23. Reuni Musuh

34 3 3
                                    

Icha menelan ludahnya menatap pagar yang menjulang tinggi melebihi pagar rumahnya dan rumah besar didalamnya melebihi besar rumahnya setelah keluar dari mobil Mamanya. Pasalnya bukan karena ia takjub tapi ia sedang memikirkan bagaimana keadaan ia disana nanti.

Tia menatap Icha yang masih berdiri terdiam disamping mobilnya.

"Cha! Masuk. Kenapa malah diam disitu ?" tegur Tia didalam mobilnya. Yaa, seperti dibilang Tia dirumah tadi, ia hanya mengantar.

"A-ah i-iya-ya, Icha masuk. Mama pergi aja." jawabnya gelagapan mengalihkan pandangannya dari rumah tantenya yang megah tersebut.

"Mama bakalan pergi setelah kamu masuk." ujar Tia masih menggenggam setir mobil.

"I-iya iya, Icha masuk. Bawel amat sih!" gerutunya menghentakan kakinya lalu memasuki pagar besar yang sedikit terbuka, disambut baik oleh satpam dan menekan bel rumah tantenya menunggu pintu didepannya terbuka.

Suara kunci pintu terdengar ditelinga Icha dan saat itu keluarlah tantenya.

"Ehk, Icha udah datang. Ayo, masuk! Kamu udah ditungguin loh." ujar Tika, tantenya, sang pemilik rumah.

"Ahk, hehe.. Iya, Tan." cengir Icha memasuki rumah besar tersebut.

Melihat itu, Tia langsung melajukan mobilnya.

"Kamu langsung aja keruang tengah, disana semua udah nunggu kamu kok. Tante mau ke dapur bentar." ujar Tika tersenyum ramah.

"Ohh Tante mau ke dapur ? Biar Icha bantuin." usulnya menawarkan diri dengan semangat.

"Hmm, kamu baik banget. Udah berubah yaa sekarang, gak kayak dulu." pujinya mengelus puncak kepala Icha dan Icha hanya tersenyum manis.

Padahal dalam hatinya ia malas tapi mau bagaimana lagi, ketimbang ia datang ke ruang tengah sendirian.

"Tapi gak usah, Tante ke dapur cuma mau ngecek kompor Tante masih hidup atau udah mati aja kok. Gak usah repot-repot." ujar Tika lalu pergi meninggalkan Icha menuju dapur.

Setelah Tika ke dapur, Icha memasang wajah malasnya.

"Aishh! Malas banget gue jumpa sama bocah-bocah disana. Tapi tenang! Gue pasti bisa ngadepinnya." gumamnya mengatur napasnya santai, menyemangati diri sendiri.

Ia pun berjalan menuju ruang tengah yang dimaksud. Setiap sisi rumah tersebut banyak tergantung bingkai foto yang sangat cantik ukirannya.

Belum sampai Icha diruang tengah tapi suara disana sudah terdengar ditelinga Icha. Icha hanya menghela napas malas, sabar dan pasrah.

Sebelum memasuki area ruang tengah, ia berusaha membentuk senyuman manis dibibirnya agar terlihat ramah.

"Assalamu'alaikum." salam Icha tersenyum manis membuat mata semua kearahanya.

"Wa'alaikumsalam." jawab mereka semua yang berada disana.

"Wiiihhh! Akhirnya Icha datang juga, udah lama ditungguin juga. Ayo, sini!" seru Eva mengibaskan celah untuk duduk disampingnya, dikumpulan semua sepupunya.

Icha berjalan menyalami semua tante dan pamannya yang duduk disofa dan bergabung duduk disamping Eva pasrah.

"Anak murid gue nih." seru Eva merangkul bahu Icha.

Yaa, Eva. Wali kelasnya.

"Wah! Anak murid lo ? Hmm, bisa dong lo balas dendam sama dia." adu Revan dengan wajah jahatnya menatap Icha.

Icha mendengar jawaban sepupunya itu menatap Revan tajam tapi Revan balas tatap tajam. Ia mulai menatap wajah sepupunya satu persatu yang ternyata menatap wajah Icha bengis seakan mempunyai dendam yang besar.

Aku Suka KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang