Airin jelas tidak pergi ke toilet melainkan bergabung dengan kerumunan para sepupunya. Cewek itu menyembunyikan diri dari jangkauan pandangan Nino. Hingga Salma tiba-tiba menghampiri dirinya. Airin cukup takjub melihat ibu hamil itu yang masih berani mengenakan heels setinggi 5cm.
"Ikut ke sana yuk...," ajak cewek itu tiba-tiba.
"Ngapain?" tanya Airin.
"Ikutan nangkep buket bunga yang mau dilempar mbak Risé,"
"Lah... elo ngapain ikutan? Kan elo udah nikah...,"
"Iseng aja pengen ikutan doang... kan nggak apa-apa ikut rame-ramean aja...,"
"Ogah dah...," tolak Airin langsung.
"Dih... kok malah 'ogah' sih? Elo tuh kudu semangat ikut rebutan buket bunga begitu... biar jadi umpan cepet nyusul gue sama mas Catur," protes Salma.
Airin memutar kedua bola matanya dengan malas. "Gue males himpit-himpitan sama banyak cewek cuma buat dapetin buket bunga doang. Gue bisa kok beli sendiri tanpa harus rebutan," tutur Airin skeptis.
Salma mendengus kesal mendengar ucapan sepupunya itu. "Bukan masalah bisa beli sendiri atau nggak. Tapi esensinya itu loh...,"
"Nggak deh... gue di sini aja...," tolak Airin keukeuh.
"Yaudah kalo nggak mau...," ucap Salma akhirnya. Salma pun kembali pergi meninggalkan Airin dan bergabung dengan kerumunan para cewek yang sedang menunggu pelemparan buket bunga.
"Nana mau kemana?" tanya Airin saat melihat adiknya yang hendak pergi bersama Chika.
"Mau ikut rebutan buket bunga mbak Risé," jawab Alana dengan wajah polosnya.
"Dih, ngapain?! Sini aja sama kakak nggak usah ikut rebutan kayak gitu...," larang Airin.
"Lah kenapa? Kan ikut seru-seruan aja...,"
"Kamu mau cepet dinikahin orang ikut rebutan buket bunga?" tanya Airin sedikit ketus. "Kalo kamu nanti dapet buketnya, itu artinya kamu minta cepet-cepet dinikahin,"
"Masa sih?!" tanya Alana tak percaya dengan ucapan kakaknya.
"Beneran! Makanya sini aja sama kakak. Nggak usah ikutan ke sana," titah Airin yang langsung dituruti Alana. Adiknya itu sudah berdiri di sampingnya dan hanya memperhatikan kerumunan cewek di dekat pelaminan. Airin sendiri justru menyibukkan diri dengan memainkan ponselnya. Bertingkah seolah dirinya banyak dicari orang melalui media sosial.
"Kak!" Alana menghentakkan lengan Airin dan membuat kakaknya tersebut tersentak kaget. Belum sempat Airin memprotes tindakan adiknya tersebut, sesuatu menghantam kening Airin.
"Aduh!" pekik Airin mengaduh sembari mengelus keningnya dan menangkap benda yang mengenai keningnya tersebut. Kedua bola mata Airin membulat sempurna saat melihat sebuah buket bunga ada di tangannya. Cewek itu mendongak dan menatap ke sekelilingnya yang ternyata sudah banyak orang menatap dirinya dengan senyum penuh makna. Buket bunga tersebut ternyata tanpa sengaja terlalu jauh dilempar oleh mbak Risé.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, You ! [COMPLETED]
Fiksi Umumsemesta punya caranya sendiri untuk bermain dengan takdir