Thirty

4.6K 403 37
                                    

Vote dulu hayo, gracias 😇

✌✌✌

Evo membiarkan rambutnya masih tergelung dengan handuk karena basah. Dan dia sudah siap dengan baju kerjanya.

Menyiapkan nasi goreng yang paling umum dan mudah dibuat untuk sarapannya dan Dante.

Archer belum diantar pulang. Evo kira bahwa anaknya mungkin sudah berada di playgroup sekarang.

Evo tidak pernah merasa khawatir jika sang putra sedang berada di rumah sang mertua.

Keluarga Dante begitu menyayangi Archer. Juga mertuanya, tidak pernah menganggap bahwa Archer adalah orang lain. Mereka benar-benar menyayangi Archer seperti cucu sendiri.

"Sayang," suara Dante terdengar saat pria itu mulai menuruni tangga.

"Dapur," balas Evo masih dengan kegiatan memasaknya.

Dante sudah duduk di meja makan dan menyeruput susu coklat hangat yang sudah Evo buatkan.

"Nasi goreng?" tanya Dante yang dijawab dengan anggukan oleh Evo. "Di makan sekarang?"

Kali ini Evo menggeleng. "Di jalan aja nanti," jawabnya kemudian.

"Jangan di jalan, sayang," Evo menghentikan kegiatannya, lalu melihat Dante dengan wajah berkerut tidak mengerti. "Entar ditabrak lho kalo makan di jalan," sambung Dante tak bisa menahan senyumannya.

Evo menghela sambil memutar matanya. "Ngereceh pagi-pagi bapak kepala devisi?"

Dante terkekeh, kembali menyesap susu hangat di gelasnya. "Sekali-kali ngerecehin istri gak papa dong," jawab Dante mengedipkan sebelah matanya pada Evo yang hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.

Andai hubungan mereka bisa tergambar sebagai keluarga dari awal mereka menikah, mungkin momen-momen manis ini sudah sejak lama memenuhi rumah besar mereka.

Andai Evo mengatakan perasaannya lebih dulu, atau menganggap serius ungkapan perasaan melalui kata yang Dante ucapkan, mungkin sejak saat itu Evo sudah bisa melihat sisi lain dari suaminya ini.

Dante yang manja. Dante yang sebenarnya begitu hangat dan sangat suka tersenyum.

Pun dirinya tak pernah menyangka akan bisa sesering ini melihat Dante tersenyum. Bahkan melihat tawa khas dari pria bermata pekat itu.

Jika para penggemar Dante tau tentang bagaimana Dante di luar pekerjaannya, mungkin akan banyak gadis yang rela memberikan segalanya pada Dante hanya untuk menjadi istrinya.

Atau setidaknya, diberi kesempatan untuk menjadi kekasih Dante, kendati hanya sehari saja.

Tapi Evo tak pernah mendengar Dante dekat dengan siapa pun saat enam bulan bekerja bersama pria tinggi itu.

Lalu tiga bulan ini, dia sudah menjadi istri Dante. Hampir satu tahun mengenali pria itu, Evo yakin bahwa dirinya begitu beruntung bisa menjadi istri Dante.

Paling mengejutkan, Dante menyatakan perasaannya bahwa dia menyayangi Evo seperti Evo yang juga menyayangi Dante sebagai orang yang dicintainya.

Evo melirik Dante yang terus-terusan melihatnya saat Evo sedang menyiapkan nasi goreng ke dalam kotak bekal.

Pria itu tersenyum saat merasakan Evo melihat ke arahnya.

"Apa sih, mas, senyum-senyum?" tanya Evo mulai sedikit terganggu. Tidak, tatapan Dante membuatnya menjadi gugup.

"Kamu cantik," jawab Dante tanpa basa-basi. Membiarkan pipi Evo panas dan memerah. "Sini deh, Keith," pinta Dante setelah melihat Evo menutup kotak bekal mereka.

DAN (Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang