Disclaimer : Masashi Kishimoto
WARN : Oc, OOC, Canon,Typo, Fem!Naru, Fem!Haku, SasufemNaru, Genderswitch.
Genre : Adventure, Action, Drama, Romance, Triller.
Pair : SasuFemNaru
Rate : M (Bahasa kasar, adegan berdarah atau echiechhi—
Apapun, yang penting aku udah memperingatkan, anak kecil gaboleh baca :) )WARN FIC (18+)
Be A Great Shinobi
Chapter 32— Dengarkanlah Nasihat Orang Tua Agar Kamu Dapat Melangkah Jauh —S
elamat Mencoblos Kawan kAwan😊😊
Pastikan jangan salah pilih, ya(ノ>ω<)ノ– Octvlss
Selamat membaca!
——————————————————————“Ne, Naruto. Mulai sekarang panggil aku sensei.” Naruto menaikan sebelah alisnya. “Kau belum mengajarkan sesuatu padaku.” Ia setengah menolak. Dan Jiraiya sudah menduga. Ia menepuk sebelah bahu gadis itu.
“Aku tak tahu apa yang kau sembunyikan. Aku juga tak mengerti kenapa ingatanmu menjadi kacau. Tetapi kenapa kau berbohong sejak awal?”
“Hee?”
“Satu-satunya yang sulit dibaca hanya kepribadianmu yang lain. Sekarang—setelah kau menjadi Root, kau kembali menjadi dirimu yang dulu, bukan?”
“Naruto. Siapa kau sebenarnya?”
Naruto menaikan alisnya. “Apa maksudmu. Sensei?”
“Aku ingin kau menceritakannya, Naruto. Tergantung dengan ceritamu, mungkin bisa saja aku membantu.” Jiraiya menatapnya dengan serius. Suasana di tepi laut berbatu karang itu seketika berubah.
Naruto seketika pandangannya menjadi kosong. Ia menatap lurus kedepan, tetapi Jiraiya tahu, gadis kecil di sampingnya kini tengah menyusun sesuatu. “Aku tak tahu kau bisa membantu sejauh apa, tetapi, Jiraiya-sensei, tolong biarkan aku berpergian sendiri untuk sementara.”
Jiraiya menaikan alisnya. “Boleh saja. Asal kau memberitahu rinciannya.”
“Ini mungkin akan sedikit panjang. Pikiranku pun tidak sepenuhnya yakin.” Jeda sejenak. Ia menarik kimononya turun, menunjukan pinggangnya yang tidak terdapat luka sedikitpun. “Aku yang sekarang sudah berteman dengan Kyuubi.”
Jiraiya segera terkejut. Tidak. Ia tidak terkejut dengan fakta kalau ternyata Naruto memiliki dada dan diperban hingga nyaris terlihat rata. Ia terkejut dengan perkataan gadis itu barusan.
Apa katanya? Berteman dengan kyuubi? Bagaimana bisa? Ia saja masih menyimpan segel yang ditinggalkan minato.
“Aku hanya berteman biasa. Kyuubi masih tersegel aman.” Lanjut Naruto, ketika melihat Jiraiya hendak menggigit jarinyaa, memanggil kuchiose.
“Lanjutkan.”
“Jauh, jauh sebelum aku menjadi Root.” Naruto memberikan senyum perih. Entah kenapa setiap kali mengingat masa lalu, rasa berat dan menyesakan selalu datang. “Mungkin alasan terbesar Sasuke keluar dari desa karena itu.”
Naruto tersenyum tipis. “Dan, tendangan yang kau berikan tadi, jika tak kuberi cakra kyuubi, mungkin akan mematikan.”
Jiraiya terkekeh. Ia tahu Naruto memuji untuk memancing komentarnya. “Yah, perlawanan yang cukup sulit.” Ia mengangguk, apa kau di latih langsung oleh Danzo?”
Naruto melipat dahi. “Tidak-kurasa tetapi aku tak terlalu mengingat semuanya, terlebih ketika aku berada di akademi.” Jiraiya mengangguk. “Kau kali ini jjujur?” ia perlu memastikan.
“Aku tidak berbohong.” Naruto menjawab cepat. Dia sudah merapikan kimononya sejak tadi. “Jadi, apa jawabanmu, sensei?”
Jiraiya menghela nafas sejenak. “Sejujurnya tujuan utamaku membawamu dari Konoha agar bisa mengajarimu tentang kehidupan. Ini untuk menebus waktu yang sudah kusia siakan dulu.”
“Kau tahu ayahmu itu adalah—ah. Karena kau sudah berteman dengan Kyuubi, kau pasti sudah tahu, yaa. He he he he~”
Naruto mengangguk. Ia menyandarkan kepalanya di bahu lebar Jiraiya. Setiap kali melihat kakek mesum ini, selalu ada rasa hangat di dada dan matanya memanas. Ia tak mengerti kehidupan seperti apa yang sudah ia lupakan dulu.
Jiraiya tak menolak, ia justru tersenyum tulus. “Jadi, kau harus tetap menyembunyikan idientitasmu dan orang tuamu. Kalau kau ingin berkelana sendiri.” Naruto awalnya terkejut. Ia juga mendapat penolakan dari Kyuubi. Tidak—lebih tepatnya ancaman. Ia sebenarnya berbohong kalau sudah berteman dengan Kyuubi. Siluman berekor sembilan itu sendiri sekarang cukup berprilaku kasar padanya.
Setiap kali bertemu, Kyuubi selalu mengatakan, ‘Lebih baik begini. Pergilah bocah, aku tak senang melihat wajahmu!’ Naruto sendiri tak mengerti. Tetapi biar begitu, ia masih dapat menggunakan cakra kyuubi untuk mengobati luka-lukanya.
“Aku ingin mengatakannya sekali lagi, Ayahmu itu adalah Yondaime Hokage. Kau harus bangga padanya.” Naruto mengangguk, ia mengulum bibirnya cepat. “Jika kau ke Iwagakure, kau harus menyembunyikan idientitasmu lebih rapat. Minato… dulu pernah membantai banyak ninja Iwa. Mereka masih dendam pada ayahmu.”
Naruto mengangguk, “Kapan itu terjadi?”
“Ketika perang ninja ketiga. Saat itu buruk sekali. Banyak ninja kita yang gugur, termasuk teman Kakashi. Minato di tugaskan ditempat yang lebih berbahaya seorang diri, ketika itu, dia baru saja menyempurnakan rasengannya.”
“Terima kasih, sensei.” Ucapan Jiraiya dipotong oleh suara serak Naruto. Dia terlihat menahan tangis. Padahal ia sama sekali tidak mengerti kenapa perasaan ini terjadi padanya.
Jiraiya awalnya terkejut, kemudian mengacak acak rambut Naruto hingga ikatan rambutnya benar benar terlepas. “Horra, kau ini seorang perempuan, wajar saja jika menangis. Menangislah, kau pantas melakukannyaa. Jangan di tahan. Semua perasaan yang melintas itu begitu penting.”
Naruto mengangguk. “Aku tidak menangis.” Ia menyanggah sambil sesenggukan, Jiraiya semakin tertawa melihatnya. Ia baru tahu Naruto memiliki sisi yang lucu seperti ini. “Ya, ya. Kau tidak menangis. Kau adalah jinchuriki yang kuat.”
Naruto tersenyum tulus sambil mengangguk. Ia tak keberatan dikatakan begitu, terutama oleh Jiraiya.
“Jaaa, Jiraiya sensei, itekimasu.” Jiraiya awalnya terkejut. Kemudian mendengus dan tersenyum.
“Kau sudah menyiapkan semuanya sejak awal?”
Naruto mengangguk. “Aku tahu kau pasti akan mengajaku pergi keluar desa.” Ia beranjak sambil menepuk bokonya. Gadis itu menaruh tangannya di segel penyimpanan barang, lalu muncul sebuah haori bercorak pusaran.
“Aku menyiapkan semuanya bersama yang lainnya.” Ia tersenyum mengingat ketika Tenten dan yang lain mengajaknya berbelanja hingga tengah malam. Gadis itu terdiam sejenak, mengingat sesuatu. “Ah—aku ingin menitipkan pelindung kepalaku padamu.”
Kakek tua itu merenyitkan dahi. Kenapa perlu di titipkan? Padahal Naruto bisa saja melepas dan menyimpannya sendiri.
“Suatu saat aku ingin mengambilnya langsung padamu.”
Dan suara gadis itu hilang sampai disana. Jiraiya tidak menemukan jejak Naruto dimanapun ia berkelana, sejauh manapun ia berjalan.
Sosok Naruto seakan benar benar lenyap, bahkan tak terdeteksi oleh semua informannya.
****
TBC
Chap terpendek semenjak bulan febuari 2019. muahaha, aseli, ini saya udah nonton ulang film Naruto sampe eps 118 masih canggung nulis nulis. Padahal sebelumnya saya udah mulai baca—maksain—cerita lagi, buat ngelancarin nulis. Tapii, tetep aja kaku. Huhuhu, susaaaahh yaaaaa
Dibuat, 28 maret 2019
17 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Become A Great Shinobi *🐌
FanficSasuke dan Naruto mati saat perkelahian mereka di lembah akhir setelah mengalahkan Kaguya dan menyelamatkan dunia. Tetapi mereka berdua belum sempat menghidupkan kembali manusia yang terkena justsu mugen tsukoyomi karena keterbatasan waktu yang di...