7. Ending MOS

78 8 0
                                    

Hari ini adalah acara Ending MOS tapi menurut Icha ini bukanlah acara melainkan kesenangannya. Ia merasa tidak terbebani oleh kewajiban saat ini karena dance dalam hidupnya adalah kesenangan, colour of her life.

Saat ini ia sedang menata rambut lebat ikal hitam panjangnya itu. Sebenarnya ia hanya mengikat satu rambutnya dan menyisakan sedikit anak rambut dipelipisnya yang biasa ia buat setiap harinya. Tapi tetap saja ia selalu terlihat cantik.

Dengan sepatu kats hitam, celana jeans biru muda, kaos tangan pendek pink yang dibalut oleh jaket jeans, jam tangan putih serta topi putih yang menghiasi kepalanya membuat ia terlihat sangat keren dan manis.

Kemudian ia keluar kamar, menuruni tangga dan duduk disamping Stevano dimeja makan.

"Jam berapa acaranya mulai ?" tanya Stevano memainkan rambut ikal Icha.

"Jam 3."

"Ini masih jam 1 kali Cha. Lo hobi banget ya cepat datang ke sekolah. Gue jadi curiga." ujar Stevano menatap Icha curiga.

"Apa ?" ketus Icha.

"Lo udah punya pacar ya disekolah ?" selidik Stevano.

"Ya gak lah. Ada-ada aja sih lo Kak, ahk. Gak berbobot tau gak pertanyaan lo." sergah Icha.

"Terus lo ngapain cepat-cepat datang kesekolah ? Bersemedi ?"

"Iya, bersemedia gue. Menyerap ilmu-ilmu yang ada disana."

"Eleh, bacot lo. Buktinya aja sampai sekarang lo masih goblok." remeh Stevano.

"Serah dah, capek gue." pasrah Icha.

"Si Icha bukan goblok, dia pinter kok dalam kebahasaan." sambung Tia membela Icha sambil meletakkan makanan yang telah ia masak.

Icha yang mendengar pembelaan untuknya sedikit menyombongkan diri.

"Tapi kalo disekolah memang dia goblok. Buktinya nilai rapot aja kebanyakan yang 6, apalagi Matematika 5." ejek Tia habis-habisan membuat Stevano terbahak-bahak, Icha langsung terlihat kesal.

"Udah diterbangkan tinggi ehk dijatuhkan lagi sampai tenggelam ke inti bumi." kesalnya.

Icha memang selalu jadi bahan ejekan dirumahnya karena ia beda sendiri. Saat bokap, nyokap, kakaknya pintar di Matematika ia malah lari kebahasa. Mamanya sangat ingin kalau Icha juga sama seperti mereka tapi Icha kebalikannya, sangat membenci Matematika.

Itu sebabnya Mamanya memaksa ia masuk kelas IPA.

"Ketawanya pakai nasi, biar kenyang." ujar Icha menyumpel mulut Stevano yang masih terbahak dengan nasi.

Kali ini Tia yang terbahak.

"Lomh apmhan simh Chmam ?" tanya Stevano yang masih penuh nasi didalam mulutnya.

"Lo ngomong apa sih, gak jelas banget." ujarnya santai mengambil nasi dan lauk ke piringnya.

Ingin saja Stevano memasukkan wajah ngeselin Icha ke karung dan dibuangnya jauh ke ujung kulon sana.

"Udah-udah makan, nanti keburu dihabisin Icha." ujar Tia.

"Nih anak keturunan siapa sih, ngeselin amat." kesal Stevano.

"Kak sini deh." ujar Icha menarik telinga Stevano lalu membisikkan sesuatu.

Seketika Stevano tersenyum senang dan semangat melahap makanannya.

Tia yang melihat tingkah anaknya yang aneh menatap mereka curiga. Sedangkan yang dilihatin hanya bisa tersenyum.

***

Aku Suka KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang