Chapter 21: Hati yang Berkabung

613 117 79
                                    

"Hyung mau ke mana?"

Seokmin menghentikan gerak tangannya untuk sejenak. Balas menatap Hansol yang memandanginya keheranan. Menyematkan senyum di sana. Hansol jadi merinding. Senyum Seokmin hari ini terlihat aneh. Berbeda dari biasanya. Namun, hanya senyuman itu yang ia dapat dari pertanyaan tadi. Setelahnya, Seokmin melanjutkan aktivitas. Merapikan beberapa pakaiannya. Memasukkannya ke dalam tas ransel besar. Tas yang juga menjadi andalan saat ia mengangkut banyak barang untuk pindah ke asrama sekolah.

"Hyung mau pindah kamar? Meninggalkan aku sendiri?" tanya Hansol lagi.

Kali ini Seokmin tidak mau menoleh. Menjawab pertanyaan secara ringkas. Tertawa. "Aku ingin menginap di rumah teman untuk sementara waktu. Sampai ujian selesai. Aku minta ajari ke dia, supaya semua nilaiku kali ini jeleknya tidak terlalu parah seperti nilai kelulusan SD."

Jawaban yang masuk akal. Hansol segera mengangguk paham setelahnya. Merasa tak harus bertanya banyak lagi. Biarkan hyung-nya yang satu ini melalui masa ujian sebaik mungkin.

Dua hari lagi ujian sekolah akan dilaksanakan. Seokmin menginap di rumah temannya, itu artinya Hansol akan merasa sangat kesepian selama libur. Siswa keturunan New York itu langsung mengambil ponselnya. Menghubungi sang kekasih. Merencanakan liburan dan kencan selama libur beberapa hari ke depan.

Namun, ketenangan Hansol setelah mendapat jawaban tersebut hanya bertahan selama dua hari. Tepat hari H ujian, sore harinya, Hansol didatangi oleh Minghao dan Mingyu. Keduanya nampak tergesa-gesa mencari Seokmin. Sahabat mereka itu tak menampakkan batang hidungnya yang menjulang tinggi di ruang ujian. Hansol turut panik dibuatnya. Menjelaskan keterangan sesuai dengan apa yang Seokmin ucapkan di hari terakhir mereka bertemu. Hari Sabtu malam, Seokmin mengemas barang. Hendak menginap di rumah salah seorang temannya untuk belajar. Hansol tak tahu apa pun selain keterangan itu. Ia merasa bodoh. Tak menyadari sebuah kejanggalan yang terdapat dalam jawaban Seokmin. Tentu. Seokmin tak memiliki teman lain, selain Mingyu, Minghao, Seungkwan, Chan, dan dirinya sendiri.

Mingyu dan Minghao sepakat mendatangi kediaman Chan. Atau yang lebih tepatnya menemui Lee Jihoon. Kakak perempuan dari Lee Chan. Mereka tak punya informasi sedikitpun mengenai Jisoo. Satu-satunya harapan mereka adalah Jihoon. Karena yang mereka tahu, hari Sabtu pagi adalah acara kencan Seokmin dan Jisoo.

Sebenarnya Seokmin telah bersikeras menyebut acara pagi itu bukanlah kencan. Yang lebih membuat Seokmin mengamuk, Minghao menyebut kegiatan hari itu adalah acara pertemuan keluarga. Karena Seokmin memperkenalkan Jisoo pada Ibunya secara resmi.

"Maksud kalian apa?" tanya Jisoo, khawatir.

Siapa yang tidak panik begitu mendengar kabar bahwa seseorang yang disayanginya menghilang begitu saja? Perasaan Jisoo sungguh tak jelas deskripsinya bagaimana. Ia ingin memaki semua orang yang berdiri di hadapan. Jangan sembarang membawa berita dan membuat Jisoo panik seperti sekarang. Jangan membuat gurauan yang tak bermutu dan membuatnya mati di tempat. Namun, informasi itu dibenarkan dengan cepat oleh Hansol. Teman sekamar Seokmin sendiri.

Kaki Jisoo lemas dibuatnya. Gadis itu jatuh ke lantai. Tidak menangis. Namun, hatinya terasa perih.

"Apa Jisoo noona punya petunjuk? Pertemuan terakhir kalian hari Sabtu itu, kan?" tanya Mingyu lagi.

Jisoo menggeleng pelan. Napasnya sesak. Mengingat semua kejadian hari Sabtu itu, lalu menerima satu fakta baru. Hari itu adalah hari terakhir ia bertemu dengan Seokmin. "Seokmin hanya memintaku untuk menunggunya. Aku tidak menyangka kalau menunggu yang dia maksud adalah kepergian seperti ini."

Semua telah dikerahkan tanpa sisa. Jisoo memberikan banyak kesaksian atas menghilangnya Seokmin, meski surat terakhir yang ia dapat masih saja disembunyikan. Dugaan sementara menyimpulkan bahwa laki-laki itu dibawa pergi oleh Ayahnya yang juga berstatus sebagai buron. Hingga libur panjang semester, tidak ada perkembangan sedikitpun tentang keberadaan Seokmin. Jisoo hampir menyerah. Gadis itu hampir menyingkirkan karton sketsa orang terpenting Seokmin dari dalam kamarnya. Namun, hal tersebut urung. Jisoo teringat dengan ucapan terakhir Seokmin. Menunggu.

Wait Me (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang