Tolong jangan menghakimi Airin. Mengejek Airin atau apapun itu seperti memberi asumsi terhadap sikap Airin saat ini. Karena Airin sudah cukup mencaci dirinya sendiri.
Setelah keadaan canggung di ruang tamu karena penuturan Nino, Papih yang sejak pagi menghadiri kegiatan RT pun akhirnya pulang ke rumah. Hal tersebut cukup menyelamatkan Airin dengan meninggalkan ruang tamu dan membiarkan Nino mengobrol dengan Papih. Tapi sialnya, kepergian Airin tersebut justru memberikan kesempatan bagi Nino meminta izin Papih mengajak Airin pergi. Tanpa bisa menolak perintah Papih, Airin pun terpaksa pergi mengikuti keinginan Nino.
Dan disinilah Airin berada, di Dufan sesuai keinginan Nino. Oh iya, tanpa Alana. Karena adik kesayangan Airin itu mengeluarkan jurus muntakhirnya menolak ajakan Nino dengan alasan 'mau belajar buat persiapan ujian akhir dan ujian SNU'. Sangat mujarab sampai Mamih pun ikut mendukung alasan Alana tersebut.
Airin sendiri cukup heran karena Nino keukeuh pergi ke Dufan. Bukan berarti Airin lebih memilih diajak ke tempat lain, karena mau diajak kemana pun sama Nino juga Airin pastinya malas. Tolong dicatat, Airin terpaksa pergi karena ini titah dari Papih!
"Halilintar yuk...," ajak Nino yang sedari tadi memperhatikan antrian panjang di depan loket roller coaster. Kalian pasti paham sekali dengan Nino. Mau jawaban Airin seperti apa, kalau cowok itu ingin naik roller coaster maka mereka akan naik wahana itu tanpa peduli harus mengantri panjang.
Dari Airin masih kecil dulu sampai sekarang, tidak pernah sekalipun Airin menikmati Dufan. Berbeda dengan Alana yang 'keranjingan' main di Dufan. Alasannya sudah jelas, terlalu banyak wahana permainan yang tidak disukai Airin salah satunya seperti roller coaster.
Airin duduk dengan gelisah. Kedua tangannya mencengkeram pegangan yang yang ada di depannya. Berulang kali ia memastikan kalau safety belt terpasang sempurna melilit tubuhnya. Dalam hati, ia terus merapalkan banyak doa.
Bohong kalau Nino tidak menyadari ketakutan Airin. Karena ekspressi khawatir Airin terlihat jelas di wajahnya. Hanya saja, Nino ingin melihat bagaimana cewek itu manangani rasa takutnya tersebut. Nino sedang menunggu kemungkinan Airin akan 'merengek' padanya. Entahlah, Nino ingin merasakan seorang Airin yang membutuhkan dirinya.
Hingga akhirnya roller coaster pun mulai bergerak, Airin refleks mencengkeram lengan Nino. Cewek itu membenamkan wajahnya pada lengan berotot tersebut. Pokoknya Airin cuma bisa 'merem' dan tidak berani melihat apapun yang ada di depannya apalagi di bawahnya. Tindakan spontan cewek itu sempat membuat Nino kaget sebentar namun sebuah senyum langsung menghiasi wajah tampannya.
Jadi gini Airin kalau ketakutan, batin Nino. Selama 10 menit di atas roller coaster tersebut, Nino merelakan lengan kanannya keram karena terlalu kuat dicengkeram Airin. Bahkan saat roller coaster telah berhenti dengan sempurna pun, Airin masih berpegangan pada lengan cowok itu. Nino juga bisa merasakan tubuh mungil Airin yang gemetaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, You ! [COMPLETED]
Aktuelle Literatursemesta punya caranya sendiri untuk bermain dengan takdir