Chapter 42 -Kehilangan.1-

2.4K 219 76
                                    

TOK TOK TOK

“Aku masuk, Tsunade.”
Didalam ruangannya wanita berambut pirang yang dikuncir lemas itu menatap pintu tajam tajam. Tak biasanya temannya ini datang dengan cara yang normal.

“Jiraiya kah? Apa kau menemukan sesuatu?”

Jiraiya menarik sudut bibirnya, tampak senang akan berita yang akan ia bawa.“Aku menemukan tempat keberadaaan ketua Akatsuki.”

“Apa?! Benarkah? Jelaskan rinciannya sekarang!” dengan mata yang masih melotot, wanita berdada besaar itu memukul pelan meja kerjanya, tak sabar.

“Ahh, santailah, jangan terburu buru. Bagaimana kalau kita pergi minum berdua?”

“Baka! Aku ini seorang Hokage!!! Tidak mungkin aku membuang waktu hanya untuk pergi minum denganmu!”

Beberapa menit kemudian….

Botol sake dibanting keras. Tsunade sabagai pelaku hanya tertawa lebar dan melap sudut bibirnya.

“Kau tahu, kau harus menarik perkataanmu sendiri sekarang.” Jiraiya menghapus keringat besar yang ada didahinya ketika melihat teman seperjuangannya itu justru meminum sake langsung dari botolnya. “Ingat, kau adalah Hokage loh.”

Tsunade kemudian mengambil gelas dan mulai menuangkannya secara normal. Manik hanzelnya melirik sebentar, sebelum mendengus dan menuangkan untuk Jiraiya. “Jadi, pemimpin Akatsuki dari desa Amegakure?”

“Umu.”

“Tetapi bagaimana cara kau mengetahuinya? Setahuku desa Ame belakangan ini lebih sulit dimasuki karena penjagaannya mengetat. Bahkan untuk mengirim surat permohonan ujian Chunin saja Kakashi perlu dikawal beberapa ninja kelas atas.” Jeda sejenak, “Apakah tampak seperti sebuah markas pemimpin Akatsuki? Jelas terlihat sebaliknya.”

“Namun karena keamanannya sangat ketat itulah.” Jiraiya membuang pandangannya ketika Tsunade dengan ekspresi kagetnya menatap lama. “Terkadang, tempat teraman adalah dekat dengan musuh, kau tahu?

Hokage kelima itu membisu.

“Kudengar Amegakure mengalami berbagai permasalahan karena desanya diapit tiga Negara besar, Api, Angin, dan Tanah. Dan sejak dahulu kala Amegakure menjadi medan pertempuran disemua konflik yang terjadi.”

Tsunade menimpali ucapan Jiraaiya, “Akibatnya, tidak pernah ada kestabilan dalam negri, dan jumlah pengungsi semakin meningkat.”

Jiraiya mengangguk membenarkan, “Sebab itu aku akan menyusup kesana dan menyusun strategi selanjutnya.”

Tsunade mengeprak meja keras. Botol sake yang masih penuh disebelahnya melompat dan hampir jatuh seandainya tidak Jiraiya tangkap. “Itu terlalu berbahaya untuk pergi sendirian!”

“Aku adalah salah satu Sannin dari Konoha! Seharusnya kau yang paling tahu kemampuanku.” Tak kalah, Jiraiya menaruh botol itu dengan tekanan yang membuat Tsunade mendadak diam.

“Maafkan aku. Seharusnya kau saja yang menjadi Hokage.” Ia mengenang ketika masih menjadi murid dari Hokage ketiga, kenangan terbaiknya dari semua yang manis. Kenangan tentang satu temannya yang lain.

Jiraiya terbahak, emosinya berubah dengan cepat. “Kau berbicara apa? Aku tidak pernah cocok untuk urusan semacam itu. Berada dalam kebebasan adalah pilihanku. Hidup sep—“

“Kau menyesal tidak dapat untuk menghentikan Orochimaru. Jadi sepanjang waktu pengembaraanmu selalu mencari semua persembunyian Orochimaru, kan?” potongann suara Tsunade menghentikan lanjutan nada Jiraya yang mendayu. Ekspresinya yang jenaka tadi berubah menjadi kosong sejenak.

Become A Great Shinobi *🐌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang