13. Gara Matematika (2)

49 7 0
                                    

"Pa, Ma, kami kemah minggu depan." ujar Icha membuka percakapan dimakan malam mereka saat ini.

"Oh bagus dong biar kamu cepat-cepat fokus belajar." seru Tia menyendokan makanan ke mulutnya.

"Hm." gumam Icha melahap makanannya.

"Oh ya Cha, katanya lo jadi wakil ketua kelas ya ?" tanya Stevano.

"Tau darimana ?" tanya Icha mengerutkan dahinya.

"Ya dari Kak Eva lah, kan dia ngajar disekolah lo."

"Dia gak bilang sekalian kalo dia wali kelas gue ?" ujar Icha.

"Oh iya ? Pantesan. Gue juga heran kok mau lo nerima jabatan itu ehk ternyata dia yang jadiin lo wakilnya." seru Stevano tak percaya.

"Oh jadi Eva wali kelas mu ? Jadi gampang dong nanti Mama nanya perkembangan kamu disekolah." ujar Tia senang.

"Mama baru tau ? Icha kira yang ngasih tau masalah Icha kemarin dia." ujar Icha kaget.

"Eva yang anak si Ratih itukan, kakakmu ?" tanya Heru memastikan ke Tia.

"Iya, sepupu mereka yang beda empat tahun dengan Vano." jawab Tia.

"Oh. Ehk dia ngajar disekolah Icha waktu baru aja luluskan ?" tanya Heru.

"Iya, anaknya ulet banget kalo kerja." puji Tia.

"Seram iya." gumam Icha.

"Seram ?" tanya Stevano bingung.

"Lo tau Kak kalo dia itu terkenal guru ter-killer disekolah. Baru masuk jadi guru aja dia udah ngeluarin monsternya." jelas Icha mengedikkan bahunya.

"Emang nyeramin sih tuh anak. Ehk tapi seingat gue udah ada yang tau kalo dia sepupu lo ?" tanya Stevano.

"Mana mau gue ngakuin dia sepupu gue disekolah, guru kayak monster gitu. Dikeluarga aja itupun terpaksa." jawabnya acuh.

"Hush gak boleh gitu, gitu-gitu dia keren tau. Baik, pintar, cantik, rajin lagi." puji Tia.

"Gue suka sama dia karna dia anak sastra, kayak nyatu gitu. Kalo gak perang pun bisa kami." ujarnya.

"Emang kamu gak pernah bisa akur sama sepupumu? semua kamu musuhi, jahil banget sih." gemas Tia.

"Bagus dong, seru." bela Heru.

Stevano gelak mendengar ucapan Icha. Memang adiknya itu, suka sekali cari masalah dengan semua orang.

"Oh ya Cha, ucapan Mama yang kemarin masih berlaku ya yang kamu harus dapat nilai matematika minimal 80." ujar Tia mengalihkan pembicaraan membuat Stevano berhenti dari gelaknya.

Icha hanya diam tak ingin komentar.

"Mama cuma minta itu doang kok gak Mama minta kamu harus ngambil jurusan matematika nanti waktu kuliah." sambung Tia.

"Pa." bujuk Icha sudah tidak tahan.

Tapi Heru hanya diam tidak bereaksi.

"Kalo kamu gak bisa dapatin nilai 80 itu kamu bakalan Mama kuliahin ke jerman dengan paman Herman dan harus ngambil matematika biar paman Herman yang bantu kamu belajar matematika." jelas Tia membuat Icha dan Stevano melotot sempurna.

"Ma gak bisa gitu dong. Icha kan maunya kuliah ditempat Vano kuliah juga dan Mama gak bisa nentuin dimana Icha kuliah." sergah Stevano tak terima.

Icha masih terdiam tak percaya dengan keputusan Mamanya.

"Bisa dong Mama kan Mamanya." jawab Tia santai.

"Tapi kan itu masa depan dia Ma dia dong nentuin bukan Mama karna dia yang jalanin bukan Mama." bantah Stevano bersikeras.

Aku Suka KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang