Kepada...
Entah siapa. Aku tidak tahu.Sejak terisolasi, aku jadi terbiasa meluapkan emosi melalui tulisan. Jangan menertawakan aku. Kalian akan tahu bagaimana rasanya jika sudah berada di posisiku. Tidak ada satu pun teman untuk berbagi kesedihan. Terkurung sendiri, sampai akhirnya Ayah pulang dan melepas semua penyamarannya. Membawakanku makanan.
Jika di sekolah, nilai mengarangku pasti sudah meningkat drastis. Juga yakin nanti akan menciptakan lagu sendiri, lalu dinyanyikan di atas panggung. Bukan lagi lagu kepedihan. Aku ingin menciptakan lagu kesenangan, yang bisa membuat setiap orang bahagia jika mendengarnya.
Aku jadi bingung sendiri. Baiknya aku masuk jurusan musik, apa sastra?
Cita-citaku berada di musik. Cintaku juga berada di musik. Tapi, akhir-akhir ini aku malah jatuh cinta pada dunia sastra. Tapi... Tentu aku tidak akan serta-merta mengubah cita-cita dan cinta. Baiklah, aku akan tetap berada di jalur sebelumnya. Musik. Menulis kujadikan bakat tambahan, supaya nanti juga bisa menciptakan lagu sendiri.Hari pertama aku kembali ke asrama Hanin, teriakan Hansol adalah yang pertama aku dengar. Dia memelukku erat dengan mata berkaca-kaca. Membuatku menyesal sudah sempat membiarkannya tinggal di asrama seorang diri. Aku segera meminta maaf.
Hansol ingin langsung menghubungi semua teman-teman. Tentu. Aku juga rindu pada mereka semua. Tapi, aku membuat satu pengecualian. "Kecuali anak SMA. Bilang pada Chan rahasiakan ini dari Jihoon noona."
"Hyung... Kamu menghindari Jisoo noona, ya?"
Pertanyaan itu membuatku terkekeh sejenak. Lalu, terdiam cukup lama. Tidak, bukan itu maksudku. Tapi aku memiliki cara lain untuk mengekspresikan perasaan rindu. "Tidak. Urusanku dengan Jisoo noona bukan untuk konsumsi publik, kamu tahu?"
Hansol tertawa nyaring. Memukul bahuku, terbahak-bahak. Tidak lama setelahnya, semua teman berkumpul di dalam kamar kami. Kamar kecil itu jadi terasa semakin sempit. Semakin gaduh karena tak ada satu pun yang memiliki suara pelan, kecuali Minghao. Kami juga sempat mendapat teguran karena terlalu ribut. Kegaduhan saat pertemuan pertama itu akhirnya berakhir ketika kami semua telah terlelap. Para gadis tidur di satu ranjang, dan yang laki-laki bergumpal tak beraturan.
Tidak, malam itu aku tidak bisa tidur. Wajah Jisoo noona yang mendekat lalu mencium pipiku kembali muncul setelah sekian lama tenggelam di antara kekhawatiran. Takut tidak bisa menepati janji. Sekarang sudah berbeda situasinya. Aku yakin bisa menepati janji. Mungkin karena itulah bayangan horror saat dicium noona malah muncul lagi. Tapi, kekhawatiranku berubah arah. Pertanyaan paling menyeramkan turut muncul ke permukaan. Apakah Jisoo noona masih menungguku? Atau malah sudah meninggalkanku?
Besok aku akan mendaftarkan diri di SMA Hanin. Setelah melakukan beberapa prosedur di SMP, tentu saja. Aku akan melakukan ujian susulan nanti. Tetap diizinkan mendaftar ke SMA karena Mrs. Seunghee berada di belakangku. Sebagai penjamin sekaligus wali. Aku memiliki banyak hutang budi pada beliau.
Aku sudah kehabisan bahan untuk ditulis. Tolong doakan agar semuanya lancar. Satu minggu menuju hari pertama masuk SMA ini, akan terdapat begitu banyak hal yang harus aku lakukan. Termasuk keluar-masuk kantor polisi untuk menjadi saksi. Memberi keterangan apa saja yang dilakukan Ayahku selama menjadi buron.
***
Seokmin berlari kencang. Baru hari pertama berstatus sebagai siswa SMA, ia sudah mengukir nama dalam buku catatan BP. Datang terlambat saat menghadiri upacara penyambutan siswa-siswi baru. Bajunya kusut. Tak sempat menyetrika karena kemarin ia sibuk merapikan barang. Baru saja pindah kamar. Pindah ke kamar khusus murid SMA. Dan tentu, ia mendapat teman kamar baru. Jung Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wait Me (✓)
Fanfic[Seoksoo GS Fanfiction] Ini bukan cinta. Hanya sebuah perasaan yang timbul berkat ketidakberdayaan, dan membutuhkan seseorang untuk bangkit. Namun, kebutuhan semakin lama menjadi ketergantungan. Seokmin dan Jisoo merasakannya. Hanya saja, menunggu d...