Part 21

860 144 24
                                    

Nino terpaksa membatalkan janji dinner meeting dengan klien saat Bunda bertitah menyuruhnya pulang untuk makan malam di rumah. Alhasil, cowok itu pun melajukan mobilnya langsung menuju rumah begitu pulang kantor. Yang membuat Nino sedikit heran adalah adanya sebuah mobil yang terparkir dipinggir jalan depan rumahnya, pertanda kalau sedang ada tamu.

Setelah mobilnya terparkir sempurna di carport, Nino segera turun dan memasuki rumah. Cowok itu menatap heran saat tidak ada Jeongwoo yang menyambut kedatangannya seperti biasa. Apa keponakannya itu sedang tidur? Tapi rasanya tidak mungkin mengingat bagaimana Jeongwoo selalu memprotes sang mama tiap kali disuruh tidur. Dan lagi, ini sudah terlalu sore untuk tidur siang pun kalau Jeongwoo tidur harusnya sih sudah bangun.

"Bunda?" panggil Nino mencari keberadaan sang Bunda.

"Sampai juga akhirnya kamu," sahut Bunda yang baru muncul dari arah dapur.

"Di depan mobil siapa? Ada tamu?" tanya Nino.

"Ada. Tamunya Jeongwoo," jawab Bunda.

"Hah? Tamu apaan? Siapa yang jadi tamunya Jevin?" tanya Nino sembari tertawa mendengar jawaban Bunda.

"Nggak percaya. Beneran tamunya Jeongwoo kok. Lagi main sama Jeongwoo di kamar...,"

Nino terkekeh pelan dengan kepala bergeleng. Akhir-akhir ini Bunda jadi sering sekali bercanda dengannya. Merasa penasaran tak mendapatkan sambutan hangat dari keponakan kesayangannya itu, Nino pun segera berjalan menuju ruang bermain Jeongwoo. Kebetulan pintu ruang bermain itu tidak tertutup.

"Jevin, I'm home...," panggil Nino memberitahu kehadirannya. Tadinya Nino ingin memeluk tubuh mungil Jeongwoo dan menggendongnya. Namun rencananya tersebut gagal saat kedua bola mata coklatnya menangkap sosok Airin yang sedang memangku tubuh mungil Jeongwoo. Jeongwoo tampak nyaman bersandar pada Airin.

"Ngapain elo?" tanya Airin menatap heran Nino yang merentangkan kedua tangannya.

Nino berdeham sesaat dan bersedekap. Ia menatap Airin saksama. "Harusnya gue yang nanya elo ngapain di sini. Nyariin gue yah?" goda Nino dengan senyum miring khasnya.

"Masih tetep narsis yah elo. Jangan ngimpi deh gue nyariin elo. Gue disuruh Mamih balikin Tupperware Bunda elo," ketus Airin.

"Nyenengin hati gue sekali-kali nggak masalah kali...," sahut Nino. Cowok itu berjalan mendekati Airin kemudian duduk bersila di depan cewek itu. Ia memperhatikan sosok Jeongwoo yang ternyata sedang tertidur. Nino mengulurkan tangannya hendak menyentuh puncak kepala Jeongwoo namun Airin menepis tangan cowok itu.

"Mau ngapain elo?!" tanya Airin dengan tatapan tajamnya.

Nino memiringkan sedikit kepalanya memperhatikan Airin. Sepertinya cewek mungil ini suka sekali berprasangka buruk pada orang lain. Sebuah ide usil terlintas di dalam kepala Nino. Membuat cowok itu menyunggingkan seringaiannya. Nino mencondongkan tubuhnya ke arah Airin. Perlahan wajahnya mendekati wajah Airin hingga Airin membisu saat ia mampu merasakan terpaan napas Nino pada wajahnya. Airin hanya bisa membeku tak tahu harus berbuat apa.

"Kaku banget kayak kanebo kering, Airin...," bisik Nino pelan tepat di telinga kiri Airin. Kemudian cowok itu bergerak mundur setelah berhasil menarik sebuah buku dari rak di belakang Airin.

"Nggak usah mikir yang aneh-aneh lah... gue nggak akan macem-macem di rumah Bunda. Beda kalau di apartemen pribadi gue...," timpal Nino lagi dengan berlagak cuek membaca buku di tangannya. Airin hendak merutuki Nino namun terhalang saat Jeongwoo yang tertidur dipangkuannya terbangun.

"Uncle!" pekik Jeongwoo yang melompat ke dalam pelukan Nino. Jeongwoo melirik Airin sekilas sebelum mendekatkan bibirnya pada telinga Nino. "She's so pretty... I like this aunt... I like aunt Airin...," bisik Jeongwoo.

Hello, You ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang