Nino menatap layar ponselnya. Samudra baru saja menghubunginya dan menanyakan soal Sophie. Memang seminggu ini Nino dibuat sibuk dengan persiapan melahirkan Sophie hingga saat Sophie sudah melahirkan pun, Nino jadi lupa mengabari Samudra.
Cowok itu mendesah pelan. Pandangannya terarah pada kelap-kelip lampu jalan dan kendaraan. Kebetulan malam ini, Nino menginap di apartemennya. Sengaja untuk menikmati kesunyian malam juga apartemennya.
Airin. Rasanya sulit sekali untuk melupakan sosok gadis mungil dengan gaya sinis khasnya. Satu nama itu sering kali terlintas di dalam otak Nino sejak pertemuan tidak sengaja mereka di pesawat tersebut. Bahkan mungkin, jauh sebelum pertemuan itu sosok Airin sukses menciptakan satu kesan tersendiri bagi Nino.
Sialnya, jalan cerita mereka bukanlah seperti cerita dongeng yang memiliki alur bahagia dan berakhir dengan sangat bahagia pula. Cerita mereka penuh dengan 'ketidak-tepatan'. Mereka dipertemukan dalam waktu yang tidak tepat juga keadaan yang sangat tidak tepat. Takdir tidak memihak pada mereka, dan semesta mempermainkan mereka.
***
Alana menatap bingung sang kakak yang akhir-akhir ini super sensitive layaknya orang yang lagi PMS. Tapi saat Alana mengecek kalender jadwal menstruasi Airin, kakaknya tersebut sedang tidak dalam masa hormonalnya. Namun, tingkah Airin benar-benar menyebalkan dan cukup mengusik ketenangan di rumah mereka. Entah karena apa, Airin jadi sering sekali mengomel terhadap hal kecil. Contohnya saja saat Alana kemarin memakai kaos berwarna hitam, Airin tiba-tiba memprotes Alana.
"Kamu tuh ngapain pakai kaos hitam gitu?! Ganti! Suram banget sih sukanya pakai kaos hitam,"
Lah? Kan terserah Alana mau pakai kaos warna apa. Lagipula Alana tidak tiap hari memakai kaos warna hitam seperti yang dikatakan Airin. Ada lagi hal lainnya saat Airin membahas masalah makanannya.
"Mih... Airin mau makan salad aja. Nggak mau yang berlemak gini. Bisa gendut Airin," protes Airin saat melihat udang goreng tepung disajikan Mamih.
Oke, Alana tidak mempermasalahkan kalau Airin tidak mau makanan berlemak. Hanya saja, sejak kapan kakaknya itu menolak makanan? Dan lagi yang dihidangkan itu adalah udang goreng tepung kesukannya! Kesukannya Airin! Alias makanan favorite Airin! Tuhkan! Heran Alana tuh!
"Kak... jangan gonta-ganti channel deh. Yang jelas mau nonton apaan... dari tadi sibuk pencet remote tapi nggak konsisten mau nonton acara apa," protes Alana sudah tidak tahan dengan tingkah Airin yang sedari tadi sibuk mengganti channel. Padahal sudah enak Alana tadi menonton acara FashionTV eh, Airin sibuk gonta-ganti channel.
"Nggak ada acara bagus," jawab Airin ketus.
"Yaudah kakak nggak usah nonton. Nana aja sini mau nonton FashionTV," ucap Alana sembari mencoba merebut remote dari Airin.
"Nana... nonton di kamar Mamih aja sana. Kakak mau nonton sendiri di sini...,"
Tuhkan! Aktif lagi mode sensitive Airin. Kalau saja Alana tidak mengingat pesan Mamih, mungkin saat ini mereka sudah terlibat perdebatan sengit. Tapi sang Mamih sudah memperingati Alana, "Dirumah kita ada 'siluman'. Kalau lagi aktif, Alana cepet kabur sebelum diserang yah... Bisa bahaya,"
Meski sebenarnya Alana ingin sekali memprotes aksi Airin, tapi cewek itu dengan pasrahnya beranjak dari sofa menuju kamar Mamih.
"Mau kemana dek? Sini aja temenin kakak...," ucap Airin melihat Alana yang sudah membuka pintu kamar Mamih.
Alana ingin sekali berteriak saat ini juga di depan Airin. Bukankah tadi Airin sendiri yang mengusir Alana? Kenapa sekarang melarang Alana pergi? Benar-benar menyebalkan tingkah Airin saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, You ! [COMPLETED]
General Fictionsemesta punya caranya sendiri untuk bermain dengan takdir