Seventeen

4.5K 361 12
                                    

Vote lalu baca. Terima kasih 💙

✌✌✌

Ya! Dante berbohong pada Evo tadi malam soal bagaimana gadis itu bisa tertidur di atas kasur.

Dante tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berjongkok di depan gadis yang sekarang sedang tidur dengan nyenyak di sofa kamarnya.

Diusapnya rambut Evo yang tiba-tiba saja membuka kecil matanya. Meski sempat kaget, Dante akhirnya bisa menetralkan ekspresinya untuk sedikit berbicara dengan Evo malam itu.

Memindahkan Evo ke kasur bukan karena Dante berniat jahat. Tidak! Dante benar-benar tidak tega melihat gadis itu berbaring di sofa.

Dan malam itu, Dante benar-benar membiarkan mereka tidur bersama di atas ranjang yang sama dengan Archer di tengah-tengah mereka.

Dante berjanji untuk tidak menyentuh gadis itu sampai Evo mengingatnya kembali.

***

Tia langsung mendekati Evo setelah lebih dulu melirik ke arah ruang sang ketua tim yang pintunya sudah tertutup.

Fikri yang melihat Tia dan Evo bergerak aneh juga bergabung untuk mendengarkan.

"Vo, lo keknya makin deket deh sekarang sama pak Dante." Mata Evo sontak membulat setelah mendengar ucapan Tia.

"Iya ih. Tiap pagi datengnya barengan mulu," tambah Fikri yang semakin membuat Evo gelisah.

Setelah seminggu ini Evo bisa bersikap sewajarnya saja tanpa banyak orang yang curiga dengan hubungannya dan Dante, ucapan kedua rekan kerjanya ini malah membuat ketenangan Evo terusik.

Setidaknya, Evo ingin bersantai sebelum nanti Tia dan Fikri akan mengintrogasinya setelah mereka mendapatkan undangan resepsi Evo dan Dante.

Evo memilih diam, mencoba mendengarkan lebih dulu apa yang akan kedua rekan kerjanya ini ucapkan.

"Pak Dante udah punya anak kali, Vo! Gila gak sih?" Tia memekik kecil, lalu meraih handphonenya dan menunjukkan sebuah gambar yang tadi malam dikirim oleh Kalana.

Evo merapatkan bibirnya menahan kekehan. "Anjir. Diem-diem pak Dante suka mainin cewek! Sampe udah punya anak begitu coba."

Dengan senang hati Evo memukul lengan Fikri yang langsung mengaduh. "Sembarangan aja! Pak Dante bukan cowok begitu, ya!" delik Evo tak suka.

"Kok lo ngebelain si es kutub sih?" tanya Fikri dengan tatapan curiga.

"Ya... ya, karna dia ketua tim kita aja sih. Dosa tau, ngejulid pimpinan." Evo menunjuk Fikri, menghalau rasa gelisah.

"Terus ini anak siapa,Vo? Gue gak nyangka pak Dante punya anak sebelum nikah." Tia memeluk tubuhnya dramatis. Sedang Evo meringis turut prihatin atas ketidaktahuan rekan kerjanya ini.

"Jadi selama ini lo ngeidolain ketua tim yang udah kagak perjaka lagi, Ya. Turut prihatin gue, Ya," ujar Fikri menggelengkan kepalanya, ikut mendramatisir.

"Apa ini anak dia sama cewek yang kayak dibilang Fikri tadi ya, Vo?"

"Enggak, Ti. Gue kan udah bilang, pak Dante bukan orang yang begitu."

"Lo beneran ngebelain pak Dante mulu deh, Vo. Ada apaan sih?"

"Ada bakwan di balik udang nih pasti si Evo, Ya." Fikri ikut menatapnya dengan tatapan curiga. "Ngaku gak lo?"

"Kenapa lo belain pak Dante mulu?" Tia menunjuknya, menuntut penjelasan.

"Ngaku deh, Vo!" desak Fikri.

DAN (Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang