Part 24

994 169 34
                                        

Tiap-tiap pasang mata yang ada di ruang divisi tersebut menatap pada satu sosok yang duduk di pojok ruangan. Sosok itu menatap fokus pada layar laptop dengan tangan yang sibuk mengetik laporan. Tak terusik sedikit pun bagai robot pekerja. Bahkan kalau ada yang bertanya, maka akan dijawab dengan jawaban seadanya tanpa basa-basi. Iya, sosok itu adalah Airin yang terlihat seperti seorang maniak kerja.

Sosok Airin yang seperti itu justru membuat khawatir rekan kerjanya. Tak ada sahutan jokes yang ditimpali Airin tiap kali ada yang bercanda. Bagaimana mau menyahuti candaan yang ada kalau cewek itu menyumpal kedua telinganya dengan headphone -pertanda bahwa ia tidak ingin diganggu secara serius. Cewek itu juga hampir melupakan jam makan siang kalau saja OB tidak menyodorkan lunch box di mejanya. Dan saat jam pulang kantor pun, Airin hanya berpamitan singkat lalu langsung nyelonong pergi tanpa menunggu respon dari orang-orang di ruangannya.

"I swear... Airin serem banget anjir...," celetuk Beno sepeninggal Airin yang langsung disetujui oleh lainnya.

Airin menempelkan keningnya pada setir mobil. Saat ini ia sedang menunggu Alana di depan tempat bimbelnya. Hujan gerimis sedang menemani Jakarta beberapa hari ini. Seolah sedang ingin menemani Airin memahami gemuruh perasaan aneh di dadanya.

Cewek itu sedikit tersentak saat terdengar suara ketukan pada kaca mobil diiringi sosok Alana yang menunggu dibukanya pintu mobil. Dengan segera Airin membuka kunci mobil dan membiarkan adiknya itu masuk.

"Kok lama, dek?" tanya Airin yang sudah mejalankan mobil meninggalkan kawasan parkir tempat bimbel tersebut.

"Tadi nyelesaiin tugas bentar sama Jordan," sahut Alana. Alana melirik kakaknya sekilas yang sedang fokus pada jalanan. Sebagai seorang adik, Alana jelas paham ada yang mengganggu pikiran kakaknya. Entah itu beban pekerjaan di kantor atau hal lainnya. Jelas sekali terlihat dari Airin bersedia untuk menjemput Alana padahal ada Mamih di rumah yang sedang tidak pergi ke Yogyakarta atau kemana pun. Alana merasa kalau kakaknya itu seperti mencari-cari kesibukkan lain yang bisa mengalihkan pikirannya dari 'masalah' yang dimilikinya. Hanya saja, Alana tidak ingin bertanya lebih dulu. Ia lebih memilih membiarkan Airin yang akan cerita pada akhirnya. Karena akan jadi percuma kalau Alana bertanya lebih dulu pasti akan dijawab bahwa kakaknya itu baik-baik saja dan tidak ada masalah yang mengganggu.

***

Airin sedang menemani Alana membuat curriculum vitae untuk pendaftaran pada Seoul National University. Adiknya itu sudah membulatkan tekad akan menyusul Joanna ke Seoul. Cewek SMA itu memastikan pada Mamih-Papih akan belajar mandiri selama merantau nantinya. Kedua kakak-adik itu sedang bersantai di halaman belakang. Menikmati hari sabtu ditemani cemilan buatan Mamih.

"Kak...," suara Mamih terdengar dari dalam rumah. "Ada tamu ini loh...," panggil Mamihnya lagi.

Airin dan Alana saling tatap. "Siapa kak?" tanya Alana.

"Nggak tahu juga. Perasaan nggak ada janji sama temen kakak deh...," jawab Airin yang sama bingungnya dengan Alana. Dengan malas Airin berjalan masuk ke dalam rumah menuju ruang tamu.

 Dengan malas Airin berjalan masuk ke dalam rumah menuju ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hello, You ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang