipinggir mata pria itu, terlihat sangat alami. Persis seperti orang yang sedang menemukan sesuatu yang diinginkannya.

Ck. Evo merasa seperti seorang pakar pembaca wajah. Lupakan.

Dan perempuan di depan Dante itu, sebagai perempuan Evo juga mengakui bahwa perempuan itu sangat cantik.

DAN (Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang