Four

5K 362 31
                                    

Vote dulu baru baca. Mau mbak Uti cepet apdet? Semangatin lewat komen 😂

✌✌✌

"Sabar ya, sayang. Aku harus selesaiin hubungan aku sama si idiot Evo itu dulu. Seengaknya aku harus nunggu dia gajian di tempat kerja barunya ini. Setelah itu aku janji bakal mutusin dia."

Dante menghentikan langkahnya. Menoleh ke arah pria tinggi yang sedang asik menelpon itu.

Bukan inginnya mendengarkan percakapan orang lain, tapi suara pria itu cukup keras untuk bisa di dengar.

Mendengar nama seseorang yang sangat familier di telinganya disebutkan, membuat Dante sedikit terusik.

Tak ingin terus berprasangka buruk, Dante akhirnya masuk ke coffee cafe itu. Duduk di kursi sudut ruangan yang lebih sunyi setelah memesan kopinya.

Ekor matanya masih dengan setia memperhatikan pria tinggi yang tadi ditemui di pintu masuk kafe.

"Mas, kapan dateng?" seseorang duduk di kursi seberang meja Dante.

"Baru aja kok." Dante tersenyum hangat.

"Om sama Tante honeymoon lagi, mas?" gadis dengan rambut panjang itu tersenyum jahil.

Dante hanya menghendikkan bahunya. "Seperti biasa."

Si gadis pemilik kafe kopi itu tertawa kecil. "Lo kalah tuh sama Om Tante. Betah amat ngejomblo, Mas?"

"Sendirinya gitu."

"Gue mah masih muda, mas."

"Lo tua lima tahun dari pada gue. Gue ingetin kalo lo lupa, Re." Dante menyeruput americano hangatnya.

Gadis itu tersungut. "Gue bilangin Tobi lo, mas. Ngomongin umur mah sensitif."

Dante terkekeh. Matanya kembali melihat ke arah pria yang sekarang sedang membereskan meja.

"Karyawan lo?" gadis itu melihat seseorang yang sedang diperhatikan sepupunya itu.

"Iya, namanya Juan," jawab gadis itu akhirnya.

"Udah lama kerja di sini?" Dante kembali mengajukan pertanyaan. Dilihat gadis cantik di depannya itu.

"Baru dua minggu. Tapi rasanya bakal gue pecat. Kerjaannya kagak bener banget, mas. Mana males. Sebel gue liat laki tapi males begitu."

Dante diam. Kembali menyesap kopinya. "Kepribadiaannya gimana?"

"Hm," gadis itu tampak berpikir. "Baik sih. Cuma ngebacot, terus rada centil gitu. Terus dia sering minta pulang cepet. Orangnya sebenernya pinter sosialisasi, dia ju-," gadis itu menghentikan ucapannya.

Dante melihat ke arah sepupunya dengan alis terangkat, mencoba mencari tau kenapa gadis itu berhenti menjelaskan.

"Lo gak mungkin suka sama dia, kan, mas?" Dengan begitu dramatis, gadis itu menutup mulutnya.

Dante mendengus. Menepuk dahi gadis itu dengan telapak tangannya yang langsung menciptakan teriakkan.

"Gue masih sangat normal, Rescha!"

"Habisnya nanya sampe segitu banget. Itu dia cowok loh, mas. Gue kasih tau kalo mata lo rada siwer."

"Nanya doang."

"Lo jarang deh tertarik sama manusia lain kecuali keluarga lo. Eh sekali tertarik malah sama terong juga. Kan gue jadi khawatir."

Dante hanya bisa memijit pangkal hidungnya mendengar celotehan Rescha.

DAN (Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang