Chapter 6: Selera Tinggi Seokmin

634 141 72
                                    

Tidak heran lagi jika siswa-siswi perwakilan dari Hanin Art School memenangkan kontes bergengsi hingga tingkat internasional. Sekolah ini memang telah menjadi sekolah seni terbaik, di antara yang terbaik. Prestasi setiap siswa dan siswi mereka tak perlu diragukan lagi.

Seperti sekarang, seluruh pelajar dari tingkat SD hingga SMA dikumpulkan dalam satu gedung besar. Gedung serba guna. Meski sedikit berdesakan, tidak mengurangi antusiasme mereka untuk menyambut beberapa murid yang menjadi perwakilan sekolah. Mereka baru saja memenangkan kompetisi bergengsi. Mulai dari grup paduan suara yang berjumlah dua puluh orang anggota, pelukis, hingga tradisional dance dari Hanin Art School telah memenangkan kompetisi Seni tingkat Asia.

Namun, ada satu pelajar yang nampak kegerahan berada di tengah sana. Gelisah. Ingin cepat-cepat keluar. Seokmin memperhatikan setiap pintu gedung. Ada empat pintu dan semuanya dijaga ketat oleh satpam sekolah. Seokmin mendesah pelan. Menyenderkan tubuh dengan frustrasi. Pusing mendengarkan ocehan kepala sekolah.

Entah kepala sekolah mana. Kemungkinan besar adalah kepala sekolah SMA. Sebab, tentu Seokmin tahu siapa kepala sekolah SD dan SMP.

Bukan hanya itu, ia juga merasa begitu terganggu dengan lirikan seorang anak perempuan yang duduk tepat di sampingnya. Seokmin tidak mengenalnya. Namun, sepertinya gadis itu mengenal Seokmin. Hal ini terbukti dengan dibisikkannya nama laki-laki Lee itu beberapa kali oleh gadis itu. Berusaha memanggil. Seokmin abaikan saja, karena merasa tidak kenal dan yang pasti tidaklah penting.

"Berhenti memanggilku!" bentak Seokmin pada akhirnya.

Ia sungguh kesal. Perpaduan antara penuh dan sesaknya gedung serba guna, juga anak perempuan yang duduk di sampingnya itu, sungguh tidaklah bagus. Emosi Seokmin telah memuncak hingga ubun-ubun. Gerah. Terusik, membuat kesal.

Teriakan Seokmin memang tidak nyaring. Akan tetapi, berhasil menarik perhatian beberapa murid lainnya yang duduk di sekitar mereka. Melirik penasaran.

Siswi yang mengenakan seragam SMP itu tertunduk sesaat. Terkejut dengan bentakan Seokmin. Namun setelahnya, ia coba memberanikan diri. Meski tergagap. "A-aku hanya ingin memberikanmu ini. Ambillah."

Anak perempuan yang Seokmin tidak tahu namanya siapa itu memberikannya sebuah lolipop berwarna biru muda. Warnanya memang cantik. Tapi, tak membuat Seokmin berminat.

"Tidak."

"K-kenapa? Apa kamu tidak suka warnanya? Aku masih punya banyak warna lainnya," ujarnya, panik. Membongkar tas ransel kecilnya. Mengeluarkan beberapa lolipop sekaligus. Warna merah, kuning, hingga hijau.

"Kalau aku bilang tidak, ya tidak!" bentak Seokmin lagi.

"Seokmin?" tegur Mrs. Seunghee.

Ternyata, teriakan Seokmin kali ini berhasil menarik perhatian guru bimbingan konselingnya. Wanita yang tengah mengenakan lipstick berwarna merah menyala itu melipat kedua tangan di depan dada. Melalui tatapan mata, meminta Seokmin agar mau ikut dengannya keluar dari gedung.

Seokmin berdecak sebal. Satu lagi masalah menghampirinya. Melempar tatapan mata super tajam hingga membuat gadis kecil itu semakin ketakutan, Seokmin beranjak dari kursinya. Sedikit bersyukur. Setidaknya, Seokmin bisa lepas dari gadis yang mengganggu tadi.

Murid SMP bernama lengkap Lee Seokmin itu diminta agar menunggu Mrs. Seunghee di salah satu kursi yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk gedung serba guna. Merasa bosan, Seokmin memutuskan untuk merebahkan diri di sana. Memejamkan mata. Tangan kanannya terangkat, menutupi kedua matanya. Tangan lainnya menjadi alas kepala. Perlahan, napas Seokmin menjadi lebih teratur. Tentu hukuman ini jauh lebih baik daripada keadaan di dalam gedung tadi.

Wait Me (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang