Tugas Chan tidak berhenti sampai di situ. Setelah berusaha menyadarkan Jisoo dengan cara yang terbilang kasar, Chan coba mencari keberadaan lawan main gadis SMA itu. menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Meminta izin pulang lebih dulu pada teman-temannya. Juga meminta maaf pada Minghao karena tidak bisa mengantar gadis itu ke halte terdekat.
"Ada apa, Chan? Apa Seokmin berulah lagi?" tanya Minghao, khawatir.
Menggeleng pelan, Chan berusaha menenangnya gebetannya. "Tidak perlu khawatir. Kalian langsung pulang saja jika belajarnya sudah selesai. Tidak usah menungguku. Seokmin hyung baik-baik saja. Hanya ada sedikit salah paham dengan Jisoo noona."
Sambil menangis Jisoo bercerita kalau ia dan Seokmin sempat bertemu di ruang ekskul musik. Seokmin bermain piano, sambil menyanyikan lagu yang menyeramkan. Bukan lagu hantu, atau lagu pemuja setan, bukan pula lagu pemanggil arwah penasaran. Akan tetapi, lagu yang bermakna dalam. Menggambarkan kondisi Seokmin sekarang.
Belum sampai di ruang ekskul musik, Chan sudah menemukan keberadaan murid kelas sembilan itu. Mereka berpapasan di lorong sekolah yang sepi. Sudah pukul enam lewat. Seluruh murid telah berpindah tempat dan belajar di Dokseosil.
"Hyung," panggil Chan.
Seokmin menghentikan langkahnya sejenak. Memandang Chan dengan raut wajah marah. Chan mengerti itu. Namun jika diperhatikan, napasnya teratur. Itu artinya emosi Seokmin sudah terkendali dan bisa diajak berdiskusi.
Seokmin melanjutkan langkahnya karena Chan belum juga menjelaskan apa maksud dari panggilan tadi. Semua terasa seperti buang-buang waktu. Ia ingin segera beristirahat. Terlalu banyak berteriak membuat energinya menipis. Lagipula Seokmin yakin kalau Chan sudah tahu dengan kemarahannya. Semua gadis itu penggosip dan cerewet. Tidak mungkin Jisoo diam saja setelah kejadian tadi. Minimal curhat pada beberapa orang terdekat.
"Tadi aku bertemu dengan Jisoo noona," sambung Chan. Ucapan itu berhasil menjelma sebagai rem untuk langkah kaki Seokmin. Menunggu pemuda itu melanjutkan kalimatnya. Sebenarnya, Seokmin memang sedikit merasa bersalah. Namun, tentu tidak sebanding dengan rasa kecewa yang menjulang tinggi. "Hyung apakan dia? Jisoo noona mendatangiku sambil menangis. Bodohnya lagi, aku malah membuat tangisannya semakin kencang. Meninggalkan Jisoo noona sendirian di kantin Dokseosil."
"Ini salahmu juga, bodoh!" cerca Seokmin. Berteriak lagi. "Aku sudah bilang jangan pernah ikut mencampuri urusanku. Aku tidak suka pada perempuan!"
Chan tertawa. "Apa maksud hyung? Apa hyung tidak normal? Oh astaga... Aku jadi takut. Apa hyung menyukaiku? Atau Mingyu hyung? Hansol hyung?"
"Bodoh!"
"Ayolah, hyung... Jisoo noona sudah sangat peduli padamu, menunggu apa lagi?"
"Dia tidak peduli padaku. Dia hanya menaruh rasa kasihan. Aku tidak mau dikasihani!"
Chan membiarkan Seokmin melangkah sesaat, sebelum akhirnya kembali bicara. Karena Chan yakin, kalimat berikutnya pasti akan sangat menarik perhatian Seokmin. "Kata bodoh itu harusnya disematkan pada kalian berdua! Jisoo noona bodoh karena sampai sekarang mengikuti ego sendiri dan menganggap hyung itu adiknya, padahal perhatian Jisoo noona sudah melebihi rasa peduli seorang Kakak. Kamu juga bodoh, hyung! Aku tahu hyung mulai menyukai Jisoo noona, makanya hyung kecewa begitu tahu awal mula Jisoo noona mendekati hyung karena diminta oleh orang lain. Hyung terlalu gengsi mengakui perasaan sendiri!"
Memang terlalu dini kalau mengkhawatirkan Seokmin akan membenci perempuan selamanya. Laki-laki itu masih terlalu muda. Justru bagus jika ia tidak berpikir untuk mencari kekasih. Tapi, bagaimana kalau perasaan benci itu akan terus berkelanjutan hingga umur Seokmin menyentuh angka dewasa? Itulah yang dikhawatirkan Chan dan Mrs. Seunghee. Mungkin juga Jisoo.
![](https://img.wattpad.com/cover/173348553-288-k746757.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wait Me (✓)
Fanfic[Seoksoo GS Fanfiction] Ini bukan cinta. Hanya sebuah perasaan yang timbul berkat ketidakberdayaan, dan membutuhkan seseorang untuk bangkit. Namun, kebutuhan semakin lama menjadi ketergantungan. Seokmin dan Jisoo merasakannya. Hanya saja, menunggu d...