Twenty Five

4.2K 416 28
                                    

Mbak Uti apdet lagi, hayo di vote bareng-bareng. hehehe 😌, Danke  😇

✌✌✌

Sudah satu bulan setelah keluar dari rumah sakit. Evo kembali beraktivitas seperti biasa.

Dante juga terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Selain sebagai kepala devisi radiologi, Dante juga sering ke luar kota untuk pekerjaannya yang lain.

Membantu sang ayah menyelesaikan beberapa proyek yang menjadi tanggung jawabnya.

Evo tidak sempat menanyakan apa pun pada Dante. Atau lebih tepatnya, Evo belum ingin membahas.

Toh setelah malam itu, tak ada lagi mimpi buruk yang mengunjungi sebagai bunga tidur.

Evo anggap itu sebagai kebetulan.

Lebih baik karena dia juga jarang bertemu dengan Delaney. Di acara makan malam keluarga yang rutin dilakukan dua minggu sekali, Delaney juga tidak pernah membahas kembali percakapan mereka waktu itu.

Entah itu harus Evo syukuri, tapi Evo yakin Delaney tidak sepenuhnya lupa.

Dante menghela napas lelah dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerja.

Pekerjaan menumpuk sana-sini. Dante bahkan tidur hanya dua sampai empat jam seharian ini.

Sebisa mungkin menyelesaikan pekerjaannya di rumah tanpa di ketahui Evo yang pasti akan marah, menyuruhnya untuk menjeda pekerjaan dan istirahat.

Dante suka saat Evo mengomelinya untuk lebih menjaga kesehatan dan melarang mengerjakan pekerjaannya tanpa tidur.

Hanya disaat itu Dante yakin, bahwa mereka benar-benar sudah terikat dengan hubungan bernama rumah tangga.

Lalu sekarang Dante tau, tubuhnya memang sedang menginginkan istirahat lebih saat ini.

Pukul sebelas lewat dua puluh menit. Dan sudah ada puluhan pesan yang Evo kirimkan untuk menanyakan kapan dia akan pulang.

Ti Amo : Gak pulang, mas?

Itu pesan pertama Evo jam delapan tadi. Dante mulai membuka pesan-pesan dari Evo.

Ti Amo : Masih banyak kerjaannya? Kamu udah makan, kan?

Ti Amo : Archer nanyain kamu ini.

Ti Amo : Hampir jam sepuluh, mas.

Ti Amo : Dibaca ih!

Ti Amo : Tidur di rumah sakit? Udahan kerjanya!

Ti Amo : Beneran gak aku bukain pintu lho kalo kamu gak pulang juga.

Dante tersenyum membaca semua pesan Evo. Lagi pula, Dante juga membawa kunci rumah mereka dan tetap bisa masuk jika Evo benar-benar tidak membukakan pintu untuknya.

Pesan baru kembali masuk di ponsel Dante yang berkedip.

Ti Amo : Hampir jam dua belas malem. Kamu udah pulang larut semingguan ini, mas. Jangan sampe kamu sakit pulang nanti. Aku biarin!

Dante tau bahwa Evo belum tidur dan masih menunggunya pulang. Itulah yang dilakukan gadis itu beberapa hari ini saat pekerjaan Dante menumpuk.

Helaan terdengar dari pria tampan itu. Hubungannya dan Evo berjalan dengan baik dua bulan ini.

Mereka saling memperhatikan satu sama lain. Saling memperlakukan seolah mereka benar-benar sepasang suami dan istri.

Meski mereka tetap tidur terpisah. Dante tidak ingin mempermasalahkan itu.

DAN (Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang