Part 25

6.4K 207 4
                                    

Hidup tak selamanya tentang kebahagiaan. Ada kalanya duka datang dan mengajak bermain di dalam kabut kesedihan
Rosyputri4

"Hay, apa kabar Cha? "  suara itu. Suara yg selama ini Eccha hindari. Bukannya ia takut, hanya saja ia malas menghadapi makhluk yg satu ini.

Eccha masih terdiam, ia tak berniat membalas sapaan tersebut. Bahkan ia tak melihat siapa si penyapa tersebut.

Karna merasa dicueki Eccha, si penyapa pun duduk disebelah Eccha tanpa permisi. Eccha pun tak mempermasalahkannya. Bahkan sampai ia mati, Eccha pun tak peduli.

"Hay, ngalmun aja" ucapnya lagi. Baginya tak ada kata putus asa.

Eccha pun hanya terdiam. Menatap si penyapa tersebut sekilas dengan sisa sisa air mata yg masih berada di pipinya.

"Lo nangis Cha?" pertanyaan bodoh. Pertanyaan yg jelas jelas tak membutuhkan jawaban. Apa namanya yak? Lupa akutu. Maafkan saya Pak Tambah :v.

Eccha pun masih enggan menjawab pertanyaan itu.

"Pasti lo nangis gara gara putus sama Ilham? Akhirnya" ya, siapa lagi kalo bukan Alvin. Makhluk ciptaan Tuhan yg begitu menginginkan Eccha pisah dengan Ilham.

Eccha yg mendengar itu pun hanya menatapnya jengah dengan satu alis yg ia angkat pertanda bingung.

"Tuhan tau Cha mana yg terbaik buat lo!. Dan itu gue" katanya begitu sombong.

Sudah muak Eccha mendengar semua kata katanya. Eccha pun berdiri, menatap Alvin tajam dan kemudian

"GAK GUNA!!" ucapnya sembari meninggalkan Alvin.

Perlu dicatat dalam sejarah hidupnya bahwa hari ini adalah hari tersialnya. Dimana Vina telah menghancurkan moodnya. Dan Alvin telah memperburuk semuanya.

Mereka  memang kompak. Sama sama membuat badmood. Lantas, sekarang kepada siapa Eccha mengadukan semua ini. Berbagi cerita dan hanya sekedar curhat. Tuhan?  Tanpa Eccha meminta pun, Tuhan sudah tau apa yang ia rasakan.

Eccha merindukan Ilham. Dia yg selalu ada disaat kondisi apa pun, lantas sekarang menghilang. Jejak kerinduannya pun semakin memudar dikala Ilham memang tak menghubunginya sama sekali. Ntahlah, mungkin ia tak pantas ada disisi kaka kelasnya yg satu itu.

Eccha menuju kelasnya. Menjatuhkan diri di kursi dengan malasnya. Sampingnya sudah setia Vina yg memang sedari tadi di situ.

"Dari mana lo?! Ngilang, balik lusuh kek baju belom distrika" Vina kembali melontarkan pertanyaan pertanyaan.

Yg ditanya pun hanya terdiam dan membuka novelnya. Dengan wajah tanpa dosa, Eccha tak melihat bahkan melirik Vina sekali pun.

"Heh Cha. Gue jadi bingung tau nggak sama lo. Kenapa lo berubah kek gini sih?. Selama liburan gue kaga pernah main sama lo. Lo kemana aja? Apa lo gak kangen gue. Gue kangen banget sama lo" tipe tipe calon ibu cerewet.

"Lo gak perlu bingung. Gue juga kangen lo" ya berhasil. Eccha menjawab dengan dua kalimat. Lumayan kan? Daripada dianggurin mulu.

"Nah gitu dong. Lo ngomong sama gue lo kenapa? Kenapa lo jadi gini. Gue sahabat lo Cha. Buat apa sih punya sahabat tapi gak saling mengerti apa yg sahabatnya rasain. Cerita sama gue Cha. Gue janji gak ngomong siapa siapa" ucapnya memelas. Memang benar apa yg diungkapkan Vina.

Eccha masih diam membisu. Tatapannya pada novel, namun pikirannya melayang jauh menerawang masalalu. Dadanya pun sesak kembali. Air matanya perlahan turun melewati pipi.

"Cha, tatap gue!" ucap Vina sembari memutar tubuh Eccha agar menghadapnya.

"Lo cari kebohongan di mata gue! Kalo lo nemu, lo gak usah cerita." ucapnya meyakinkan Eccha.

Eccha pun menatap Vina. Persekian detik dirinya tertunduk. Air matanya kembali tumpah. Tak kuasa ia menahannya, karna ia sama sekali tak menemukan titik kebohongan di mata Vina. Akankah ia harus berbagi pada sahabatnya?

"Gue putus sama Ilham" ya. Lolos, lolos satu kalimat itu. Kalimat sederhana dengan berjuta arti.

åååå

Hayy. I am comeback

Bagaimana? Udah judes blom sih? Udah cuek belom? Eh eh kira kira reaksi Vina apa yak?


Happy Reading
Thanks for readers
Next part

Love You KETOS  [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang