Ten

4.6K 324 14
                                    

Double up. Jadi harus dikasih vomen, ya. Danke 🙏

✌✌✌

Dante menghembuskan napas lelah dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Jam setengah tujuh malam.

Sudah lima hari workshop mereka berlangsung dan syukurnya berjalan dengan baik. Dan besok adalah seminar penutup untuk workshop itu.

Dante cukup bisa berbangga hati karena para perawat ditimnya begitu cepat menerima pelajaran di workshop dan mendapat nilai tinggi saat harus mempraktikkan ulang.

Tiba-tiba saja sudut bibir Dante terangkat meski matanya tertutup rapat. Kelebat bayang gadis yang sedang tertawa bahagia itu memenuhi otaknya.

"Kamu sudah besar, Dan."

Dante membuka pelan matanya. Melihat lurus ke arah dinding yang berisi televisi besar dan vas bunga.

Televisi yang hanya menampilkan layar hitam karena tidak dinyalakan itu seperti mereka ulang bagaimana pertemuannya dengan keluarga Evo lima hari yang lalu.

Dante segera meletakkan telunjuk di depan bibirnya setelah mendengar panggilan hangat dari kedua orang tua Evo untuknya.

"Ibu sama bapak kenal sama pak Dante?"

Posisi Evo yang membelakanginya jelas menguntungkan. Sehingga orang tua Evo yang melihat gerakkannya langsung mengerti dengan maksud yang hendak disampaikan Dante.

"Capek banget kamu, yuk? Sampe salah denger?" meski terlihat sedikit gugup, Reno, ayah Evo langsung mengalihkan pembicaraan.

"Tapi tadi bapak sama ibu beneran manggil namanya pak Dante, loh." Evo masih bersikeras jika dia tidak salah dengar.

"Ei, mandi be ayuk tu. Peh aku antar. (Ei, ayuk sebaiknya mandi aja. Sini aku antar)."

Reza menyeret kakaknya ke dalam rumah setelah mendapat senggolan kecil dari sang ibu.

Dante berdiri di depan kedua orang tua Evo dengan senyuman yang semakin mengembang. Dijabat dan dicium punggung tangan kedua orang tua Evo.

Dante mendongak setelah mendengar isakkan kecil dari perempuan di depannya saat ini.

"Dante." Suara ibu Evo bergetar.

"Tante." Dante sangat mengerti bahwa perempuan itu sangat merindukannya.

Segera Dante mendekat untuk memberi pelukan. Isakkan ibu Evo semakin jelas, membuat Dante mengeratkan pelukannya.

Sedang ayah Evo hanya bisa memberikan sebuah usapan lembut di punggung istrinya.

"Kamu sudah besar, Dan." Utami, ibu Evo, mengusap pelan wajahnya. Dante tersenyum tipis.

"Kabar mom sama daddy baik-baik aja, Tan. Delan udah jadi dosen di Universitas Siarna. Tapi Declan ngebandel dan belum lulus kuliah di jurusan broadcasting."

Tawa terdengar dari ketiganya. "Senang kamu bisa berkunjung lagi, Dan."

"Iya, om. Dan juga seneng bisa kembali setelah lima belas tahun gak pernah tau kabar om sama tante."

Usapan kembali dirasakan Dante dari tangan halus perempuan seumuran ibunya ini.

"Besok-besok, ibu sama daddy kamu di ajak, ya? Tante juga kangen sama mereka."

Dante mengangguk persis seperti anak kecil yang begitu penurut dengan senyuman polosnya.

"Jadi soal Evo," Reno sengaja mengantung ucapannya. Menunggu reaksi Dante.

DAN (Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang