Twenty Three

4.5K 432 22
                                    

Kalo suka Dante sama Evo ya vote dulu atuh sebelum baca, hehehe... hatur nuhun 🙏

✌✌✌

Perlahan Evo membuka matanya. Dentuman kecil terasa di kepalanya yang membuat Evo kembali terpejam karena pusing.

Setelah merasa lebih baik, Evo kembali mencoba membuka matanya.

Sebuah ruangan bernuansa cream dengan langit-langit putih bersih menyapa Evo yang baru saja siuman.

Ranjang tidurnya sangat besar dan empuk. Juga begitu hangat dan nyaman. Evo melihat ke arah tangan kirinya yang terpasang selang infus.

Evo meringis. Apa dia di rumah sakit? Tapi ruangan ini sama besarnya dengan kamarnya di rumah Dante.

Suara lirih seseorang bersenandung membuat Evo mengedarkan pandangan.

Pria yang menjadi suaminya hampir sebulan ini sedang memunggunginya dengan tubuh yang bergoyang pelan.

Dilihatnya sekilas bahwa pria itu sedang menggendong balita yang sekarang benar-benar seperti anak mereka sendiri.

Senyuman kecil terbit di kedua sudut bibir Evo yang berkedip pelan.

"Mas," panggil Evo lirih.

Pria itu langsung menoleh dengan wajah sedikit terkejut. Evo mengangguk setelah melihat mulut Dante bergerak mengatakan: sebentar.

Pelan, Dante meletakkan Archer yang sudah terpulas di salah satu ranjang yang lebih kecil dari brangkar yang Evo tempati.

Jika ini benar rumah sakit, ruangan ini lebih tepat disebut sebagai hotel bintang lima.

Ada ranjang kecil yang cukup untuk dua orang juga dengan selimut yang tebal. Lalu ranjang besar yang Evo tempati bisa dipakai untuk tiga sampai empat orang.

Dante mendekati Evo segera setelah memastikan Archer tertidur dengan selimut menutupi tubuhnya.

"Hei," sapa Dante.

Evo tersenyum sekilas. Sampai dia merasakan ada usapan pelan yang terasa di ujung kepalanya. Usapan itu bahkan berakhir dengan Dante yang meletakkan telapak hangatnya di dahi Evo.

"Di mana, mas?" Evo bertanya setelah mengedarkan pandangan.

"Rumah sakit. Ini ruang inap khusus buat keluarga kita. Ada sepuluh kamar yang disiapin kalo ada keluarga kita yang sakit," jawab Dante dengan senyum pula.

"Pasien juga dapat ruangan yang layak, kan?" entah kenapa Evo malah menanyakan hal itu.

Dante terkekeh. "Mommy Archer yang lagi sakit, nih ya ayah Archer kasih tau, rumah sakit daddy selalu memberikan pelayanan yang terbaik kok. Ruang inap umum aja kayak ruangan pribadi. Jadi jangan khawatirin pasien lain karena sekarang kamu juga sakit."

Evo benar-benar terdiam. Panggilan baru dari Dante untuk dirinya sendiri membuat hati Evo menghangat.

Tangan Dante kini hanya terlipat di atas ranjang.

"Aku kenapa, mas?" Evo tidak benar-benar mengalihkan pembicaraan, dia hanya penasaran kenapa dia bisa berakhir di ruang inap seperti ini.

"Kamu pingsan," jawab Dante singkat, masih dengan senyuman.

"Kenapa?" Jelas bukan jawaban itu yang Evo mau. Dia ingin tau penyebab pingsannya.

Dante menjeda. Tidak langsung menjawab. Di tatapnya dalam, tepat di mata hazel Evo yang menunggu jawabannya.

Helaan terdengar dari laki-laki itu. "Hormon kamu lagi gak seimbang. Mungkin kamu lagi kecapean," jawab Dante kemudian.

"Lalu?" Evo tau bahwa inti dari ucapan Dante bukan hal itu.

DAN (Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang