Part 15

945 153 20
                                    

"Airin...,"

Airin memejamkan matanya dan menghela napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Cewek itu sedang berusaha meredam emosinya. Kalau saja dirinya bukan berada di tengah acara penting, mungkin Airin sudah menyebutkan seluruh nama kebun binatang saat ini juga. Perlahan Airin membalikkan badannya dan menatap Nino yang sudah berdiri di depannya.

Nino tampak memperhatikan Alana sesaat. "Kamu Alana yah?" tanya Nino pada Alana. Refleks, Airin berdiri di depan adiknya itu. Berusaha untuk menyembunyikan keberadaan Alana dari Nino. Dan itu mustahil sekali karena kebetulan Alana itu lebih jangkung dari Airin, jadi sulit disembunyikan dibalik tubuh mungil Airin dan Nino juga sudah terlanjur melihat sosok Alana.

"Om... tetangganya Jordan kan yah?" Alana balik bertanya. Kening Airin berkerut karena bingung melihat interaksi Nino dan adiknya itu.

"Nana kenal sama dia?" tanya Airin mengutarakan rasa penasarannya.

"Nggak kenal. Cuma tahu. Om ini tetangganya Jordan kak... dulu Alana pernah ke rumah Om ini...,"

"Nana ngapain ke rumah dia sendirian?!" potong Airin. Cewek itu terdengar kaget dan panik.

"Nggak sendirian kok. Sama Jordan. Waktu itu minta jambu biji yang panen di halaman rumah tetangganya Jordan,"

"Jordan siapa?" tanya Airin bingung dengan nama lain yang disebutkan oleh Alana.

"Temen Nana... masa kakak nggak inget. Kan udah sering ketemu,"

"Oh... Jordan yang jangkung dan kulitnya item itu?" tanya Airin meyakinkan. Mendengar ucapan Airin tersebut membuat Nino menahan tawanya.

"Kakak! Kok rasis sih bawa bawa warna kulit," protes Alana membela Jordan yang diingat Airin hanya karena warna kulitnya. Meski yang diucapkan Airin itu fakta karena Jordan memang memiliki warna kulit tanned efek dari seringnya latihan basket.

Nino berdeham sesaat menarik perhatian kakak-adik di depannya itu. "Kayaknya saya belum pernah kenalan sama Alana secara resmi yah? Cuma tahu dari Jordan aja kalau kamu temennya dia. By the way, saya Nino. Temennya kakak kamu," ucap Nino memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya pada Alana.

Belum sempat Alana menyambut tangan Nino, Airin sudah lebih dulu menahan tangan adiknya itu. "Dek... cari mamih gih... atau kak Salma. Nanti kakak nyusul...," titah Airin.

Alana menatap Airin dan Nino bergantian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alana menatap Airin dan Nino bergantian. Bingung melihat situasi awkward di antara keduanya. "Hmm... Oke deh... Alana mau cari Chika sama Salim dulu aja deh...," sahut Alana kemudian melangkah pergi meninggalkan Airin dan Nino berdua.

Sepeninggal Alana, Airin kembali menatap Nino. Tapi ekspressi wajah cewek itu datar. "Ngapain elo bisa disini?" tanya Airin langsung tanpa basa-basi.

Nino tersenyum tipis. "Lama nggak ketemu masih tetep jutek yah... malah makin sinis deh kayaknya," sahut Nino. Airin berdecak pelan. "Mungkin elo nggak tahu, tapi gue temen kuliah Risé di Stanford dulu. So, that's why I'm here. I'm invited by your cousin-in-law,"

Hello, You ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang