00:35

7K 572 33
                                    

Sudah 2 hari lamanya, Gea dan Kevlar berada di rumah mewah itu. Setiap hal yang ia lalui bersama Kevlar terasa menyakitkan setiap detiknya di rumah itu. Apalagi tatapan Papanya yang menatap Kevlar rendah. Yakinlah, siapapun yang melihat tatapan itu, pasti dadanya langsung sesak. Seperti sekarang, Gea yang sedari tadi hanya memperhatikan gaya bicara dan tatapan Papanya pada Kevlar saja, dadanya terasa sesak. Sedangkan Kevlar malah tersenyum lebar dan menjawab pertanyaan Papanya seadanya.

"Kev, temenin aku ke kebun teh, ya?" Gea menyentuh punggung tangan Kevlar, memperlancar aktingnya.

Gea mengigit bibir dalamnya, jantungnya berdetak kencang. Untungnya Kevlar tau betul reaksi Gea, jadi laki-laki itu langsung mengangguk lalu berdiri, hingga tangannya dan tangan Gea terlepas.

"Gea ke kebun teh dulu ya Pah, Mah."

Kedua orang tuanya mengangguk dengan tatapan memicing, mencari tau apakah Gea melakukan hal tadi secara terpaksa. Gea memeluk lengan kiri Kevlar lalu menjauh dari pandangan kedua orang tuanya. Saat sudah melewati pagar dari tanaman itu, Gea membulatkan kedua matanya. Pemandangan yang jarang ditemuinya di Ibukota membuatnya tersenyum lebar.

Gea menatap Kevlar dengan senyumannya. "Bagus banget ya Kev?"

Respon Kevlar membuat Gea sadar, dan langsung melepaskan lengan kiri Kevlar, kembali memasang wajah datarnya. Ia kembali menatap kebun teh. "Nanti siang kita pulang ya? Atau lo mau ke rumah Bunda?"

"Terserah, kalo lo mau ke rumah Bunda, gue ngikut."

"Kita ke rumah Bunda. Gue tau lo kangen berat sama dia," Gea memutar bola matanya, mencari topik pembahasan, "Fiola ulang tahun ke-6 kan ya lusa?"

Kevlar terkejut. Seorang Gea yang sangat amat masa bodo dengan kehidupannya mengingat kapan dan ke berapa Adiknya ulang tahun. Kevlar mengangguk sebagai jawaban, ia menatap Gea dari samping. Gea memang pintar menutupi mata bengkaknya dengan make-up tapi Gea tak pernah pintar menutupi masalahnya dari Kevlar. Bahkan Kevlar tau setiap malam di rumah ini, Gea selalu menangis. Merasa diperhatikan, Gea berbalik, membalas tatapan Kevlar.

Selalu sama, setiap matanya bertemu dengan Kevlar, detak jantungnya berdetak tidak normal.

• • •

Kevlar menuruti perkataan Gea tentang pulang siang itu. Dan sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang, Gea yang membawa mobil. Gea melirik sekilas Kevlar yang berada di sampingnya. Laki-laki itu tertidur dengan wajah yang menggemaskan, bahkan Gea senyum-senyum sendiri melihat raut wajah Kevlar.

Mobil berhenti, membuat Kevlar terbangun dari tidurnya. Saat melihat di depannya sekarang adalah rumah Gea, Kevlar terlonjak kaget. Padahal rencananya ia akan tidur sebentar sebelum menggantikan Gea membawa mobil. Supir pribadi Gea masuk ke dalam mobil, diikuti dengan pintu belakang terbuka dan Gea duduk di belakang. Perempuan itu mengacak-acak tasnya, lalu ia turun dari mobil, dan kembali dengan bantal leher Kevlar di pelukannya.

Bicara tentang supir pribadi Gea. Kedua orang tua Gea memang sudah menyiapkan asisten rumah tangga dan supir pribadi untuk Gea. Namun Gea hanya memanggil mereka ketika butuh saja, selama Gea bisa sendiri, mengapa tidak? Asisten rumah tangga setiap hari datang ke rumah, begitupun supir pribadinya. Tugas asisten rumah tangganya adalah membersihkan rumah, tidak lebih. Masak dan membeli keperluan untuk dirinya sendiri, Gea yang melakukannya. Sedangkan supir pribadi Gea, bertugas untuk mengantar Bi Eda kemana pun ia mau.

Mereka bekerja saat Gea tak di rumah seperti sekolah atau les misalnya. Dan harus sedia setiap waktu Gea membutuhkannya.

"Non ke bandara mau kemana?"

"Ke rumah Bunda Pak. Sekalian honey moon."

Kevlar melirik Gea lewat kaca, perempuan itu dengan santai mengatakan hal yang bukan Gea sekali. Pak Sen tertawa mendengar jawaban Gea.

"Pak Sen, minggu lalu maaf Gea nggak sempat jenguk Ibu, tapi Ibu baik-baik aja kan?"

"Alhamdulillah Non."

Sesampainya di bandara dan menuruni dua koper miliknya dan milik Kevlar Gea menghampiri Pak Sen berpamitan. "Makasih ya Pak Sen, maaf ngerepotin Bapak."

"Makasih Pak," ucap Kevlar sembari tersenyum.

"Sama-sama Non, Den. Kan memang tugas saya Non."

"Salam buat Ibu Pak, hadiah buat si kecil ada di jok belakang."

"Non–"

"Makasih Pak."

Gea buru-buru meninggalkan Pak Sen di samping mobilnya. Ia tau betul pasti Pak Sen akan menolak hadiahnya. Gea dan Kevlar duduk bersampingan. Gea memainkan ponselnya sedangkan Kevlar menatap tiket pesawatnya dengan senyumannya, di sana tertulis;

Kevlar Liandra dan Gea Tharifah Liandra.

-2:00 AM-

2:00 amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang