Part 23

874 149 12
                                        

Seingat Nino, Bapak adalah orang paling penyabar yang ada di rumah ini. Rasanya tidak ada kenangan tentang Bapak yang memarahi Nino apalagi sampai 'main tangan'. Kalau Nino atau Niana 'nakal', Bapak akan menasihati mereka berdua dengan cara yang paling halus yang justru membuat Nino dan Niana merasa malu menjadi anak nakal.

Tapi malam itu adalah pertama kalinya Bapak menyentuhkan tangan pada Nino. Sebuah tamparan mendarat sempurna pada pipi Nino. Menciptakan bekas merah berbentuk lima jari. Tidak hanya itu, kalau saja tidak ada Seungyoon -suami Niana, mungkin saat ini Nino hanyalah tinggal sebuah nama. Bapak yang merupakan mantan seorang Perwira tinggi, hampir saja melepaskan sebuah peluru pada dada Nino.

Iya, malam itu Nino yang baru kembali dari Seoul mengatakan pada Bapak bahwa ia akan memutus hubungan pertunangan dengan Sophie. Nino juga mengatakan bahwa Sophie sudah berbadan dua. Nino mewajari kemarahan Bapak mengingat bagaimana dulu dia memohon dengan mati-matian agar Bapak dan Bunda melamar Sophie untuknya. Tapi setelah mendapatkan restu, justru Nino dengan gampangnya meminta untuk memutus pertunangan tersebut. Terlebih lagi kabar Sophie yang membuat Bapak dan Bunda marah besar.

Sejak awal, saat Nino mengutarakan keinginannya, Bunda adalah orang pertama yang menentang keinginan Nino. Alasan Bunda sangat klise. Bunda mengatakan bahwa Sophie dirasa bukan orang yang pas untuk mendampingi Nino. Tapi mungkin bukan hanya Sophie yang dirasa kurang pas oleh Bunda. Wanita mana pun yang Nino kenalkan pada Bunda, tidak pernah sekalipun mendapat nilai 'plus' dimata sang Bunda.

Tapi Nino ingat, Bunda pernah berniat mengenalkan Nino pada salah satu anak teman arisan beliau. Yang tentu saja membuat Nino menolak mentah-mentah. Karena saat itu baru genap sebulan Nino bertunangan dengan Sophie.

Hingga akhirnya satu kejadian tak terduga membuat Nino bertemu dengan Airin tanpa disengaja. Pertemuan mereka di dalam pesawat adalah kali kedua mereka bertemu. Iya, Nino sudah pernah bertemu dengan Airin sebelumnya. Mungkin beberapa minggu sebelum pertemuan mereka di pesawat itu.

Pertemuan pertama mereka terjadi karena kepolosan Jeongwoo. Nino sedang menemani Niana mencari kado ulang tahun Bapak. Saat keduanya sibuk berdebat memilih kado, tanpa sadar Jeongwoo terlepas dari genggaman tangan Niana. Niana jelas panik saat menyadari anaknya menghilang di tengah mall. Apalagi membayangkan bagaimana Jeongwoo akan ketakutan melihat orang asing yang tidak dikenalnya.

Saat mereka sibuk mencari Jeongwoo, sebuah pengumuman menyebutkan nama 'Jeongwoo' dari pusat informasi. Dengan segera Niana dan Nino menuju pusat informasi. Dan pada pusat informasi itulah Nino melihat bagaimana sosok Airin memeluk Jeongwoo dan menenangkan keponakannya itu. Tak ada tangisan apalagi wajah ketakutan Jeongwoo seperti yang dibayangkan oleh Niana. Yang ada justru sikap tak rela harus berpisah dengan Airin. Ini adalah kali pertama Jeongwoo tidak takut pada orang asing selain keluarganya.

Sayangnya, hanya Nino yang mengingat kejadian itu. Airin sama sekali tidak mengingat hal tersebut. Terbukti saat pertemuan kedua mereka di pesawat, Airin memperlakukan Nino layaknya orang asing yang baru pertama kali dilihatnya.

Nino mendengus geli mengingat semua hal yang pada akhirnya berhubungan dengan Airin. Cowok itu tersadar dari kilas baliknya saat suara rengekan bayi mulai terdengar. Dengan cepat, Nino mengangkat tubuh mungil dari dalam box bayi tersebut.

"Makasih banyak yah elo masih mau bantuin gue ngurus semua berkas kepindahan...," ucap Sophie. Iya, Sophie berencana untuk membawa anaknya pindah ke Sydney minggu depan.

"Cuma ini yang bisa gue lakuin untuk terakhir kalinya...,"

Sophie tersenyum tipis. "Harusnya gue nggak ngekhianatin elo...,"

Nino menatap wajah sendu Sophie. "Jangan dibahas lagi. Semuanya udah terjadi. Mending elo fokus ngurus Brandon...,"

"Nino...," panggil Sophie. Cewek itu tersenyum tipis. "Semoga, suatu saat elo nemuin cewek yang tulus sayang cuma sama elo. Dan bisa menerima keadaan elo apapun itu...,"

"Amin. Elo juga... gue berharap Papanya Brandon sadar dan siap ngebahagiain kalian berdua...,"

Keduanya terdiam dan hanyut dengan pikiran masing-masing. Masalah yang terjadi diantara mereka sudah diselesaikan dengan cara baik-baik. Sophie pada akhirnya tidak bertindak egois. Cewek itu menerima keputusan Nino untuk mengakhiri pertunangan mereka. Karena semua ini memang kesalahan Sophie sendiri. Meski begitu Nino dengan baik hatinya masih membantu mengurus semua keperluan Sophie untuk pindah ke Sydney. Bahkan meski sibuk dengan urusan kantornya, Nino selalu meluangkan waktu untuk menjenguk Brandon. Sekedar untuk menggendong bayi kecil itu atau belajar menggantikan popoknya. Tyler, papa kandung Brandon, masih belum bisa menerima fakta bahwa Brandon adalah anaknya meski Nino sudah memberikan segala bukti perihal hasil tes DNA Brandon dan cowok 'brengsek' itu.

"Kalau gue ada waktu, gue usahain main ke Sydney," celetuk Nino.

"Nggak usah dipaksain. Gue tahu elo bakal sibuk banget sama kerjaan. Tenang aja... kalau semisal elo kangen sama Brandon, kan bisa video call...,"sahut Sophie. "Dan lagi... gue harap elo juga sibuk cari pengganti gue...,"

Nino hanya tertawa pelan. Bohong kalau Nino bilang dia sudah tidak punya rasa pada Sophie. Karena sampai saat ini pun, jauh di dalam hati cowok itu, ia menyayangkan semua hal yang terjadi diantara mereka. Nino meletakkan kembali tubuh Brandon ke dalam box. Bayi itu sudah kembali terlelap dalam gendongan Nino.

"Gue balik dulu yah... besok ada meeting seharian sama customers...,"

"Iya. Hati-hati di jalan. Jangan ngebut...," ucap Sophie yang mengantar Nino keluar rumah. Sophie menunggu sampai mobil Nino meninggalkan rumahnya.

"Makasih, Nino. Makasih buat semua hal yang udah elo kasih ke gue," ucap Sophie tulus. Cewek itu segera masuk ke dalam rumah saat mendengar suara rengekan anaknya. Sophie segera menggendong bayinya yang kembali menangis.

"Brandon... please don't cry anymore. Mommy's here... let's be happy together, okay?" monolog Sophie sembari menimang anaknya. "Kita jangan nyusahin Uncle Nino terus. Brandon dan mommy bisa bahagia walau hanya ada kita berdua...,"

**************************************************************************************************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**************************************************************************************************

Masalah Nino sama Sophie udah clear...
Apakabar Nino sama Airin ??

Vote and Comment as always yah...

XoXo, NonaTembam

Hello, You ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang