Mamih
Kak, jangan lupa jemput adek yahAirin menatap pesan dari Mamih. Sudah dua minggu Mamih berada di Yogyakarta karena eyang uti sakit. Dan dua minggu juga Airin jadi 'tukang jemput' Alana dari tempat bimbel. Sebenarnya bisa saja Mamih menyuruh Papih yang jemput, tapi tempat bimbel Alana itu lebih dekat dari kantor Airin. Dan kebetulan selama dua minggu ini Airin memang lagi 'rajin lembur'. Jadilah dia dengan ikhlasnya menjemput Alana yang selesai bimbelnya jam 8 malam sekalian dia pulang dari lemburan.
"Duluan yah...," pamit Airin pada teman seruangannya yang masih sama-sama lemburan juga. Cewek itu segera menuju parkiran mobil.
Jarak kantor Airin sama tempat bimbel Alana hanya berjarak 30 menit dalam kondisi tidak macet. Dan kebetulan tiap malam tingkat kemacetan sudah berkurang. Biasanya Airin tiba sekitar lima atau sepuluh menit sebelum jam bimbel Alana berakhir. Sengaja sih, lebih baik Airin yang menunggu daripada membiarkan Alana menunggu sendirian di depan bimbel.
Tok tok! Suara ketukan di kaca jendela mobil menarik perhatian Airin. Sosok Alana tampak tersenyum lebar menunjukkan gummy smile khasnya. Airin membuka kunci mobil dan Alana pun segera masuk ke dalam.
"Duluan yah...," ucap Alana pada seorang cowok yang berdiri di samping mobil Airin.
"Hati-hati, Al...," balas cowok itu. Cowok jangkung itu kemudian memberikan senyum pada Airin. "Malem kak Airin...," sapanya ramah.
"Iya malem juga. Alana nya pulang duluan yah...," pamit Airin basa-basi.
"Iya kak...," balas cowok itu lagi. Kemudian Airin pun menjalankan mobilnya. Alana masih sibuk melambaikan tangan pada teman bimbelnya itu.
"Siapa dek?" tanya Airin saat Alana sudah menutup jendela mobil.
"Jordan kak... masa nggak inget sih namanya. Kan sering banget jemput Alana di rumah,"
"Yah temen kamu kan banyak, mana inget kakak...," bela Airin.
Nah ini, harus diakui kalau adiknya itu punya wajah yang bisa bikin semua orang yang lihat dia jadi auto-ingin-menyayangi gitu. Dan banyak banget temen-temen Alana terutama yang cowok sering datang ke rumah, sekedar jemput Alana untuk berangkat bareng ke sekolah atau belajar bareng atau juga sekedar nganterin makanan/cemilan. Makanya Airin kadang suka was-was kalau biarin Alana kemana-mana pergi sendiri, banyak yang gampang gemes sama adik kesayangannya itu. Takut gitu mana tahu ada yang mau nyulik Alana. Padahal Airin nggak tahu aja kalau adiknya itu juga garang, nggak jauh beda sama Airin yang suka bikin orang kicep duluan sama lirikan mata dia.
"Mau makan dulu nggak?" tawar Airin.
"Nggak lah udah malem... nanti gendut," tolak Alana.
Airin tertawa geli mendengar jawaban adiknya itu. Masalahnya dua saudara itu punya gift berupa makan banyak nggak gampang gendut. Beda sama author yang minum air putih segelas aja auto naik sekilo.
"Burger sama French fries mau?" tawar Airin.
"Ihh... lemaknya banyak banget itu. Nggak mau lah,"
"Fried Chicken juga nggak mau?"
"Kak... lemaknya banyak banget...,"
"Chicken yakiniku mau nggak?"
"Boleh deh," jawab Alana. Airin tertawa geli, adiknya itu paling nggak bisa dipancing sedikit soal makanan. Pasti goyah sama pendirian awalnya.
"Eh... apa Burger sama French fries aja yah? Atau sate taichan? Eh kayaknya pasta juga enak... duh bingung," racau Alana. Nah kan, beginilah Alana, paling nggak bisa dipancing soal makanan.
"Udah... Chicken yakiniku aja...," timpal Airin.
"Iya deh... yakiniku aja...," sahut Alana akhirnya.
Airin pun melajukan mobilnya ke salah satu restaurant cepat saji yang menjual menu yakiniku. Setelah mobil terparkir dengan sempurna, kedua kakak-adik itu pun segera turun dan masuk ke dalam restaurant tersebut.
"Kak, mau ebi tempura juga sama miso soup jangan lupa. Minumnya lemon tea yah kak...," pinta Alana. Tuh kan, beginilah Alana. Tadi dia yang sibuk bilang kalau makan malam bikin gemuk dan semua makanan mengandung lemak berlebihan. Tapi sekarang, adik kesayangan Airin itu malah memesan banyak macam makanan.
Mereka memilih tempat duduk yang ada di dekat jendela. Kakak-adik itu paling suka kalau makan di luar rumah sambil memperhatikan jalanan dan kendaraan yang lalu lalang.
"Eyang uti udah keluar dari rumah sakit, kak?" tanya Alana.
"Iya. Tadi pagi. Jadi kemungkinan lusa mamih udah balik ke Jakarta,"
"Harus balik... jangan lama-lama dong mamih kalau di Yogyakarta," protes Alana seperti biasanya.
"Alana kayaknya mau ambil beasiswa buat kuliah di SNU kayak kak Joanna deh...," ucap Alana tiba-tiba. "Yah... kalau dipikir-pikir kan, semisal Alana lolos masuk SNU bisa tinggal bareng kak Joanna. Jadi, nggak sendiri banget. Alana pengen ngerasain merantau,"
"Kenapa Seoul? Seoul jauh loh, dek. kamu kalo kangen sama mamih nggak bisa langsung balik saat itu juga. Kenapa nggak coba ke Yogyakarta aja? Ada eyang disana sama keluarga mas Catur juga. Kalau kamu merantau kayak kakak dulu di Yogyakarta, masih bisa kamu langsung balik ke Jakarta. Pilihan transportasinya banyak...," ucap Airin. Iya, Airin dulu saat meraih gelar sarjana memang mengambil kuliah di Universitas nomor 1 Yogyakarta. Baru pas ambil gelar master di Universitas nomor 1 Jakarta.
"Soalnya temen Alana banyak yang mau coba kesana,"
"Jangan ngikutin temen loh... nanti kalau semisal kalian lolos semua dan beda fakultas, bakal susah juga buat ketemu. Kamu perlu adaptasi juga disana,"
"Tapi kalau di Seoul kan, semisal Alana pengen nonton konser gampang, kak...,"
"Heh! Kamu tuh mau kuliah bukan mau have fun nonton konser doang. Dipikirin lagi deh... udah siap beneran mau merantau? Harus kuat niatnya... jangan cuma sekedar ikut-ikutan,"
Alana memanyunkan bibirnya yang sibuk mengunyah chicken yakiniku. Dalam diamnya, ia menimang ucapan kakaknya tersebut. Berbeda lagi dengan Airin yang terdiam dengan pikirannya sendiri. Mendengar kata 'Seoul' membuat Airin jadi sedikit 'sensitif'. Sudah sebulan lebih berlalu. Dan selama waktu yang berlalu itu, Airin sibuk mengalihkan perhatian pada pekerjaannya. Cewek itu melampiaskan semua pikiran juga perasaannya pada urusan kantor. Bahkan Airin hampir melupakan liburannya yang telah lalu tersebut. Tapi beberapa detik yang lalu, Alana kembali menyebut kata 'Seoul' dan kembali mengingatkan Airin pada satu nama, 'Nino'.
Airin mendengus pelan. Mereka adalah dua orang asing. Dipertemukan di Seoul. Lalu kembali kepada kehidupan masing-masing saat di Jakarta. Memang seperti inilah skenario yang semesta ciptakan. People come and go from your life.
"Kok kayak kenal yah...," ucap Alana tiba-tiba membuyarkan lamunan Airin.
"Siapa dek?"
"Kayak om-om tetangganya Jordan gitu...,"
"Jangan sok kenal kamu nggak tahunya nanti salah orang,"
"Beneran deh mirip banget sama tetangganya Jordan," ucap Alana keukeuh. Airin pun mengikuti arah pandang Alana namun tidak menemukan siapa pun.
"Nggak ada orang loh dek...,"
"Udah masuk mobil om-nya...," ucap Alana. "Mungkin cuma mirip kali yah... Alana juga nggak kenal sih," Alana mengedikkan bahunya lalu kembali melanjutkan makanannya. Begitu pula dengan Airin yang sibuk membalas email masuk via ponselnya.
**************************************************************************************************
Hayoloh siapa??
Alana jangan sok kenal deh, nanti kalau kena modus penculikan gimana ?!Chapternya pendek banget nih...
Sorry yah...Vote and Comment yah...
XoXo, NonaTembam
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, You ! [COMPLETED]
פרוזהsemesta punya caranya sendiri untuk bermain dengan takdir