2. Perkenalan

109 8 0
                                    

Hening.

Itulah istilah yang cocok buat kelas XII IPA-2.

Udah lima menit tuh nenek lampir berdiri disitu, tahan amat.-batin Icha jengah.

"Pagi anak-anak." seru orang tersebut setelah berapa lama berdiri didepan kelas yang tak tahu maksudnya apa.

"Pagi Bu."

"Perkenalkan nama Ibu, Eva Pratiwi. Ibu guru Bahasa Indonesia, masih lajang dan bakalan jadi wali kelas kalian." jelasnya panjang lebar.

Terus urusannya buat kami apa kalo dia masih lajang ? Gak penting amat.-batin Icha.

Anak-anak yang mendengarnya menghela napas pasrah tak berdaya. Mau bagaimana lagi ? Guru yang terkenal killer nomor satu di SMA Cemaratika bakalan jadi wali kelas mereka.

"Bener kan gue. Makanya jangan remehin gue." bisik Icha kesahabatnya yang duduk didepannya.

Ya, walaupun Bu Eva terlihat sangat cantik tapi tak menghalangi mereka untuk menjulukinya nenek lampir, apalagi yang memberi julukan adalah Icha.

"Hari ini kita akan memulainya dengan perkenalan. Ibu akan memanggil kalian lewat absen dan kalian akan memperkenalkan diri."

Beginilah kebiasaan setiap tahunnya. Mereka akan memperkenalkan diri mereka karena mungkin dari mereka belum pernah sekelas dan belum pernah saling kenal, apalagi anak Olimpiade.

"Alsyah Drian." panggil Bu Eva.

"Saya Bu. Nama saya Alsyah Drian, panggil aja Alsyah. Saya dari kelas XI IPA-2." jawab Aslyah sembari berdiri dan mengangkat tangan.

"Bayu Reihando."

"Saya Bu. Nama saya Bayu Reihando, panggil aja Bayu. Saya dari kelas XI IPA-2."

"Sasha Alika."

"Saya Bu. Nama saya Sasha Alika, panggil aja Sasha. Saya dari kelas Olimpiade." jawab orang yang duduk disamping Icha.

Bener kan tebakkan gue, dia anak olim.-batinnya.

"Gissel Andrina."

"Saya Bu. Nama saya Gissel Andrina, panggil aja Gissel. Saya dari kelas Olimpiade."

"Icha Septiaca."

"Saya Bu. Nama saya Icha Septiaca, panggil aja Icha."

"Panggil aja emak kurcaci." bisik Bayu mengejek yang langsung dihadiahi jitakkan Icha.

Alsyah yang menyaksikannya tertawa kecil serta Sasha yang duduk disampingnya.

"Rangga Greenedy."

"Saya Bu. Nama saya Rangga Greenedy, panggil aja Rangga. Saya dari kelas Olimpiade."

Icha yang mendengar suara yang tepat dibelakangnya itu langsung membalikkan tubuhnya.

Seketika itu juga mata Icha dengan orang yang tepat duduk dibelakangnya bertemu. Ya, orang itu Rangga.

Cukup lama mata mereka bertemu sampai akhirnya Icha memutus kontak mata mereka setelah nama selanjutnya memperkenalkan diri.

Pangeran. Kayak pangeran sih, tapi sayang. Ya sayang aja.-batinnya mengedikkan bahunya acuh.

"Oke, hari ini cukup sampai disini dulu karena setiap guru lagi sibuk dan anak OSIS juga sibuk. Jadi sekarang anak OSIS setelah ini kumpul untuk persiapan acara MOS untuk anak kelas satu yang diadakan 2 hari lagi dan selainnya bebas. Sekian, terima kasih. Sampai jumpa." pamit Bu Eva meninggalkan kelas.

Setelah Bu Eva pergi, anak-anak bisa lega merenggakan ototnya, santai seperti biasa.

Anak-anak yang menjadi anggota OSIS  berhamburan dari kelas tinggallah anak yang tidak anggota OSIS atau anak Olimpiade.

"Cha kita pergi dulu ya, ada panggilan negara." ujar Bayu dengan wajah ngeselinnya.

"Panggilan negara pala lo. Makan tuh panggilan negara." nyolot Icha.

"Yaelah, gitu aja sewot. Lo sih tawaran Brian gak pernah lo terima." ujar Bayu.

"Jangankan ditawari jadi anggota OSIS tapi ditawari jadi wakil ketua oleh ketua sendiri." timpal Alsyah.

"WOOOWW!!!" lebay Bayu.

"Gak usah lebay lo, ehk anak curut. Lagian ngapain terima tawaran gak penting kayak gitu, ngurangi waktu tidur gue yang berharga tau gak."

"Eleh, tidur aja yang lo besarin sana." celetuk Alsyah.

"Biarin hidup-hidup gue kok bukan hidup lo." ujar Icha tak mau kalah.

"Serah."

"Yaudah sana lo berdua penuhi panggilan negara lo sebelum gue hancurkan negara kalian itu." ancam Icha.

"Coba aja kalo bisa, gue lihatin." ujar Alsyah tak mau kalah.

"Oo." Icha berdiri dan mulai menghampiri mereka berdua. Tapi sebelum Icha melangkahkan kakinya Alsyah dan Bayu langsung kabur.

"Eleh, digertak aja langsung lari apalagi beneran." remeh Icha mengibaskan rambutnya.

Icha kembali ke posisi kesukaannya yaitu menidurkan kepalanya ketangannya yang ia lipat diatas meja alias TIDUR.

Saat Icha mulai memasuki alam mimpi tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang terulur kearahnya.

Icha yang bingung langsung melihat orang yang punya tangan dan seketika itu juga ia terdiam sesaat.

"Hai Icha." sapa orang tersebut dengan ramah dan senyum yang mengembang.

Icha masih memandangnya bingung.

"Kenalin nama gue Sasha Alika, lo bisa panggil gue Sasha." ujar Sasha memperkenalkan diri dengan tangan yang masih setia terulur.

Terus hubungannya sama gue apa ?-batinnya masih memandang Sasha bingung.

Sepengetahuan Icha anak Olimpiade itu apatis dikelasnya sendiri walaupun ia tau mereka begitu karena mereka diminta agar fokus dengan tujuannya tapi gak harus mengabaikan sekeliling, kan ? Itu yang membuat Icha eilfeel dengan anak Olimpiade.

"Gue tau pasti lo bingung kenapa gue mau kenalan sama lo." ujar Sasha.

Yah, gak bingung sih gue B aja. Secara memang banyak mau kenalan sama gue.-batinnya menyombongkan diri, kalau bisa ia sudah mengibaskan rambutnya.

"Selama dua tahun dikarantina dikelas Olimpiade kami jadi kurang leluasa untuk berteman karna harus fokus gitu sama tujuan tapi gue senang karna  kami punya kesempatan dikelas XII dan orang pertama yang pengen gue ajak kenalan adalah lo."

Icha masih tak berkutik dan memilih untuk mendengarkan saja.

"Yah, gue pengen aja karna lo itu orangnya unik. Siapa yang gak kenal lo coba ? Cewek cantik, baik, unik, jago dance. Dan sebenarnya dari dulu gue pengen kenalan sama lo tapi gue takut karna gue dengar lo itu eilfeel sama anak Olimpiade." ujar Sasha murung.

Jadi berita itu terkenal banget ya, sampai dia aja tau.-batinnya sedikit kaget.

"Tapi waktu gue duduk disamping lo ini adalah kesempatan yang gak bisa gue lewatkan, mungkin ini langkah awal yang baik agar gue berteman dengan lo." ujarnya kembali semangat.

Entah kenapa bibir Icha melengkungkan senyuman tipis.

"Lo mau kan terima gue jadi teman lo ?"

Icha melihat tangan Sasha yang masih setia terulur dan menyambutnya.

"Iya." jawab Icha dengan senyuman ramah.

"Serius." tanya Sasha antusias.

"Iya, lo teman gue sekarang."

"Thank's ya Cha." ujar Sasha memeluk Icha.

"Iya." ujar Icha lembut membalas pelukan Sasha.

Icha memang terkenal welcome dengan semua orang ingin berteman dengannya, siapapun itu tanpa terkecuali. Jadi jangan heran kalau ia terkenal.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan mereka dengan rasa senang pula.

*****

Kalo suka baca terus ya 😄
Kalo gak suka tinggal aja 😊

Aku Suka KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang