Siang ini, seperti biasa Kevlar berkumpul dengan teman-temannya di bawah pohon pinggir lapangan. Mata Kevlar tidak tenang menatap ruangan osis yang tak berada jauh dari tempatnya. Di sana, semua anak osis berkumpul, tetapi ia masih belum melihat Gea masuk ataupun keluar dari sana. Dari ruang osis, Yudha keluar, menghampiri Kevlar.
"Kev, lo liat Gea?"
"Nggak."
"Dia kemana? Tadi gue ke kelasnya kata temennya juga Gea nggak ada keterangannya. Gue telfonin hpnya mati."
Kevlar hanya diam hingga Yudha pergi dari hadapannya.
"Tumben Gea nggak masuk sekolah. Tanpa keterangan lagi. Gea kan paling anti sama begituan."
"Iya, cuma Gea doang yang semangat ke sekolah. Nggak kayak kita yang bangun pagi aja males."
Setelah memikirkan kejadian kemarin, Kevlar baru sadar. Dan kini ia sedang berlari ke samping sekolah, melompat tembok sekolah dan melajukan motornya menuju rumah perempuan itu. Pagar rumah terbuka lebar, di dalam rumah hanya ada Bi Eda sedang panik bersiap-siap ingin pergi. "Loh Bi? Bibi kok di sini?"
"Neng Gea Den, tadi Neng Gea pingsan, sekarang udah dibawa ke rumah sakit."
Detak jantungnya seperti berhenti sekarang. Dengan panik, Kevlar mengendarai motornya diatas kecepatan rata-rata hingga Bi Eda yang dibonceng oleh Kevlar pun sepanjang perjalanan berkomat-kamit melantunkan doa. Setelah sampai di rumah sakit, dari pintu kamar rawat, Kevlar melihat Gea yang sedang terbaring lemas di brankar. Seharusnya kemarin malam Kevlar mengiyakan ajakan Gea untuk menginap di rumah perempuan itu.
Kevlar juga baru ingat Gea hanya sarapan selembar roti dan segelas susu. Di sekolah ia sibuk osis dan saat pulang sekolah, Gea menunggunya di teras rumah masih dengan seragam sekolahnya. Dan tadi malam, ponselnya bergetar dan menampilkan nama Gea di sana, ia hanya mengabaikan panggilan itu dan melanjutkan tidurnya, padahal kilatan petir berkali-kali menyambar. Kevlar menarik kuat rambutnya dengan kedua tangannya. Kenapa ia bisa sangat-sangat bodoh hanya karna diperlakukan seperti itu oleh Gea?
Padahal, hal yang lebih menyakitkan daripada diperlakukan seperti kemarin oleh Gea, pernah dialaminya.
Kevlar mengenggam tangan Gea erat, berharap Gea membuka matanya dan memarahinya seperti biasa. Jujur, ia lebih suka Gea menyerangnya dengan kata-kata yang menusuk hati daripada melihat Gea terbaring lemah di brankar rumah sakit. Bi Eda baru saja pulang, mengambil beberapa pasang pakaian untuk Kevlar dan masak untuk makan malamnya dan Kevlar di kamar inap. Perlahan mata Gea mulai mengerjap, bola mata bergerak ke kanan dan ke kiri. Saat Kevlar berdiri, menatap wajah Gea, barulah perempuan itu tenang.
"Gue kan udah bilang, lo nggak boleh telat makan, apalagi sampe nggak makan."
"Urusin aja urusan lo," ucap Gea datar sembari bangun dari tidurnya.
Gea yang tadinya ingin mencabut infus yang menusuk punggung tangan kirinya, ditahan oleh Kevlar. "Apaan sih, gue pengen pulang."
Kevlar kembali membaringkan Gea, mengusap dahi perempuan itu dua kali. Dan hal itu lagi-lagi berhasil membuat Gea sedikit lebih tenang. Setelah perdebatan kecil dengan Kevlar akhirnya Gea ingin memakan makanannya. Walaupun kedua tangannya terasa sangat lemas, Gea memaksakan untuk memakan makanannya sendiri.
"Ngapain sih pake pingsan segala? Bikin panik aja."
"Lo-nya aja yang bego, mana pernah gue minta lo nginep kalo nggak ada apa-apa?"
"Ya, kan gue emosi."
"Makan tuh emosi."
Setelah selesai makan, kamar inap itu terasa hening. Kevlar yang bingung ingin membahas apa dan Gea yang malas membuka mulut dan berhubungan dengan Kevlar. Tak lama kemudian, dokter masuk ke kamar inap diikuti oleh suster yang membawa buku catatan.
"Permisi, saya ingin cek perutnya."
Saat tangan dokter itu mendekati perut Gea, perempuan itu langsung menjauh. Dan lagi-lagi, saat tangan si dokter mendekati perutnya, Gea langsung menghindar.
"Maaf, bisa tenang sedikit?"
"Kev," Gea menatap Kevlar sembari menggeleng pelan.
"Maaf Dok, dia memang tidak nyaman kalau disentuh oleh laki-laki. Boleh susternya saja yang memeriksa?"
Dokter mengangguk memahami. Setelah menekan-nekan perut Gea, suster itu tersenyum tipis. "Hanya masalah maag saja. Jika botol infus sudah habis, anda bisa pulang."
"Makasih Dok, Sus."
"Sama-sama, saya permisi."
Setelah pintu tertutup Kevlar menatap Gea yang sedang memunggunginya. Kejadian itu benar-benar membuat Gea trauma.
-2:00 AM-

KAMU SEDANG MEMBACA
2:00 am
Kısa Hikaye❝ Pukul 2 pagi, dan semuanya dimulai. ❞ Entah ini sudah kali ke-berapa, kejadian itu kembali terulang . Sedih, hancur, kecewa, marah semua berlalu begitu saja. Tapi pada akhirnya, aku tetap menerimanya kembali. Start ; 3 Ap...