Seokmin tumbuh dan besar di tengah keluarga yang tidak harmonis. Ayah dan Ibunya terus bertengkar, hingga terjadi perceraian. Jika kalian bertanya apakah langkah tersebut membuat hidup Seokmin menjadi sedikit lebih tenang, jawabannya adalah salah. Kehilangan Ayah, surga yang seharusnya anak seusia Seokmin rasakan malah turut lenyap tanpa menyisakan bekas.
Ayah Seokmin bernama Lee Kwanghaeng. Berasal dari keluarga sederhana, dengan pendidikan yang biasa. Lulus dari sekolah menengah atas, langsung mencari pekerjaan karena keluarganya tidak mampu berbuat banyak. Akhirnya menjalin hubungan dengan salah satu atasannya di tempat kerja, yang kini menjadi Ibu Seokmin.
Menikah dengan wanita berharta dan berpendidikan, tidak serta merta membuat hidup Kwanghaeng bahagia. Ia justru menyesali semuanya. Wanita itu bertingkah, menginjak harga dirinya selaku kepala rumah tangga. Melakukan segala hal yang sungguh tak pantas pada sang suami. Merasa besar karena seluruh harta benda miliknya sendiri. Hingga Seokmin berumur sembilan tahun, perceraian mereka terjadi.
Sebenarnya, ia ingin menjaga Seokmin. Kwanghaeng ingin terlibat dalam tumbuh kembang putra tunggal mereka. Namun, lagi-lagi sang mantan istri menindasnya. Tak mengizinkan keduanya bertemu. Mau tidak mau, Ayah dan Anak ini hanya bisa melakukan pertemuan secara diam-diam. Terkadang Kwanghaeng menunggui Seokmin di halte sekolah. Mengajak putranya itu makan malam.
Kwanghaeng tahu, selama ini Seokmin diperlakukan dengan tidak baik. Sering dimarahi, dikurung di dalam kamar. Mendapat kekerasan fisik. Meski Seokmin tidak mengakui, Kwanghaeng tahu persis berkat beberapa lebam yang ia lihat saat sang putra menyingsingkan lengan seragam sekolahnya. Juga tidak ada seorang pun yang menjaga, kalau wanita itu sedang memiliki kegiatan di luar kota.
Untuk itu, secara terang-terangan Kwanghaeng datang ke kediaman Seokmin dan Ibunya. Hendak menjemput sang putra. Menyelamatkan Seokmin dari tingkah laku tidak baik wanita itu. Sama sekali tidak menduga, kalau hari itu adalah hari terakhir hidup si mantan istri.
Laki-laki paruh baya berumur hampir empat puluh tahun itu kehilangan akal sehat berkat cercaan bertubi-tubi yang didapat. Tak tahan lagi, ia melayangkan hantaman dengan tangan kosong. Membuat sang mantan istri terjatuh, dengan kepala membentur tembok. Kwangheng panik. Diseretnya wanita itu masuk ke dalam kamar. Tanpa disangka, ia masih memberi sedikit perlawanan. Ibu kandung Seokmin itu belum mati. Kwanghaeng merasa harus melakukan hal lain. Pergi ke dapur dan mendapati pisau daging di sana, hingga benar-benar terjadi pembunuhan.
Sekarang Jisoo mengerti. Kejadian malam itu membongkar banyak rahasia yang selama ini Seokmin simpan. Hanya teman-teman terdekatnya yang tahu. Chan bilang, Seokmin hyung sangat benci dengan perempuan karena satu hal. Dan sekarang, Jisoo telah mendapatkan jawabannya.
Perasaan benci Seokmin pada yang namanya perempuan tumbuh dengan begitu subur hingga bertahun-tahun lamanya, semenjak hanya tinggal berdua dengan sang Ibu.
Papa Jisoo membantu seluruh penanganan kasus kedua orangtua Seokmin, hingga berakhir kurungan penjara selama lima tahun terhadap Lee Kwanghaeng. Seokmin pindah ke asrama yang letaknya tepat bersebelahan dengan komplek sekolah. Cukup berjalan kaki kurang dari lima belas menit. Seokmin juga tidak perlu merasa kesepian karena ada Hansol, si anak New York, kekasih Seungkwan. Mereka tinggal dalam satu kamar.
Pihak sekolah tahu. Selama ini Seokmin hanya dekat dengan beberapa orang. Untuk itu, mereka sengaja menempatkan Seokmin dalam kamar yang sama dengan Hansol. Satu-satunya teman Seokmin yang menempati salah satu kamar asrama karena jarak antara Sekolah dan tempat tinggal keluarganya terbilang jauh.
Segala upaya dikerahkan agar Seokmin merasa nyaman. Seokmin harus terus ditemani, supaya tak merasa frustrasi dengan kehidupannya. Biar bagaimanapun juga, sekolah memegang peranan penting untuk masa depan murid-muridnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wait Me (✓)
Fanfic[Seoksoo GS Fanfiction] Ini bukan cinta. Hanya sebuah perasaan yang timbul berkat ketidakberdayaan, dan membutuhkan seseorang untuk bangkit. Namun, kebutuhan semakin lama menjadi ketergantungan. Seokmin dan Jisoo merasakannya. Hanya saja, menunggu d...