Thirty One

4.7K 369 20
                                    

Vote dulu ya, tengkiyu

✌✌✌

Semua berjalan dengan sangat baik dua bulan ini. Evo dan Dante sudah benar-benar tidur sekamar dengan ranjang yang sama.

Tentu Archer sangat berbahagia dengan keputusan kedua orang tuanya itu.

Evo bisa bernapas lega karena tidak kembali didatangi oleh mimpi buruk yang membuatnya berprasangka buruk pada suaminya.

Meski tidak sepenuhnya percaya, tapi Evo berusaha untuk tidak terlalu ingin tau dengan apa yang terjadi sebenarnya.

Hidupnya dan Dante sedang sangat berbahagia sekarang. Evo tidak ingin merusak semuanya hanya karena prasangka yang selama ini memenuhi kepalanya.

Toh mimpi itu tidak lagi muncul. Terlebih, jika memang ada sesuatu yang harus Evo tau, Dante pasti sudah menceritakan padanya, bukan?

Pagi ini, Dante menyiapkan sarapan untuk istri dan anaknya secara suka rela.

Beberapa hari ini Evo terlihat tidak dalam keadaan sehat. Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya menjadi mudah lelah dan lemas.

Evo bahkan lebih sering bermalas-malasan bersama Archer di ruang tengah jika sudah sampai rumah.

Tidak berniat membuat sesuatu untuk mereka makan karena perutnya terasa mual saat mencium bau masakan.

Dante tanpa protes membiarkan istrinya tidak melakukan apa-apa dan membuat makanan untuk mereka beberapa hari ini.

Dante curiga bahwa istrinya sedang mengandung. Tapi kejadian tiga bulan lalu membuat Dante ragu bahwa Evo bisa hamil secepat ini pasca pendarahan datang bulan itu.

Dan lagi, mereka belum melakukan perawatan apa pun setelah kejadian itu. Lebih tepatnya, Dante belum berani untuk mengatakan hal itu pada istrinya.

Dante takut jika Evo tersinggung dan malah kembali memikirkan hal-hal buruk yang akan membuat proses perawatan itu terganggu.

Tak ingin terlalu berharap lebih, Dante menenangkan dirinya dan berpikir bahwa Evo hanya sedang masuk angin.

"Ayah," suara sang putra membuat Dante tersenyum setelah meletakkan beberapa potong sandwich ke dalam kotak makanan.

Archer langsung bergelayut di kaki Dante. Segera pria itu menggendong balitanya.

"Where's mommy, buddy?" tanya Dante.

Balita itu menunjuk ke arah tangga menuju kamar mereka. "Mommy muntah-muntah lagi, ayah," jawab Archer dengan wajah penuh ekspresi prihatin.

Dante tersenyum kecil setelah mengajak pelan kepala Archer yang kini terkekeh karena perlakuan sang ayah.

Helaan terdengar dari Dante saat melihat istrinya baru saja turun dan bergabung bersama mereka di dapur.

"Gak siap-siap, sayang?" tanya Dante saat melihat Evo masih menggunakan gaun tidurnya. "Kalo kamu gak sanggup kerja, gak papa, istirahat dulu di rumah sampe kamu enakan," sambung Dante.

Evo menggeleng. "Bentar lagi aku siap-siap, mas. Rada telat berangkatnya gak papa, kan?"

Dante menurunkan Archer di kursi dan memberikan sang putra sepotong cheese kesukaannya. Didekati Evo yang duduk di kursi seberang Archer.

"Kamu nyuruh mas gak kerja dan di rumah aja juga gak papa," ujar Dante mengusap pipi sang istri yang tersenyum kecil.

"Kita kerja," balas Evo melingkarkan lengannya di pinggang Dante. "Tapi bisa gak, kamu beliin aku test pack dulu?"

DAN (Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang