00:45

6.3K 580 4
                                    

Suara ketukan pintu terdengar, membuat Gea buru-buru menyembunyikan alat make-upnya.

"Ge, gue bisa masuk?"

"Iya."

Gea tersenyum tipis menatap Kevlar. Sedangkan laki-laki itu mengulum bibirnya, tak tau harus melakukan apa. "Makan malam udah siap."

Gea mengangguk, mengikuti Kevlar dari belakang. Tiba-tiba Kevlar berhenti, berbalik menatap mata Gea yang sudah tidak kelihatan bengkak. Jari telunjuk Kevlar mengusap dua kali dahi Gea lalu tersenyum, meyakinkan Gea bahwa perempuan itu bisa. Gea memandang punggung Kevlar hingga pandangannya beralih pada Ayah Kevlar—Hilman yang masih dengan pakaian dinas hariannya.

Setelah menyalimi Hilman, Gea duduk di samping Kevlar dan Fiola. Gea sibuk dengan Fiola yang mau makan apa sedangkan Hilman melihat setiap gerak-gerik Gea tanpa terlewatkan.

"Gea, gimana UASnya, lancar?"

"Alhamdulillah, Yah."

Hilman mengangguk sembari mulai menikmati makan malamnya. "Kevlar gimana Ge, dia masih suka berantem?"

Gea tersenyum lalu menggeleng pelan. "Udah nggak kok Yah, Kevlar udah berubah."

Setelah makan malam, Gea membantu Bunda Kevlar mencuci piring lalu kembali ke kamar. Rencanannya, besok pagi mereka akan jalan-jalan ke pantai. Jadi, malam ini Hilman menyuruhnya untuk istirahat secukupnya. Tapi saat hendak istirahat, pintu kamar Gea diketuk, kali ini mengetuknya secara brutal, sembari meneriaki namanya dari luar.

"Kak Gea! Kak Gea!"

Gea terkekeh saat membuka pintu. "Kenapa sayang?"

Fiola tak menjawab, gadis itu hanya menarik tangan Gea menuju kamar Kevlar, di sana Kevlar terlihat manis ketika memangku gitarnya. Fiola duduk di kursi depan jendela, berhadapan dengan Kevlar sedangkan Gea mengambil kursi dan duduk di sana.

"Bang, nyanyi dong!" Fiola memekik lucu, "Kak Gea juga mau denger katanya."

Kevlar beralih menatap Gea sedangkan Gea yang sedang ditatap hanya tersenyum tipis. "Oke, lagunya tapi nggak boleh milih. Harus Abang yang pilih."

"Okay!"

Kevlar mulai memetik senar gitarnya. "Wise men say only fools rush in. But I can't help falling in love with you."

Kevlar menatap Gea dengan senyumannya. "Shall I stay? Would it be a sin. If I can't help falling in love with you?"

"Like a river flows surely to the sea. Darling so it goes. Some things are meant to be. Take my hand, take my whole life too. For I can't help falling in love with you."

Di petikan gitar terakhirnya, Kevlar menatap Gea dalam.

Setelah mengantar Fiola ke kamarnya, Gea sekarang sedang berguling-guling di ranjangnya. Suara dan tatapan Kevlar tadi membuatnya tak bisa berhenti tersenyum. Kalau membuat Gea jatuh cinta cukup dengan bernyanyi untuknya, kenapa Kevlar tak melakukan itu dari dulu? Gea menatap langit-langit kamarnya, lalu menghembuskan nafasnya kasar. Akhirnya ia pergi ke kamar Kevlar dengan selimut yang ia jadikan jubahnya. Tak perlu mengetuk pintu, Gea langsung masuk ke kamar Kevlar.

Melihat tubuh Kevlar berbaring di ranjang membuat Gea menahan nafasnya dan berbalik, ingin mengurungkan niatnya. Namun bingkai foto yang terpajang di lemari dekat pintu membuat Gea tertegun. Wajahnya di setiap tempat dengan senyuman yang lebar terpajang di sana. Mengapa ia baru menyadarinya sekarang?

Gea naik ke ranjang, tidur menghadap Kevlar. Jantungnya berdetak dengan kencang, tangannya bergetar hebat. Namun respon tubuhnya ia abaikan, Gea malah lebih mendekatkan tubuhnya pada Kevlar, melingkarkan tangan kanannya di pinggang Kevlar. Hangat.

• • •

Pagi harinya, pintu kamar Kevlar dibuka panik oleh Bunda Kevlar. "Kev, Gea–"

Teriakan paniknya ia hentikan ketika melihat Kevlar dan Gea masih tertidur dengan tenang di ranjang yang sama. Kejadian yang sangat langka. Tanpa disadari, air matanya turun melihat pemandangan di depannya. Ia kira Gea kabur dari rumah seperti dulu, makanya ia panik dan hendak melapor pada Kevlar. Tapi kenyataannya tidak. Tanpa menimbulkan banyak suara, Bunda Kevlar keluar dari kamar itu, menutup pintu dengan pelan.

Sinar matahari yang melewati sela-sela horden membuat mata Kevlar menyipit. Laki-laki itu membulatkan matanya sempurna sembari menahan nafasnya. Ia sudah bangun sepenuhnya kan? Kevlar menampar dirinya hingga laki-laki itu meringgis kesakitan sendiri. Ada apa dengan perempuan ini?

Gea menggeliat kecil, tangannya yang melingkar di pinggang Kevlar ia eratkan, membuat laki-laki itu bertambah bingung. "Gea."

Kevlar mencoba membangunkan Gea. "Ge, bangun."

"Apaan sih, berisik. Ganggu aja."

"Ngapain lo di sini?"

"Tidur."

"Ngapain lo tidur di sini?"

"Berisik lo."

Gea, tetaplah Gea.

-2:00 AM-

2:00 amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang