Thirty Two (End)

6.6K 393 103
                                    

Vote berjamaah hayuk hehe... matur suwun 😇
Note. Suara Dante bagus juga lho 😍

✌✌✌

"Mas," suara seseorang membuat Evo menghentikan kegiatan mencuci piring di dapur.

Dilihatnya Delaney baru saja masuk dan meletakkan tas kerjanya di kursi ruang tengah.

"Bang," panggil Evo membuat Delaney langsung menghampirinya. "Gak ngampus?" tanya Evo setelah Delaney sampai di dapur dan langsung membuka kulkas.

"Nanti jam sebelas," jawab Delaney, duduk di kursi makan dengan sebaris yogurt di tangannya.

"Punya Archer itu, bang. Jangan dihabisin, ih. Entar dia nyari pasti," sungut Evo menyelesaikan kerjaannya.

"Entar biar dibeliin sama ayahnya lagi," balas Delaney tak acuh dan mulai menghabiskan satu botol yogurt. "Archer sama mas Dan?"

Evo duduk di kursi seberang Delaney. "Olahraga pagi. Tadi Archer bangun pagi banget, terus liat ayahnya mau jogging dia nangis mau ikut. Lagi seneng naik sepeda," jelas Evo.

"Kalian gak kerja?"

"Lagi istirahat, bang," jawab Evo setelah lebih dulu menggeleng. Mata Delaney menyipit.

"Everything oke, kan?" tanya Delaney curiga.

Evo tersenyum. "Sangat oke, bang. Kami emang Cuma mau istirahat kok."

Hal ini sudah dibicarakan dengan Dante. Mereka akan merahasiakan kehamilan Evo pada semua keluarga sampai hari anniversary pernikahan Lova dan Alder yang ke 25.

"Malem minggu jangan lupa ke rumah, Keith. Ingetin mas Dan juga, tuh. Ibu sama daddy anniversaryan."

Evo tersenyum sambil mengangguk. Baru saja dia memikirkan tentang akan bagaimana reaksi keluarga mereka jika mengetahui kehamilannya.

"Arunika diajak dong, bang?"

Ah, benar! Evo tidak boleh melupakan Arunika. Gadis cantik yang sepertinya sedang memenuhi hari-hari saudara iparnya ini.

Delaney diam. Mengalihkan pandangan dari Evo yang menunggu jawaban.

"Acara anniversary kali ini cuma keluarga kita aja kok. Keluarga Rescha sama Tobias juga gak di ajak," jawab Delaney yang menciptakan decihan dari Evo.

"Ya terus kenapa, bang?"

"Ya cuma karena keluarga kita aja yang harus ada."

"Arunika kan calon keluarga kita juga," ujar Evo yang langsung mendapat tatapan tajam dari Delaney.

Jika ini hari pertama mereka bertemu, Evo mungkin akan merasa sangat terintimidasi dengan tatapan Delaney.

Tapi karena sudah sangat terbiasa dengan tatapan dingin saudara iparnya itu, Evo malah mencebik dengan alis terangkat dan menggerakkan pelan kepalanya.

Membuat Delaney terlihat sebal. "Should I?"

"Of course you are," jawab Evo terlalu bersemangat. "Ibu pasti seneng calon mantunya dateng," sambung Evo dengan senyuman jahil.

Delaney mendengus. "Belum sampe ke tahap itu."

"Buruan, bang. Gak usah lama-lama. Entar diambil orang baru nyesel."

Dan kali ini, Delaney hanya mengibaskan tangannya ke udara. Tak ingin menanggapi ucapan Evo yang terkekeh puas sudah menjahili kembaran suaminya itu.

"Kamu gimana?" alis Evo terangkat tak mengerti. "Udah ada perkembangan?" Evo masih diam. Belum menangkap arah ucapan Delaney. "Ingatan," sambung Delaney.

DAN (Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang