Chapter 17: Rampas Gebetan

669 125 116
                                    

Mungkin sudah belasan kali Seokmin memutar ulang video penampilannya saat pertemuan investor kemarin. Diberikan khusus oleh panitia dalam bentuk CD pada Seokmin dan Jisoo. Cover yang menyelimuti CD-nya pun tidak main-main. Potret keduanya yang sedang beradu pandang di atas panggung. Saat pertama kali melihatnya hati Seokmin menjerit. Namun, bersikukuh bukan dikarenakan kesan romantis yang dipancarkan foto tersebut. Sebagai pembelaan, Seokmin yakin bahwa jeritan itu adalah sebuah kekaguman. Tidak menyangka dirinya sangat tampan.

"Kalau di anime, bunga sakura berguguran di sekitar kalian. Warna merah muda," ujar Hansol, berbisik.

Laki-laki Lee itu memekik terkejut. Mengubah posisinya yang tadi tengkurap di atas ranjang, menjadi duduk bersila. Mematikan rekaman video yang tengah diputar di laptop milik Hansol. "Maksudmu?"

"Ei, jangan membantah lagi, hyung..." Hansol nampak begitu santai saat mengucapkannya. Sungguh berbanding terbalik dengan Seokmin yang gelagapan. Seperti telah tertangkap basah sedang menonton film orang dewasa. Hansol naik ke atas ranjangnya. Tepat bersebelahan dengan ranjang Seokmin. "Apa informasiku kemarin sudah hyung terapkan? Hasilnya bagaimana? Ah, tidak usah hyung jawab pun aku sudah tahu dengan jawabannya. sebab itulah hyung harus bertindak cepat. Kamu tahu, hyung? Kata Chan, Jisoo noona itu adalah salah satu siswi populer di SMA."

"Jadi, apa hubungannya denganku?" Alis Seokmin terangkat saat mengucapkan pertanyaannya. Kembali ke laptop, keluar dari perangkat lunak pemutar video. Mematikannya.

Hansol mengerang frustrasi. Mengambil bantal, melempar tepat mengenai kepala Seokmin. Tak peduli dengan raut wajah mencekam yang Seokmin tunjukkan. "Kalau hyung lambat bertindak, Jisoo noona akan berpacaran dengan orang lain! Tanyakan pada diri hyung sendiri, apakah hyung rela melihat Jisoo noona bergandengan tangan dengan laki-laki lain? Apa hyung rela melihat Jisoo noona bermesraan dengan laki-laki selain hyung?"

Seokmin hanya mengangkat bahunya sekali. "Itu bukan urusanku."

"Aku dengar sebelum Moonbin hyung berpacaran dengan Eunwoo noona, dia sempat menyukai Jisoo noona. Sampai melakukan PDKT pula."

Tanpa sadar Seokmin menoleh. Mulai tertarik dengan topik yang Hansol bawa. "Moonbin hyung?"

Hansol mengangguk. "Moonbin hyung yang menjadi icon Sekolah Hanin tahun ini, bersama Jeonghan noona. Chan sering ikut mengobrol saat teman-teman Jihoon noona datang ke rumah. Dia bilang mereka sangat senang menggoda Jisoo noona dengan menyebut nama Moonbin hyung."

Pemuda Lee itu terdiam sejenak. Melupakan rasa kesalnya terhadap Hansol. Menjawab pertanyaan yang diajukan sebelumnya di dalam hati. Jisoo bergandengan tangan dengan laki-laki lain? Seokmin menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Tiba-tiba saja terasa ada yang menarik udara dari paru-parunya hingga tak menyisakan sedikitpun untuk Seokmin bernapas. Jisoo bermesraan dengan laki-laki lain? Spontan Seokmin mengambil bantal yang tadi dilemparkan oleh Hansol. Membalas lemparan, seakan-akan Hansol lah orang yang tengah bermesraan dengan Jisoo. "Jangan memancingku!"

Tapi, amarah itu terjadi hanya beberapa saat. Seokmin kembali diam begitu teringat dengan ucapan Jisoo dan Jihoon. Secara teknis, Seokmin belum dewasa. Berapa kali pun Seokmin berteriak kalau ia sudah dewasa, umurnya tidak akan berubah. Masih empat belas tahun. Juga tak berdampak membuat Seokmin meloncat ke sekolah SMA. ia masih murid SMP kelas tiga.

Seokmin menggeleng. "Kita masih SMP, Hansol-ah... Aku juga sudah berada di tingkat akhir. Kamu nikmati saja berpacaran dengan Seungkwan. Aku akan mencari kekasih setelah lulus nanti."

"Apa itu yang dikatakan Jisoo noona?" tanya Hansol, penuh selidik. "Oh! Apa hyung sudah menyatakan perasaan, lalu ditolak dengan kalimat itu?"

Wait Me (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang