19 : Rumah Raven

51 7 0
                                    

"Zoee ...."

"Hm?"

"Lo pinter 'kan, ya?"

"Enggak."

"Ajarin dong."

Gue melirik Hanny yang mengeluarkan mata anak anjingnya. Dikira mempan? Sori aja ya, Raven udah sering, jadi itu gak mempan lagi.

"Nggak."

"Jahat!" seru Hanny. "Ayo dong, Zo. Gue gak bisa, nih."

Lo aja gak bisa, gue bisa dari mana?

Omong-omong entah kenapa belakangan ini gue deket sama Hanny. Kadang juga gue ngomong-ngomong sama Viona dan Naufal.

Jujur, gue lebih enak sama mereka dibanding sama Tiara yang suaranya gede, Nana yang fokus sama game-nya, atau Ajeng yang lebih suka nge-dance.

"Ayo, dong, Zoee .... Lo 'kan pinter. Ajarin gue dong. Bab ini aja."

Sebentar lagi itu ujian semester. Gue sih fine-fine selama itu masih ujian semester. Gue juga udah belajar.

"Belajar sendiri," balas gue. "Gue sibuk."

"Sibuk apaan lo," ejek Hanny. "Ayo, pliss .... Gue traktir, deh."

"Beneran?"

"Iya."

Tapi gue lagi gak mau makanan. Gue juga gak enak dibayar dengan traktiran terus.

"Gak, sori" tolak gue.

"Zoe .... Gue gak bisa yang bab ini aja. Ajarin gue," ucap Hanny. "Zoee .... Ayo dong. Pliss. Kalau nilai gue jelek, gue bakal gimana nanti?"

"Ya gimana, gue gak tau bakal gimana."

"Zoe, nanti gue bisa disuruh pulang," ucap Hanny.

Hah?

Lha iya kan, lo pulang. Pulang ke rumah.

"Gue disini ngekos, karena suatu alasan. Tapi kalau nilai gue jelek, gue disuruh pulang," jelas Hanny.

Oh. Sama dong. Bedanya gue ke rumah nenek.

"Oke, oke. Iya, gue ajarin. Kapan?" tanya gue.

"Apa? Kalian mau belajar bareng?" tanya Bagas yang melewati meja gue tiba-tiba. "Gue ikut boleh?"

"Emang lo niat belajar?" tanya Hanny sinis.

"Weits, lo jangan meremehkan gue," balas Bagas. "Sebagai kakak, gue harus pinter dong. 'Ntar yang ngajarin adek gue siapa."

"Lo punya adik?"

"Punya, masih SMP," jawabnya.

"Gak nanya kelasnya gue."

Tiba-tiba sebuah suara dari arah belakang gue terdengar.

"Gue ikut, boleh?"

Sejujurnya, ini pertama kalinya gue ngomong sama Lily. Selama ini gue gak pernah ngobrol, dia juga gak ngomong ke gue.

Seneng sih, tapi Lily itu gak terduga. Jadi gue gak tau apa yang akan terjadi.

Sejujurnya gue gak mau ngajak Lily, tapi ....

"Oke," jawab Hanny. "Gak papa. Ven, lo gak sekalian?"

Gue langsung refleks melirik Raven yang tadinya tiduran kini langsung bangun. Dia nyengir lebar. "Gue boleh ikut?"

"Boleh," jawab Hanny. "Tapi entar di rumah lo, ya."

"Hah? Kok mendadak di rumah gue?"

"Heh, kesempatan calon menantu nyokap lo ke rumah masa gak lo ambil," cetus Budi yang telinganya peka kalau ada kesempatan buat ceplos.

About Zoe {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang