Happen Ending

1.7K 157 17
                                        

Airin tersenyum lebar merasakan semilir angin laut Jumunjin Breakwater yang memainkan rambutnya. Mengingat kejadian 1,5 tahun yang lalu. Dulu, ia merasa terpaksa mengunjungi tempat wisata ini. Tapi tidak untuk kali ini. Ia merasakan sangat menikmati pemandangan yang ada disana. Jemarinya menyentuh buket buckwheats flowers yang ada di tangan. Tersenyum sendiri mengulang kenangan pada memori otaknya.

Setelah Jumunjin Breakwater, mereka melanjutkan perjalanan menuju Seongyojang House untuk menginap disana. Airin suka sekali dengan penginapan itu. Ia suka dengan suasana klasik dan pemandangannya yang menyejukkan mata. Tangan mungilnya mendorong jendela kayu agar terbuka lebar. Dan saat jendela itu terbuka, pemandangan bulan purnama menyambut Airin. Seperti kejadian 1,5 tahun yang lalu.

Tiba-tiba cewek itu merasakan panggilan alam untuk buang air kecil. Keadaan seperti ini sangat mengganggu Airin menikmati pemandangan. Ingin ditahan tapi tidak baik untuk kesehatan tubuhnya. Dengan terpaksa, Airin berjalan menuju toilet untuk menuntaskan panggilan alam tersebut. Beberapa hari ini Airin sering sekali bolak-balik toilet buat buang air kecil. Mungkin sekitar 30 menit atau bahkan bisa tiap 15 menit sekali dia akan ke toilet. Bahkan rasanya Airin ingin tinggal di toilet saja karena terlalu lelah harus bolak-balik toilet. Apa kandung kemih miliknya bocor?

"Eh?" gumam Airin mengingat satu hal yang terlintas di kepalanya.

***

"Pipis lagi?"

"Iya," jawab Airin. Ia menghabiskan waktu sekitar 15 menit berada di toilet hanya untuk buang air kecil. "Kayaknya... aku harus ke dokter deh," ucap Airin hati-hati.

"Kenapa? Kamu sakit? Demam? Kecapekan? Atau kenapa?"

"Nggak tahu... cuma kayaknya...," Airin menyodorkan satu benda yang sedari tadi disembunyikannya di balik punggung. Ia memperhatikan ekspressi cowok di depannya yang tampak bingung melihat benda seukuran jari telunjuk itu. "Aku kayaknya... hamil deh,"

"Kamu nggak bercanda kan?" tanya Nino dengan kedua bola mata melebar menatap Airin.

"Nggak lah... Ngapain aku bercanda. Makanya aku pengen ke dokter kandungan buat...,"

Belum selesai Airin menjelaskan, Nino sudah lebih dulu memeluk Airin dan mengangkatnya. Memeluk erat tubuh mungil Airin dan berputar bahagia.

"Ini nggak bercanda kan? Aku bentar lagi bakal jadi Papa kan? Iya kan, Airin?" tanya Nino tanpa jeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini nggak bercanda kan? Aku bentar lagi bakal jadi Papa kan? Iya kan, Airin?" tanya Nino tanpa jeda. Nino menurunkan tubuh Airin dan merengkuh kedua pipi Airin. Meminta jawaban dari istrinya tersebut.

"Harusnya sih beneran... hasil testpack kan biasanya bener sembilan puluh sembilan persen. Nah satu persennya lagi kita tanya ke dokter kandungan. Makanya aku pengen ke dokter kandungan...,"

Nino tersenyum lebar. Jemarinya mengelus pipi Airin. Kemudian tangannya bergerak turun menyentuh perut Airin yang masih rata. "Calon jagoan Papa sama mama...,"

Hello, You ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang