Sebelum naik pesawat tadi, Gea bilang ia ingin duduk di tengah karna ia takut duduk di dekat jendela. Namun kenyataannya sekarang terbalik, Kevlar yang duduk di tengah sementara Gea duduk di dekat jendela. Setelah Kevlar membisikinya dengan kalimat yang menjijikan, Gea jadi parno dan lebih memilih duduk di dekat jendela. Sampai sekarang raut wajah Gea masih sana ditekuk dan Kevlar senyum-senyum sendiri melihat raut wajah Gea.
"Tidur, gue tau lo capek."
Tak ada respon, Kevlar memilih untuk menutup matanya. Tak lama setelah ia menutup matanya, Gea tertidur pulas dengan kepala yang ia sandarkan di jendela. Kevlar tersenyum tipis, menuntun kepala itu agar bersandar di bahunya.
Mendengar suara keributan, Gea membuka matanya, ia baru sadar bahwa daritadi ia tidur di bahu Kevlar.
"Kevlar," Gea menusuk-nusuk perut Kevlar menggunakan jari telunjuknya, "temenin dong."
Kevlar menggeliat kecil. "Apaan sih."
Gea mendekatkan mulutnya ke telinga Kevlar, berbisik. "Gue diajak ngobrol sama bapak-bapak itu, bangun kek, biar lo aja yang diajak ngobrol."
"Cium dulu."
"Mati aja lo sekalian."
Kevlar terkekeh sembari membuka matanya, menatap Gea dari posisinya kemudian memperbaiki posisi duduknya. Aneh, padahal daritadi Gea diajak mengobrol oleh bapak di samping Kevlar. Tapi saat Kevlar bangun, bapak itu malah diam-diam saja.
Perjalanan dari bandara ke rumah Bundanya Kevlar hanya membutuhkan waktu 20 menit. Di teras rumah, Bunda Kevlar dan Fiola sudah menunggu mereka dengan senyuman lebar. Di sambut hangat oleh keluarga Kevlar membuat Gea tersentuh. Ia disambut baik oleh keluarga ini, namun keluarganya tak pernah menyambut Kevlar sehangat ini.
"Kak Gea!"
Fiola langsung memeluk Gea erat, membuat Gea dengan sigap menyambutnya dengan senyuman lebar. Kevlar memeluk Bundanya sebentar lalu beralih pada Fiola.
"Hai Princess, long time no see, huh?"
"Bang Kevlar! I miss you!"
Gea memeluk Bunda Kevlar. "Bunda, Gea kangen."
"Bunda juga sayang."
Bunda menuntun mereka berdua ke kamarnya masing-masing. Gea meletakkan kopernya di sudut ruangan. "Kamu istirahat dulu ya, Bunda sama Kevlar di samping."
"Makasih, Bunda."
Gea menatap kopernya, ia sangat ingat ia pernah menangis berjam-jam di sana, di tempat kopernya berada.
Setelah selesai merapikan bajunya ke dalam lemari, Gea keluar dari kamarnya, berjalan menuju kamar di sampingnya, kamar Kevlar. Di ambang pintu, Gea berhenti, ia mengerti Kevlar dan Bundanya sedang membicarakan hal yang cukup serius. Saat ingin pergi dari sana, Gea mendengar namanya disebut. Hal itu yang membuat Gea mengurungkan niatnya.
"Kevlar, dengerin Bunda. Kamu bisa berhenti kapan aja sayang. Gea akan terus seperti itu."
"Nggak Bun, Kevlar sayang sama Gea."
"Kamu sayang sama Gea, tapi kamu juga harus sayang sama diri kamu sendiri. Kamu nggak capek seperti ini terus? Kamu nggak sakit?"
"Kevlar capek, Kevlar sakit. Tapi Kevlar sayang Gea lebih dari diri Kevlar sendiri, Bun."
Gea sesak mendengar penjelasan Kevlar. Dari belakang, kaki jenjang Gea dipeluk oleh tangan mungil. "Kak Gea ayo main!"
Gea dengan cepat pergi dari kamar itu, menggandeng tangan mungil Fiola. Sedangkan Kevlar dan Bundanya bungkam ketika tau bahwa Gea mendengar semuanya.
Gea duduk di ruang santai samping kolam renang, memperhatikan Fiola sedang menggambar sesuatu. Raganya memang di sana bersama Fiola, tapi pikirannya kemana-mana. Lengan Gea digoyangkan pelan oleh Fiola. Gadis manis itu menunjuk gambarannya, seorang perempuan memakai baju merah dan laki-laki berbaju hitam, tak hanya itu, ada lagi di tengah-tengah mereka berdua seorang anak kecil.
"Ini Kak Gea," Fiola menunjuk perempuan tadi dan beralih ke si laki-laki berbaju hitam, "ini Bang Kevlar!"
Gea tersenyum lebar, ia menunjuk anak kecil yang berada di tengah-tengah gambarannya. "Ini pasti Fiola?"
"Bukan! Ini dedek bayi."
Senyuman Gea perlahan luntur, Kevlar yang sedari tadi memperhatikan Gea lewat pintu dapur mendekati mereka berdua ketika raut wajah Gea berubah.
"Ini dedek bayi," ucap Fiola lagi.
Kevlar mengusap rambut Fiola lembut. "Fiola dipanggil Mamah. Katanya bantuin Mamah buat puding."
"Puding?!" teriaknya antusias lalu berlari ke arah dapur.
Kepergian Fiola membuat suasana di sana hening. Gea terpaku pada gambar yang dibuat oleh Fiola. Sedangkan Kevlar tak tau harus berbuat apa.
"Gue kangen sama dia," ucap Gea sembari mengusap gambaran Fiola tadi.
-2:00 AM-

KAMU SEDANG MEMBACA
2:00 am
Short Story❝ Pukul 2 pagi, dan semuanya dimulai. ❞ Entah ini sudah kali ke-berapa, kejadian itu kembali terulang . Sedih, hancur, kecewa, marah semua berlalu begitu saja. Tapi pada akhirnya, aku tetap menerimanya kembali. Start ; 3 Ap...