Akad nikah merupakan acara kunci dalam pernikahan. Pada intinya akad nikah adalah upacara keagamaan untuk pernikahan antara dua insan manusia. Melalui akad nikah, maka hubungan antara dua insan yang saling bersepakat untuk berumah tangga diresmikan di hadapan manusia dan Tuhan. Sakral dan Agung menurut Airin. Dan tiap kali menjadi saksi dalam acara akad nikah, Airin selalu nggak bisa menahan air matanya. Cewek itu pasti selalu menangis terharu menyaksikan prosesi saat sang mempelai pria melakukan ijab kabul dengan sang ayah mertua. Apalagi seperti saat ini, saat mas Catur dalam satu tarikan nafas berhasil mengucapkan kalimat ijab dan disambut dengan kabul oleh papa mbak Risé. Dalam diamnya, air mata Airin mengalir deras membasahi pipinya. Bukan cuma Airin sih, semua keluarga juga menangis terharu apalagi Bude sama Chika.
Ngomong-ngomong soal Chika, adik semata wayang mas Catur itu awalnya nggak rela kalau kakaknya menikah. Tapi saat cewek itu sudah mengenal mbak Risé, eh dia berubah jadi bucinnya mbak Risé. Pokoknya dia senang banget dapat kakak ipar kayak mbak Risé dan sayang banget ke mbak iparnya itu.
Airin melirik Alana yang duduk di sebelahnya, adiknya itu tampak bosan mengikuti acara adat pernikahan mas Catur-mbak Risé ini. "Dek, kalau kakak nanti nikah, kamu bakal nangis kayak Chika nggak?" tany Airin iseng tapi kepo.
"Nggaklah... Ngapain nangis. Malah seneng Nana, rumah jadi Nana yang kuasain terus jadi anak kesayangan Papih sama Mamih...," jawab Alana.
Airin memicingkan matanya sembari menahan senyum. "Yakin kamu nggak nangis? Nanti kalau kakak nikah kamu nggak bisa ngerengek sama kakak loh...," ucap Airin sedikit mengancam.
Alana memanyunkan mulutnya. "Kakak tuh yah... ngelempar pertanyaan yang nggak perlu jawaban. Yah pastilah Nana bakal nangis kayak Chika... kakak pasti bakal sibuk ngurus suaminya... Makanya Nana tuh seneng banget kalau sampai sekarang kakak belom nikah," tutur Alana.
"Oh... jadi kamu selama ini doain kakak nggak nikah nikah gitu?"
"Iiihhh... bukan gitu!" protes Alana. "Yah Nana tuh masih belom rela aja ditinggal kakak nikah. Tapi kalau semisal besok kakak nikah juga Nana seneng seneng aja... Nana kan juga pengen lihat kakak disayang sama orang selain Papih, Mamih sama Nana,"
Airin tersenyum tipis. Ia mencubit gemas pipi adiknya itu. "Kesayangan kakak... kalau kakak nanti nikah, kamu tetep jadi gembul Nana dalem kesayangan kakak,"
Acara pernikahan mas Catur-mbak Risé ini cukup banyak. Setelah akad nikah, mereka melakukan prosesi adat upacara panggih yang berarti temu dalam bahasa Jawa, karena kedua pengantin yang telah resmi menikah akhirnya bertemu sebagai sepasang suami dan istri. Upacara panggih ini sendiri memiliki cukup banyak rentetan acaranya.
Yang pertama Balangan gantal -gantal atau sirih yang diikat oleh benang putih akan saling dilempar oleh kedua pasangan. Mas Catur melemparkan gantal ke dada mbak Risé. Katanya sebagai tanda bahwa mas Catur telah mengambil hati sang kekasih, dan mbak Risé melempar gantal ke lutut mas Catur sebagai tanda bakti kepada suami.
Lalu dilanjutkan dengan ritual Ngidak tagan/nincak endog. Ritual menginjak sebutir telur ayam mentah oleh mas Catur konon katanya sebagai harapan bahwa pengantin akan mendapatkan keturunan karena keduanya telah bersatu. Kemudian, mbak Risé membasuh kaki suaminya sebagai tanda kasih sayangnya.
Yang ketiga ada ritual Sinduran. Kain sindur berwarna merah dan putih diharapkan akan memberikan keberanian bagi kedua pengantin agar menjalani pernikahan mereka dengan semangat dan penuh gairah. Pada ritual ini, keduanya akan dibalut oleh kain sindur sembari diantar menuju pelaminan oleh ayah sang mempelai wanita.
Selanjutnya ritual Bobot timbang. Setelah kedua pengantin duduk di kursi pelaminan, dilangsungkan ritual menimbang anak sendiri dan anak menantu oleh Papa mbak Risé dengan cara memangku kedua mempelai. Ritual ini dilakukan untuk menunjukkan kedua pengantin bahwa tidak ada perbedaan kasih sayang bagi mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, You ! [COMPLETED]
Genel Kurgusemesta punya caranya sendiri untuk bermain dengan takdir