Part 19

802 147 22
                                        

Airin sedang berada di rumah sakit dan baru selesai menjenguk anak salah satu temen kantornya yang dirawat karena Malaria. Langkah kaki cewek itu terhenti saat melihat sosok Nino berdiri di dekat resepsionis. Cowok itu tampak sibuk berdiskusi dengan salah satu resepsionis yang ada. Karena Airin memang tidak ingin dilihat oleh Nino, cewek itu otomatis bersembunyi di balik dinding. Menunggu Nino pergi dari resepsionis tersebut. Sudah lama juga mereka tidak ketemu, terakhir kali yah saat Mamih dan tante Sarah 'menjebak' mereka.

Sejujurnya, Airin bukanlah tipe orang yang memiliki kadar kepo super tinggi seperti Joanna atau adiknya Alana. Airin itu lebih cuek dengan keadaan di sekelilingnya kalau tidak ada sangkut-paut langsung dengan dirinya. Tapi kali ini, Airin sendiri merasa heran saat dirinya mendekati resepsionis yang lima menit lalu ditinggalkan oleh Nino.

"Maaf mbak, cowok yang barusan dari sini tadi, lagi ngejenguk siapa yah?" tanya Airin pada resepsionis yang melayani Nino tadi.

"Oh itu... jenguk anaknya, Bu... istrinya baru lahiran dua hari yang lalu," jawab si resepsionis.

"Hah? Anak?" pekik Airin spontan karena kaget. "Kalau boleh tahu, nama istrinya siapa yah?"

"Nyonya Sophie Anne Faza,"

"Sophie Anne? Sophie?" ulang Airin. Sontak, kedua bola mata cewek itu membulat sempurna menyadari nama yang sangat familiar di telinganya tersebut. "Boleh saya tahu, dia ada di ruangan mana?"

"Kamar 305," jawab si resepsionis.

"Makasih," ucap Airin sebelum melangkahkan kakinya menuju kamar 305 yang diucapkan si resepsionis. Pada pintu yang bertuliskan nomor '305', Airin mencoba mengintip ke dalamnya. Tangan Airin refleks menutup mulutnya saat kedua bola mata cewek itu menangkap sosok Nino yang sedang menggendong seorang bayi. Rasa kaget dengan sukses menyerang Airin. Ralat, bahkan kadar kaget Airin sudah lebih dari sekedar syok berat. Tanpa membuang banyak waktu lebih lama dan sebelum Nino menyadari kehadirannya, Airin segera berlalu dari luar kamar '305' tersebut.

***

Airin menatap kalender yang terletak di atas mejanya tersebut. Ia menghitung mundur bulan yang sudah terlewat sejak terakhir kalinya ia melakukan liburan ke Seoul. 7 bulan. Kedua bola mata cewek itu sontak membulat sempurna nyaris keluar dari rongganya. Kemudian disusul dengan suara tawa sumbang namun sedikit histeris.

"Gila! Bener-bener gila!" umpat dirinya berulang kali ditengah tawanya. Tangan Airin bergerak cepat mencari nomor Joanna pada ponselnya lalu menghubungi sepupunya tersebut. Perlu menunggu sekitar lima menit sampai akhirnya terhubung dengan Joanna.

"Gila, Jo! Ini bener-bener gila! Gue emang gila," ucap Airin langsung tanpa basa-basi.

"Ai? Elo kenapa? Kok tiba-tiba ngatain diri elo gila!"

"Dan Nino bener-bener brengsek! Cowok itu adalah cowok paling brengsek yang pernah gue temuin," lanjut Airin lagi tanpa memberi penjelasan pada Joanna.

"Ai?! Kenapa bawa-bawa Nino sih? Nino kenapa lagi sampai bisa elo katain brengsek gini?!" tanya Joanna lagi tak sabar mendengar maksud sepupunya menelepon tersebut.

"Cowok itu bener-bener brengsek! Bukan, cowok yang namanya Nino itu brengsek banget, Joanna!" ucap Airin lagi.

"Ai?! Tarik napas dulu... tenangin diri elo. Baru deh elo cerita pelan-pelan sama gue...," ucap Joanna pelan memberi komando pada Airin. Airin pun mengikuti komando Joanna. Cewek itu menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Mencoba mengatur letupan emosinya.

"Udah tenang, Ai? Gue udah siap dengerin cerita elo nih...,"

"Elo harus tahu, Joanna... Nino ternyata udah punya anak! Dan gue akhirnya paham alasan tunangan dia nampar elo waktu itu, karena cewek itu lagi hamil anaknya Nino! Dan sekarang dia udah ngelahirin! Gila emang si Nino! Dia ngehamilin anak orang, terus kabur nggak mau tanggung jawab, dan bawa-bawa gue pas kabur! Brengsek emang dia! Anjing deh tuh orang! Gila nggak mau ngakuin anak yang dia bikin!" cerita Airin dengan emosi menggebu.

"Anak? Nino punya anak?! Tau darimana elo?!"

"Gue nggak sengaja ngeliat dia di rumah sakit pas lagi jenguk anaknya Wendy. Terus gue kepo dan ngikutin si Nino. Dia gendong bayi yang baru lahir. Dan itu anak dia sama tunangannya yang namanya Sophie itu!"

"Ai... itu asumsi elo doang kan? Bukan Nino yang ngomong langsung ke elo?"

"Iya asumsi gue doang. Cuma itu tuh fakta, Joanna! Fakta nyata. Bukan cuma sekedar hoax. Gue lihat langsung kebrengsekan seorang Nino yang coba kabur dari calon bayinya dulu...," Airin tertawa sinis.

"Ai... jangan nuduh sembarangan deh... elo kan nggak kenal kayak apa Nino yang sebenernya...,"

"Kok elo jadi ngebelain Nino gini sih?!" potong Airin. "Ohh... gue tahu. Karena Nino sahabat cowok lo, sekarang elo jadi belain Nino gitu yah?"

Terdengar suara decakan pelan dari Joanna. "Bukan belain Nino, Ai... tapi gue ngomong apa adanya. Elo kan nggak kenal Nino secara deket... jadi elo...,"

"Iya gue paham, Jo! Gue paham sekarang cara mainnya. Sekarang karena Nino sahabat cowok elo, gue nggak boleh nge-judge Nino sembarangan gitu yah... Oke, gue paham kok," ucap Airin. Tanpa aba-aba cewek itu memutus sambungan.

Joanna yang berada di Seoul jauh dari Airin, hanya bisa menatap keki pada ponselnya yang diputus secara sepihak oleh Airin.

"Batu banget kepala elo, Ai...," rutuk Joanna.

"Airin kenapa?" tanya Samudra yang sedari tadi memperhatikan percakapan pacarnya tersebut. Iya, Joanna dan Samudra sedang kencan sambil mengerjakan tugas.

"Sophie udah ngelahirin?" tanya Joanna.

"Hah? Serius? Kapan?" Samudra balik bertanya dengan kagetnya.

"Kamu juga nggak tahu? Nino nggak bilang?" tanya Joanna yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Samudra.

"Airin nggak sengaja ngelihat Nino di rumah sakit, pas banget Nino lagi gendong bayi. Airin bilang itu bayinya Sophie. Sepupu gue mendadak emosi dan bilang kalau Nino adalah cowok paling brengsek yang 'hampir' nggak mau ngakuin anaknya dan parahnya lagi ngajakin Airin kabur dari Sophie,"

Samudra diam mencerna cerita pacarnya tersebut. "Airin belom tahu?"

"Gimana mau tahu, kalau tiap ketemu Nino bawain sepupu aku itu marah-marah terus. Kita udah sering dengerin dua versi cerita. Cerita dari Airin juga cerita dari Nino," tutur Joanna.

"Hidup mereka complicated banget sih,"

"Mereka yang bikin complicated," timpal Joanna. "Lagipula... Nino nggak berhak menjelaskan apapun ke Airin. Mereka nggak punya hubungan apa-apa. Cuma kebetulan ketemu... Nino butuh pelarian dan pas aja Airin dijadiin tempat pelarian secara nggak sengaja. They were just two strangers meeting accidentally and run into 'things'. Nothing more...,"

"Two strangers that meet frequently. Coincidence? No, I don't think so. It's destiny, sayang... sama kayak kita," ucap Samudra.

Joanna memutar bola matanya. "Anyway... kalau Sophie beneran udah ngelahirin. Terus mereka bakal gimana?" tanya Joanna mendadak serius.

"Ah! Aku harus telepon Nino buat dengerin curhatan dia tentang 'hal' ini," jawab Samudra. Iya, kedua pasangan yang tengah dimabuk cinta itu, sering menjadi tempat curhat. Joanna tempat curhat untuk Airin, Samudra tempat bertukar pikiran bagi Nino. Lalu, Joanna dan Samudra akan saling bertukar cerita dan mencoba 'membantu' mencari solusi. Kadang, Joanna dan Samudra juga merasa heran kenapa mereka ikut dibebani oleh masalah Airin dan Nino. Life is sure complicated, or is it just them?

**************************************************************************************************

Hhhmmm...
Terheran-heran daku dibuat oleh chapter ini...


Vote and Comment as always yah...

XoXo, NonaTembam

Hello, You ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang