01:35

5.7K 490 14
                                    

Gea tersenyum melihat Rio naik ke atas panggung, mengambil alih piano dan jarinya mulai menari di atas sana.

"Maukah lagi kau mengulang ragu. Dan sendu yang lama. Dia yang dulu pernah bersamamu. Memahat kecewa. Atau kau inginkan yang baru. Sungguh menyayangimu."

"Aku ingin dirimu. Yang menjadi milikku. Bersamaku mulai hari ini, hilang ruang untuk cinta yang lain," Rio menatapnya dari atas sana.

Detak jantung Gea berdetak tidak normal. Nafasnya mulai sesak, tidak. Ada yang salah dengan semua ini. Buru-buru Gea berlari ke kamar mandi, membasuh wajahnya lalu menatap pantulan wajahnya di cermin. Menatap seluruh tubuhnya. Baju tanpa lengan dan celana pendek. Apa yang ia lakukan di sini? Gea menutup wajahnya dengan kedua tangannya menyesali semua yang terjadi hari ini. Perempuan itu memutar benda yang melingkar di jari manisnya.

Saat keluar dari kamar mandi, dirinya disambut oleh Rio yang menatapnya cemas. "Lo nggak pa-pa?"

Gea menghindar saat Rio hendak menyentuh pundaknya. "Nggak pa-pa. Tiba-tiba gue nggak enak badan aja."

"Yaudah, mau pulang sekarang?"

Mobil mereka melaju membelah jalanan Bali yang selalu ramai. Padahal, Gea sudah menyusun jadwal ingin pergi kemana dengan Kevlar, tapi laki-laki itu malah meninggalkannya sendirian tadi pagi.

"Makasih untuk hari ini."

"Iya, sama-sama. Beneran nggak pa-pa? Mau gue anterin-"

"Nggak usah," tolak Gea halus.

Saat Gea melangkah menjauh, perempuan itu kembali berbalik. "Gue sekalian pamit, besok gue balik ke Jakarta."

"Kalo gitu, biar gue lagi yang nganterin."

"Eh, nggak usah."

"Besok jam berapa?"

"Tiketnya jam 10 pagi."

Rio mengangguk. "Berarti jam 8an lah ya?"

Gea tersenyum tipis sembari mengangguk lalu menuju ke kamarnya. Saat sampai di kamar, Gea menghembuskan nafasnya kasar. Kamar besar dan mahal seperti ini sangat tidak berguna baginya. Apalagi ia bisa menggunakan uang itu untuk keperluan lainnya daripada bermalam di hotel mewah seperti ini. Memang sih, fasilitas dan pelayanannya perlu diberi penghargaan, tapi kan sayang.

Gea merapikan semua barang-barangnya lalu duduk di balkon kamar, mengamati langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Walaupun hanya 1 hari di Bali, ia merasa sangat bahagia. Entah karna apa, ia juga bingung.

Pagi harinya, setelah selesai berpakaian, pintu kamarnya di ketuk, Gea ramal, itu adalah Rio yang sedang membawa nampan sarapan ke kamarnya. Benar saja, setelah pintu terbuka, wajah ceria Rio menyambutnya. Gea mengambil alih nampan dari tangan Rio dan menaruhnya di meja balkon.

"Rapih banget? Lo tadi malem tidur di sini kan?"

"Iyalah," Gea duduk di kursi samping Rio, menyantap sarapannya, "lo sambut gue rapih, gue pulang juga harus rapih."

"Cepet banget pulangnya, baru juga sehari."

Gea hanya tersenyum sebagai jawaban. Setelah selesai, Rio mengantar Gea ke Bandara. Tak enak berlama-lama bersama Gea, Rio menyuruh Gea untuk cek in dan disetujui oleh Gea.

"Makasih ya, maaf ngerepotin."

"Iya santai aja. Jangan lupa ke hotel lagi kalo liburan."

Gea terkekeh. "Iya."

Rio menatap punggung Gea, salah satu alasan mengapa ia tak meminta kontak Gea adalah benda yang melingkar di jari manis perempuan itu.

• • •

Sesampainya di Ibukota, Gea dijemput oleh Pak Sen. Di perjalanan tak ada perbincangan karna Gea hanya menatap keluar jendela tanpa memperhatikan Pak Sen. Pak Sen yang juga tak ingin menganggu Gea pun hanya diam. Pukul 4 sore setelah membersihkan diri dari perjalan panjang tadi, Gea bersiap-siap ingin keluar lagi. Ia berlari kecil menuruni tangga, mengambil kunci mobil dan melajukan mobilnya membelah Ibukota.

Mobilnya ia parkir di samping rumah, karna Gea berencana akan keluar bersama Kevlar malam ini. Aneh, biasanya Kevlar tak pernah membuka pintu rumahnya. Gea memasuki rumah itu diam-diam, takut ada tamu di rumah, apalagi tadi di depan ada mobil yang terparkir di sana.

"Kev?"

Tiba-tiba tangannya ditarik dengan keras, hingga membawanya masuk ke dalam lemari kecil di dekat tangga. Gea memekik namun tangan ini menutupi mulutnya. Orang di belakangnya mendesis, menyuruhnya diam.

"Jangan berisik," bisiknya.

Dari suaranya, Gea sudah mengetahui bahwa itu adalah Kevlar. Dari luar terdengar hentakkan sepatu. "Nggak ada juga?"

"Nggak ada."

"Sial, lari kemana dia?"

-2:00 AM-

2:00 amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang