01:50

6.3K 540 48
                                    

Sepulangnya Gea dari minimarket setelah belanja bulanan, Gea berniat untuk singgah di rumah Kevlar. Ia memarkirkan mobilnya di depan rumah laki-laki itu, lalu masuk ke dalam sana tanpa permisi. Pintu kamar Kevlar terbuka, membuat Gea langsung menuju ke sana.

"Kev gue—"

Kedua bola mata Gea membulat, kedua tangannya ia pakai untuk menutup mulutnya. Tanpa izin, air matanya jatuh begitu saja. Gea ingin sekali pergi dari sana, namun kakinya saja sudah lemas sekarang. Di dalam sana, di bawah terangnya bulan, Kevlar berdiri di depan cermin, mengusap lehernya.

"Gea."

Suara itu, suara itu memanggilnya. Dengan tergesah-gesah Gea pergi dari sana, pandangannya memburam akibat air mata yang menghalangi pandangannya.

"Ge dengerin gue," Kevlar berdiri di hadapannya.

Gea menggeram saat Kevlar menghalangi pintu. "Minggir."

"Dengerin gue dulu."

Di bantu dengan lampu teras, Gea dapat melihat jelas bekasnya. Berwarna ungu di sekitaran leher Kevlar. Gea mundur, menjambak rambutnya erat-erat. Benar, yang ia lihat tadi itu benar. Matanya masih melihat dengan baik. Satu yang Kevlar pikirkan saat itu, Kevlar hanya ingin memeluk tubuh itu, mengatakan bahwa semuanya hanya salah paham.

"Ge, gue salah."

"Nggak, gue yang salah. Gue yang salah kenapa masih biarin lo masuk ke kehidupan gue!"

Kevlar tak bisa berkutik. Melihat air mata keluar dari mata perempuannya saja, Kevlar sudah lemas. Apalagi Gea yang berada di hadapannya sekarang.

"Gea."

"Jangan sentuh gue!"

Teriakan Gea sekali lagi, membuat ribuan pisau menghujam dadanya.

"Kenapa gue bisa percaya sama lo, lagi? Lo pernah mikir nggak, kenapa gue nggak pernah nyuruh lo pergi dari kehidupan gue? Ya karna gue sayang sama lo."

"Gue nunggu, gue nunggu lo berubah jadi Kevlar yang dulu yang pernah gue kenal dulu, sebelum Kevlar menjelma menjadi Kevlar yang baru malam itu," lanjut Gea.

"Malam itu, gue inget banget. Lo dateng ke kamar gue, mengambil apa yang selama ini gue, Abang gue, Papah jaga. Lo cuma butuh waktu 20 menit buat ngerusak semuanya," Gea mengatur nafasnya.

Tidak, Kevlar tidak siap mendengar itu lagi. Kejadian paling Kevlar sesali seumur hidupnya.

"Dan kisah kita nggak hanya sampe situ. Setelah itu, lo inget. Lo nendang perut gue saat gue bilang 'gue sayang sama dia yang di dalam perut.' Lo nendang sampe perut gue hancur. Darah dimana-mana, dan lo dengan bangganya berdiri di depan gue lalu pergi begitu aja."

Gea menatap mata Kevlar dalam. "Lo tau nggak malam itu gue kepikiran bunuh diri, nyusul Abang. Tapi semuanya nggak gue lakuin karna di dalam hati kecil gue, gue masih sayang sama lo."

"Tapi apa? Gue kira lo bakalan berubah," lanjutnya.

Gea mengusap air mata yang sedari tadi mengalir di pipinya. "Apa nggak cukup kalo cuma gue yang lo rusak? Cukup gue aja Kev, jangan anak orang lo rusak juga."

"Ge, gue—"

"Kev, gue udah nggak kuat."

"Ge, please. Kasih gue kesempatan lagi."

Mendengar itu, hati Gea hancur. Kesempatan lagi? Seremeh itu kah ia di mata Kevlar? Hingga Kevlar masih bisa memohon kesempatan lagi.

"Gea gue sayang sama lo."

Gea terisak keras, air matanya keluar makin deras. Tangan kanannya bergerak memukul dadanya, berusaha menghilangkan rasa sakit yang makin lama makin sakit rasanya.

"Kalo lo sayang sama gue, lo nggak akan ngelakuin hal ini lagi Kev!" Gea melepas benda yang melingkar di jari manisnya, memberikannya pada Kevlar, "sekali bajingan, lo bakalan tetap jadi bajingan."

"Jaga diri lo baik-baik, gue pergi," lanjut Gea.

• • •

Tak lama setelah mobil Gea melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, motor Kevlar yang tadinya mengikut di belakang mobil itu tertinggal. Akhirnya Kevlar pergi ke rumah perempuan itu, sesampainya di sana, semua pintu terkunci, bahkan di dalam pun tidak ada orang. Kevlar mengacak rambutnya frustasi, sudah berkali-kali Kevlar menghubungi Gea tapi ponsel perempuan itu mati. Laki-laki itupun beralih menghubungi Bundanya.

"Halo sayang, kenapa?"

"Bun Gea kabur."

Tak ada respon dari Bundanya, laki-laki itu menghembuskan nafasnya kasar. "Kevlar yang salah Bun. Kevlar sayang sama Gea. Kevlar nggak mau kehilangan dia."

"Kalau kamu nggak mau kehilangan dia, kenapa kamu buat dia pergi?"

Pertanyaan Bundanya membuat dadanya semakin sesak. Sambungan terputus, Kevlar pun kembali melajukan motornya, menyusuri Ibukota yang semakin malam semakin sepi di beberapa tempat. Kevlar sampai mendatangi rumah Kila dan Oci tapi respon mereka berdua sama. Sama-sama tidak tahu. Pukul 12 malam, Kevlar masih berkeliaran di jalanan Ibukota, mencari perempuannya. Hingga motor Kevlar berhenti di tujuan terakhirnya, pemakaman. Tanpa rasa takut sedikit pun, Kevlar mendekati 2 makam dengan ukuran yang berbeda.

"Bang, maaf gue ngulang kesalahan yang sama," ucapnya sembari mengusap nisan yang berada di sebelah kanannya.

Lalu beralih ke nisan di sebelah kirinya, "maafin Ayah."

-2:00 AM-

2:00 amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang