29 : Kemah (1)

57 5 0
                                    

Gue keluar dari bis nomer 5 dengan bawaan yang meribetkan. Masa gue harus bawa tas tenda yang harusnya jadi tugasnya Lily. Kalau aja Lily gak telat dan jadinya naik mobil sendiri, gue gak perlu ribet begini.

Yah, ngedumel doang, sih. Gue gak bisa ngomong kayak gitu.

"Lily!"

Gue refleks menoleh waktu Hanny memanggil nama itu. Lily bersandar pada gapura Bumi Perkemahan, sambil memainkan ponselnya.

Gue berjalan mendekat. "Nih, bawa sendiri bawaan yang jadi tugas lo."

Percayalah, ini pertama kalinya gue ngomong sama Lily waktu semester 2 mulai.

Lily menatap gue kesal, lalu tersenyum miring. "Enak ya. Sekarang lo bisa nikmati hidup lo."

"Oh? Berarti lo ngaku kalau lo yang bikin gue sengsara?" balas gue.

"Gue cuma melindungi temen gue dan ngomong apa yang gue tau," katanya sambil mengibaskan tangan dan menyimpan ponselnya.

"Terus kenapa lo dendam sama gue?"

Lily mengambil kasar tas tenda itu lalu berbalik mengikuti kerumunan setelah menjawab pertanyaan gue. "Karena gue benci sama lo."

Ya terus kenapa lo benci sama gue?

Harusnya gue yang benci sama lo.

"Orang kayak Lily itu, kalau udah benci, gak perlu alasan lain, dia udah lakuin apa yang dia suka," celutuk seseorang.

Hah?

Cewek berambut pendek dengan pakaian olahraga serta jaket kuning yang diikat di pinggang berdiri di samping gue.

Tumben?

Putri tersenyum. "Gue gak pernah benci sama lo, oke? Gue cuma ngikutin Vall aja."

"Apanya?"

"Hm ...." Ia terkekeh. "Gue emang gak pernah mau temenan sama lo dulu, bukan berarti gue benci lo. Gue cuma butuh tau gosip itu bener atau gak."

Lalu Vall menarik Putri pergi menjauh. "Ayo, Put."

Putri melambaikan tangannya. "Dah ...."

.

.

.

Acara pembukaan baru selesai dan gue udah disuruh macem-macem. Jadwal kegiatan yang begitu menumpuk dan udara yang dingin, bikin gue gak pengen lepas dari jaket.

Huhuhu.

Gue bukan anak yang tahan udara dingin.

Yah, tapi bodoamat. Kalau gue sakit, ya bagus. Gue jadi gak perlu sekolah, 'kan?

Gue meregangkan tangan kedepan lalu menoleh ke Hanny. "Ini masak sendiri?"

Hanny menggeleng. "Enggak sih. Tapi setiap regu diambil tiga anak buat bantu di dapur. Kita harus siapin makanan buat semua anak. Berhubung kalian gak bakal ngasih ide yel-yel, gue bawa aja buat bantu di dapur."

Kok rada sakit, ya?

Emang sih gue gak bakal bantuin Tiara sama Ajeng bikin yel-yel buat acara nanti malem. Yuki juga gak mungkin disuruh bantuin di dapur, lagian selesai pengarahan dia udah sibuk main hape.

"Tapi kenapa harus sama dia," cetus Lily.

Lo kira gue mau bareng lo?

"Emang kalian mau musuhan terus?" tanya Hanny.

Lily mendengus. "Lo gak tau apa-apa. Jadi gak usah cerewet."

"Gue emang gak tau masalah kalian yang sebenernya, tapi gue gak mau kalian kayak gini."

About Zoe {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang