Sudah 1 bulan lamanya Kevlar sama sekali tidak menemukan dimana keberadaan Gea. Bahkan kedua orang tua Gea tak tau dimana keberadaan perempuan itu. Pertama kalinya Gea melakukan hal ini–berhari-hari tidak pulang ke rumah. Setiap malam, Kevlar memasuki kamar Gea, berharap perempuan itu berada di dalam sana. Tapi kenyataan kembali menamparnya, Gea benar-benar pergi dari kehidupannya. Kevlar juga sudah berkali-kali mengendarai motornya berjam-jam berada di jalanan, menuju rumah kedua orang tua Gea, tapi tetap saja tak ada kabar dari Gea. Sudah 5 kali dalam sebulan ini Kevlar pergi ke rumah kedua orang tuanya. Dan di sinilah ia sekarang.
"Bang Kevlar kok Kak Geanya nggak diajak?"
Kevlar yang sedang berbaring tidak semangat di samping kolam berenang menenggelamkan wajahnya di bantal, membuat Fiola mengembungkan pipinya lucu. "Bang, Fiola nanya!"
Bunda Kevlar datang, menyuruh Fiola masuk ke dalam, bermain bersama Ayahnya. Saat Kevlar datang ke rumah dan membawa kabar buruk bahwa Gea kabur, Hilman tidak diam begitu saja. Hilman bukan orang yang gampang terpacu emosinya saat dalam masalah. Tapi entah kenapa Hilman melayangkan tinjunya pada Kevlar saat laki-laki itu baru saja menampakkan kakinya di rumah itu.
"Malu Ayah sama kamu," ucap Hilman yang membuat dada Kevlar tambah sesak.
"Kev, ayo kita makan dulu."
"Duluan aja Bun."
"Tapi kamu jangan sampai telat makan."
"Iya."
Kevlar berbalik, menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Ia menghembuskan nafasnya kasar. Bayang-bayang wajah Gea malam itu selalu berhasil membuat Kevlar berada di posisi paling bawah dalam urusan menjaga perempuan itu. Apalagi mendengar pernyataan Gea malam itu, menambah penyesalannya. Kevlar meringgis masih terasa ngilu di rahangnya bekas hantaman Hilman pagi itu. Ia tak bisa berpikir bagaimana ke depannya bila tak ada Gea di sampingnya.
Kevlar seperti tak punya kehidupan sekarang. Cuma Gea yang selalu ia pikirkan.
• • •
"Ge, gunting dimana ya?"
Tak ada jawaban, laki-laki itu mendekati Gea. Perempuan itu sedang menatap ponselnya, lebih tepatnya menatap fotonya bersama Kevlar. Entah apa yang membawa Gea waktu itu ke Bali dan mengajaknya liburan di luar negeri, yang ia tau, Gea sedang menghindar dari laki-laki yang selalu Gea lihat fotonya setiap malam. Pagi itu, Gea tak membawa apa-apa ke Bali, hanya memakai jeans, kaos dan kemeja kotak-kotak Gea datang ke Hotel, mengajaknya pergi dari Indonesia, kemana pun. Dan di sinilah mereka sekarang. Hotel milik Ayahnya di Negeri Paman Sam. Dan tentunya, mereka beda kamar.
Entah apa yang Gea pikirkan, Gea sudah menganggap Rio seperti Abangnya sendiri. Bahkan umur Rio dan Abangnya tak beda jauh.
"Jadi rencananya kapan lo pulang?"
"Nggak tau."
Gea meninggalkan Rio sendirian sedangkan Rio menatap punggung Gea yang hilang di pintu hotel. Pandangannya beralih pada ponsel Gea yang menyala, ia menatap foto itu dalam. Gea tak bisa seperti ini terus, ia harus melakukan sesuatu.
Ke-esokan harinya Gea sudah siap dengan jaketnya, ingin membeli sarapan di luar. Matanya terpaku pada ponselnya dan langkahnya berhenti di depan lift, memencet tombol merah itu satu kali lalu kembali menatap ponselnya. Saat sudah bosan, baru ia taruh ponselnya menatap angka yang ditampilkan di atas lift. 35, 36, 37, pintu lift terbuka, bukannya masuk ke dalam, Gea malah menjauh dari lift itu, berlari kembali ke kamarnya.
"Ge," ucap orang itu sembari menahan lengannya.
"Kev, lepas."
Tangannya mengenggam kuat lengan Gea. Semakin kuat ketika melihat air mata yang jatuh dari bola mata indah itu. "Please Ge, kasih gue kesempatan lagi. Jangan tinggalin gue, gue butuh lo."
"Lepasin! Gue benci sama lo!"
"Gea–"
"Gue mau lo pergi dari hidup gue!"
"Ge," tangan Kevlar perlahan melepas lengan Gea, matanya menatap mata Gea yang sudah berair sekarang, "nggak Ge, gue sayang banget sama lo. Kita mulai dari awal—"
"Nggak Kev. Ini akhirnya."
Dada Gea mulai sesak. Jujur, melihat wajah Kevlar sekarang membuat Gea sempat ragu untuk meninggalkan laki-laki itu. Kevlar menatapnya seperti 2 tahun yang lalu, di bawah bintang-bintang yang menghiasi langit malam itu, sembari merangkulnya, Kevlar tersenyum manis ke arahnya. Gea ingat sekali Kevlar mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling beruntung bisa memilikinya. Setelah mengatakan hal itu, Kevlar melebarkan senyumnya mengusap dua kali dahi Gea.
Gea rindu Kevlar yang dulu, yang menjaganya tanpa harus menyakitinya terlebih dahulu.
"Gue nggak bisa."
-2:00 AM-

KAMU SEDANG MEMBACA
2:00 am
Conto❝ Pukul 2 pagi, dan semuanya dimulai. ❞ Entah ini sudah kali ke-berapa, kejadian itu kembali terulang . Sedih, hancur, kecewa, marah semua berlalu begitu saja. Tapi pada akhirnya, aku tetap menerimanya kembali. Start ; 3 Ap...