Airin sama sekali tidak mengerti apa yang merasuki otaknya sampai akhirnya ia menuruti permintaan Nino. Setelah dari Petite France, Nino melajukan mobilnya menuju daerah Gangneung, atau lebih tepatnya menuju Seongyojang House. Perjalanan tersebut memakan waktu tiga jam dan mereka tiba di daerah Gangneung malam hari.
Seongyojang House adalah penginapan seperti villa dalam bentuk rumah tradisional Korea. Airin sendiri cukup takjub dan tidak menyangka akan menginap pada sebuah rumah tradisional seperti ini. Seketika ia merasa seperti putri kerajaan dalam drama saeguk. Cewek itu sibuk memperhatikan setiap detail penginapan tersebut. Tangan mungilnya mendorong jendela kayu agar terbuka lebar. Dan saat jendela itu terbuka, pemandangan bulan purnama menyambut Airin.
"Sorry... sisa satu kamar ini. But, don't be worried... kasur lipatnya terpisah dan gue akan pasang kain pemisah," ucap Nino yang baru kembali setelah cowok itu sibuk berkoordinasi dengan resepsionis.
"It's okay...," jawab Airin pasrah. Cewek itu pun beranjak membantu Nino memasang kain pemisah dan menyusun kasur lipat yang akan mereka gunakan.
"Elo bisa ganti pakai piyama itu buat tidur," tunjuk Nino pada dua pasang piyama yang terlihat rapi di dalam lemari. Tanpa banyak bicara Airin segera mengambil piyama yang disewakan dan bergegas menuju kamar mandi. Saat Airin kembali, Nino tampak fokus pada ponselnya, entah mengirim pesan pada siapa. Cowok itu juga sudah berganti piyama.
"Your phone was ringing. Maybe from your cousin," ucap Nino memberitahu.
Airin segera meraih ponselnya dan benar saja ada 5 missed calls dan 10 pesan dari Joanna. Airin membaca seluruh pesan tersebut lalu segera membalasnya. Joanna hanya menanyakan keadaannya dan Airin memberitahu kalau besok ia pasti pulang ke Seoul. Cewek itu kembali menyimpan ponselnya dan duduk di dekat jendela. Memperhatikan pesona bulan purnama di langit malam. Semuanya terasa sunyi meski suara binatang malam saling bersahutan.
"Sorry... for bringing you with me here," ucap Nino yang sudah duduk di samping Airin, ikut memperhatikan bulan purnama. Airin tak merespon. "Elo ngerasa aneh nggak sih because we keep bumping into each other these days...,"
"Pakai nanya lagi... ya jelaslah gue ngerasa aneh... dari penerbangan Jakarta-Seoul sampai hari ini, gue kejebak sama elo...,"
"Destiny is playing with both of us...," timpal Nino. "Dari sekian banyak orang, gue dipertemukan sama elo. Dari sekian banyak tempat, kita harus ketemu lagi, kemarin, hari ini... and to be honest I find it interesting how two strangers keep meeting each other... I don't have any intention disturbing your times, but I had fun today because of you...,"
Airin mengerjapkan matanya berkali-kali. "What is it? You make me feeling cringe...,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, You ! [COMPLETED]
Fiction généralesemesta punya caranya sendiri untuk bermain dengan takdir